Feminisme merupakan sebuah gerakan sosialis perempuan yang sering kita dengar dari era lalu hingga saat ini. Konteks feminisme sendiri dari zaman ke zaman berkaitan dengan konsep penuntutan hak perempuan agar setara dan seimbang dengan laki-laki. Dalam karya ini saya ingin mengeksplorasi konsep Feminisme 2.0 pada era digital dan teknologi saat ini, yang pastinya akan memiliki perbedaan pergerakan pada saat era digital belom merajalela seperti sekarang.Â
Saya tertarik untuk mengkaji tentang pergerakan feminisme, khususnya "Feminisme 2.0" karena selain saya yang merupakan seorang perempuan, latar belakang saya sebagai Mahasiswi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga juga menuntut keingintahuan saya terkait topik ini.
Feminisme adalah gerakan untuk mencapai kesetaraan gender dalam semua bidang kehidupan. Gerakan ini berakar pada keyakinan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Feminisme dibagi menjadi beberapa gelombang atau rentan waktu Sejarah, yaitu dari abad ke 19 dan awal abad ke 20, lalu tahun 1960-an sampai 1970-an,lalu tahun 1990-an, dan yang terakhir dimulai 2010-an.Â
Dari abad ke 19 sampai awal abad 20-an, gelombang ini berfokus pada hak-hak perempuan dalam kehidupan sipil dan politik, seperti hak untuk memilih dan memiliki properti. Mary Wollstonecraft dan Susan B. Anthony adalah tokoh penting dari gelombang ini. Lalu tahun 1960-an sampai 1970-an, gelombang ini memperluas perjuangan feminisme ke berbagai bidang, seperti tempat kerja, reproduksi, dan kekerasan terhadap perempuan.Â
Fokus utama adalah masalah seperti pelecehan seksual, kesenjangan upah, dan hak aborsi. Bagian yang ketiga yaitu tahun 1990an, gerakan feminisme berkembang untuk mencakup berbagai identitas, seperti ras, etnisitas, kelas sosial, orientasi seksual, dan disabilitas. Gelombang ketiga feminisme meningkatkan penekanan pada individualitas dan ekspresi diri.Â
Bagian yang terakhir yaitu tahun 2010-an, gelombang ini ditandai oleh penggunaan media sosial untuk membentuk kelompok feminis dan menyebarkan informasi tentang masalah tersebut. Salah satu gerakan feminisme gelombang keempat yang paling berpengaruh adalah gerakan #MeToo.
Istilah "feminisme 2.0" semakin populer digunakan untuk menggambarkan perkembangan gerakan feminisme di era teknologi. Istilah ini mengacu pada penggunaan metode kreatif dan teknologi untuk mencapai tujuan kesetaraan gender yang lebih inklusif dan efisien.Â
Ada beberapa hal yang membedakan feminisme 2.0 yang pertama yaitu tekologi, feminisme 2.0 memanfaatkan AI, media sosial, dan platform online untuk meningkatkan visibilitas, memperluas jaringan, dan mengatur aksi. yang kedua berfokus pada interseksualitas, Feminisme 2.0 mengakui bahwa pengalaman perempuan sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak variabel, termasuk ras, kelas, orientasi seksual, disabilitas, dan identitas gender.
Lalu yang ketiga yaitu kreativitas dan invasi, penggerak ini mendorong penggunaan seni, desain, dan ekspresi kreatif lainnya untuk menyampaikan pesan-pesan feminis dan menantang standar gender yang ada. Dan terakhir yaitu kolaborasi lintas disiplin, Feminisme 2.0 menganjurkan aktivis feminis, teknolog, seniman, dan akademisi untuk bekerja sama untuk menemukan solusi baru.
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam berbagai peran. Laki-laki dianggap memiliki otoritas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Patriarki sendiri di masnyarakat membawa sejumlah dampak negative seperti ketidaksamaan gender, deskriminasi terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan dan hambatan terhadap pembangunan.