Mohon tunggu...
Faruq Vy
Faruq Vy Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Airlangga

sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Problematika Klasik Pelestarian Kebudayaan Era Globalisasi

1 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 1 Januari 2025   18:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemajuan teknologi di era digital membawa banyak manfaat, tetapi juga menjadi ancaman bagi budaya tradisional. Anak-anak dan generasi muda kini lebih banyak terpapar budaya populer global melalui internet dan media sosial. Hal ini sering kali mengurangi minat mereka terhadap tradisi lokal yang mulai dianggap kuno. "Warisan budaya Indonesia mencakup berbagai aspek, seperti Rumah adat, upacara adat, pakaian adat tradisional, tarian adat tradisional, alat musik dan lagu tradisional, permainan tradisional, senjata tradisional, bahkan beragam makanan khas. Namun, perubahan zaman dan perkembangan teknologi menyebabkan kebanyakan generasi muda kehilangan minat terhadap budaya tradisional. Teknologi, terutama media sosial, menjadi sarana utama bagi generasi muda untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Meski memberikan kemudahan akses informasi, teknologi juga membawa dampak negatif, seperti kehilangan rasa peduli terhadap budaya dan lingkungan." (Astini, Putu Ayu, et al, 107-108)

Sebagai contoh, permainan tradisional perlahan tergeser oleh aplikasi dan permainan berbasis teknologi. Selain itu, seni dan budaya yang biasanya diajarkan melalui interaksi langsung, kini banyak dipelajari melalui tutorial online, yang dapat menghilangkan esensi pembelajaran tradisional. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk memperkenalkan budaya lokal, tanpa menghilangkan nilai dan makna aslinya.


  • Ketimpangan Pendidikan dalam Pelestarian Budaya

Pendidikan memiliki peran penting dalam melestarikan budaya, tetapi akses pendidikan yang tidak merata di Indonesia menjadi hambatan utama. Di banyak daerah terpencil, keterbatasan fasilitas pendidikan menyebabkan anak-anak kurang mengenal tradisi dan adat istiadat setempat.

Sebaliknya, di kota-kota besar, sistem pendidikan sering kali terlalu berfokus pada pencapaian akademik, sehingga budaya lokal kurang mendapatkan perhatian. Akibatnya, banyak generasi muda yang lebih mengenal budaya asing daripada tradisi leluhur mereka sendiri. Pemerintah perlu mengintegrasikan pelajaran budaya lokal ke dalam kurikulum pendidikan formal, serta mendorong sekolah untuk aktif melibatkan siswa dalam kegiatan pelestarian budaya.


  • Kerusakan pada Warisan Budaya

Banyak warisan budaya, seperti manuskrip kuno dan artefak tradisional, berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Kurangnya perhatian dan fasilitas penyimpanan yang memadai menjadi penyebab utama rusaknya warisan ini. Tanpa tindakan yang serius, peninggalan bersejarah ini berisiko hilang selamanya.

Warisan budaya ini bukan hanya sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan yang penting bagi generasi mendatang. Digitalisasi manuskrip, perawatan rutin, dan pembangunan fasilitas penyimpanan yang layak merupakan langkah-langkah penting yang harus segera diambil untuk melindungi warisan budaya bangsa.


  • Ketimpangan Sosial dalam Pelestarian Budaya

Perbedaan tingkat sosial dan ekonomi antarwilayah di Indonesia turut menciptakan kesenjangan dalam pelestarian budaya. Daerah-daerah maju biasanya memiliki sumber daya yang cukup untuk melestarikan tradisi lokal, sementara wilayah yang kurang berkembang sering kali harus memprioritaskan kebutuhan dasar masyarakat, sehingga budaya lokal terabaikan.

Ketimpangan ini tidak hanya menghambat pelestarian budaya, tetapi juga dapat memicu konflik sosial. Pemerintah harus memastikan bahwa semua wilayah mendapatkan perhatian yang sama dalam upaya pelestarian budaya, sehingga tidak ada daerah yang tertinggal dalam menjaga tradisi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun