Mohon tunggu...
Faruq Abdul Quddus
Faruq Abdul Quddus Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Fata Institute

Seorang Content Writer, Praktisi Dakwah Digital, Penggiat Studi Islam, Filsafat dan Bahasa. Suka Nulis, Ngoleksi Buku dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menggali Inti Ajaran "Tasawuf Falsafi" Ibnu 'Arabi: Sosok Filsuf yang Sufi

8 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 8 Juni 2023   06:46 2135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibnu Arabi, yang nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Hatimi at-Ta'i, merupakan seorang tokoh yang terkenal dalam sejarah perkembangan tasawuf dan filsafat islam. Selain menjadi seorang sufi, ia juga dikenal sebagai seorang filsuf, penyair dan penulis. Semasa hidupnya, Ibnu Arabi terkenal penulis yang cukup produktif, ia menulis hampir sekitar 850 karya, dan yang tersisa hanya 400 judul hingga sekarang ini.

Salah satu kutipan yang cukup menarik untuk kita renungi dari Ibnu Arabi "Manusia adalah kitab yang hidup. Setiap mata adalah huruf dalam kitab , dan setiap hati adalah baris dalam kitab ."

Dalam quotes ini, Ibnu Arabi melihat kehidupan sebagai sebuah perjalanan yang penuh dengan makna dan pelajaran. Ia menggambarkan manusia sebagai kitab yang hidup, yang berarti bahwa setiap individu memiliki cerita uniknya sendiri dan mengandung pengetahuan dan pengalaman yang berharga.

Analogi mata sebagai huruf dan hati sebagai baris menggambarkan pentingnya pengamatan dan introspeksi diri dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pengalaman dan interaksi dengan dunia di sekitar kita adalah huruf-huruf yang membentuk cerita hidup kita. Dan hati kita, sebagai pusat pemikiran dan perasaan, adalah baris-baris yang menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut menjadi narasi yang utuh.

Artinya kita harus menjalani kehidupan dengan kesadaran dan refleksi. Setiap orang dan setiap pengalaman memiliki nilai dan pelajaran yang dapat kita petik, kita perlu melihat dunia dengan mata yang peka, menerima pengalaman dengan hati yang terbuka, dan belajar dari setiap situasi yang kita hadapi. Dengan demikian, kita dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai manusia, menulis kisah hidup yang berarti dan bermakna.

Gagasan Kontroversial Ibnu 'Arabi

Salah satu gagasan Ibnu Arabi yang kontroversial dalam kalangan umat Islam adalah konsep wahdat al-wujud atau penggabungan eksistensi. Konsep ini menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan dan bahwa Tuhan ada di dalam segala sesuatu. Ibnu Arabi berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar eksis kecuali Tuhan, dan segala sesuatu yang kita lihat hanyalah manifestasi-Nya.

Pemahaman ini telah memicu perdebatan panjang dalam tradisi Islam. Beberapa kalangan mengkritik pandangan Ibnu Arabi ini karena dianggap berpotensi mengaburkan perbedaan antara Tuhan dan ciptaan-Nya, serta meminimalkan pentingnya ibadah dan ketaatan kepada Tuhan yang terpisah dari ciptaan-Nya.

Beberapa ulama dan teolog Islam menganggap pandangan Ibnu Arabi ini sebagai bentuk kesesatan atau bid'ah, karena dianggap bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan keesaan Tuhan dan pentingnya menjaga perbedaan antara pencipta dan ciptaan-Nya. 

Meskipun demikian, ada juga kalangan yang memahami dan menerima konsep wahdat al-wujud dalam konteks mistik dan tasawuf, menganggapnya sebagai upaya untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan.

Penting untuk diingat bahwa pemikiran Ibnu Arabi, termasuk konsep wahdat al-wujud, dapat dipahami dalam konteks filsafat dan mistik Islam, dan sering kali membutuhkan pemahaman yang mendalam dan konteks yang luas untuk menghindari kesalahpahaman atau penafsiran yang salah.

Pendapat dan reaksi terhadap gagasan Ibnu Arabi yang kontroversial ini sangat bervariasi di kalangan umat Islam. Beberapa orang menerima dan menghormati pemikirannya, sementara yang lain mungkin meragukannya atau bahkan menentangnya. Akhirnya, ini adalah subjek perdebatan intelektual dan teologis yang terus berlanjut dalam dunia Islam.

Inti Ajaran Ibnu 'Arabi

Dalam pemikirannya, Ibnu Arabi mengembangkan konsep-konsep yang kompleks dan mendalam tentang cinta dan agama. Dia berpendapat bahwa cinta adalah kekuatan yang mendasari alam semesta dan merupakan inti dari hubungan manusia dengan Tuhan. Berikut ini adalah konsep-konsep utama pemikiran Ibnu Arabi tentang cinta dan agama:

Wahdat al-Wujud (Penggabungan Eksistensi): Salah satu konsep sentral dalam pemikiran Ibnu Arabi adalah konsep wahdat al-wujud, yang berarti penggabungan eksistensi. Ibnu Arabi berpendapat bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang benar-benar ada, dan segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan. Oleh karena itu, cinta sejati adalah cinta yang mengarahkan manusia pada kesadaran akan wahdat al-wujud, yaitu menyadari bahwa semua ciptaan adalah bagian dari realitas Ilahi.

Mahabbah (Cinta Kasih): Ibnu Arabi menyebut cinta kasih sebagai kekuatan yang memandu hubungan manusia dengan Tuhan. Cinta kasih adalah kecintaan yang tulus dan tidak bersyarat terhadap Tuhan, yang melibatkan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Ibnu Arabi berpendapat bahwa melalui cinta kasih, manusia dapat mencapai kesatuan dengan Tuhan dan mengalami pemahaman yang mendalam tentang hakikat Ilahi.

Al-Insan al-Kamil (Manusia Sempurna): Konsep al-insan al-kamil adalah konsep manusia sempurna yang menjadi tujuan spiritual dalam pemikiran Ibnu Arabi. Manusia sempurna adalah individu yang mencapai tingkat kesadaran dan pemahaman yang paling tinggi tentang hakikat Tuhan. Dalam keadaan ini, individu tidak lagi membedakan antara dirinya dan Tuhan, melainkan mengalami penyatuan dengan-Nya melalui cinta kasih yang tulus.

Tasawuf (Mystisisme Islam): Ibnu Arabi juga dikenal sebagai seorang sufi yang menekankan pentingnya pengalaman langsung dengan Tuhan melalui praktik spiritual. 

Dalam tradisi tasawuf, cinta merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai pengalaman langsung dengan Tuhan. Sufi melepaskan diri dari ego dan dunia materi, dan melalui cinta dan pengabdian kepada Tuhan, mereka mencapai kebersatuannya dengan-Nya.

Pemikiran Ibnu Arabi tentang cinta dan agama sangat mempengaruhi tradisi sufi dan filsafat Islam. Pandangannya yang mendalam tentang cinta kasih dan penggabungan eksistensi memberikan perspektif yang dalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Bagi Ibnu Arabi, cinta merupakan pintu gerbang menuju pemahaman spiritual yang lebih tinggi dan menyatukan manusia dengan hakikat Ilahi.

Penulis: Faruq Abdul Quddus

Referensi:

Chittick, W. C. (1989). The Sufi Path of Love: The Spiritual Teachings of Rumi. State University of New York Press.

Corbin, H. (1998). Creative Imagination in the Sufism of Ibn Arabi. Princeton University Press.

Morris, J. W. (2005). The Wisdom of the Throne: An Introduction to the Philosophy of Mulla Sadra. Princeton University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun