Mohon tunggu...
Faruq Arjuna Hendroy
Faruq Arjuna Hendroy Mohon Tunggu... Relawan - Pemerhati isu sosial politik dan keislaman

Kerugian terbesar dalam hidup adalah ketika otak yang cerdas terpenjara dalam tubuh yang malas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Deddy Corbuzier Mualaf, Bukti Dakwah Tanpa Perlu Marah-marah

25 Juni 2019   14:43 Diperbarui: 25 Juni 2019   14:57 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita tentang mualafnya Deddy Corbuzier, presenter kondang tanah air, menjadi buah bibir di jagad media sosial. Hampir di setiap platform media sosial seperti Youtube, Facebook, Instagram, Twitter, dan lain sebagainya, kita bisa menyaksikan video Deddy yang tengah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Dipandu seorang ulama bernama Gus Miftah, Deddy tampak begitu lancar menjalani proses menjadi mualaf. Proses tersebut ditutup dengan pelukan antara Gus Miftah dan Om Deddy. Keduanya tampak berlinang air mata. Teriakan takbir dari para saksi yang hadir turut menambah keharuan momen sakral tersebut.

Tidak sedikit para warganet yang meragukan ketulusan Deddy memilih Islam. Ada saja yang menganggap alasan di balik mualafnya Deddy adalah karena ingin menikahi kekasihnya yang merupakan seorang muslimah. Bagaimana pun, anggapan Deddy menjadi mualaf hanya karena perempuan dapat terbantahkan.

Buktinya, Deddy pernah membangun rumah tangga dengan seorang muslimah, bahkan sampai punya anak. Tetapi ia tidak pindah agama waktu itu. Ia tetap pada keimanannya. Mantan istrinya juga mengakui bahwa Deddy bukan orang yang mau berubah hanya demi orang lain.

Alasan Deddy mantap menjadi mualaf adalah karena keinginannya sendiri. Ia mengaku hidayah Allah telah menuntunnya ke dalam Islam. Melalui perantara Gus Miftah, Deddy belajar dan berkonsultasi soal keislaman selama delapan bulan terakhir. Bagi saya sih hal ini cukup wajar. Soalnya orang yang kritis dan keras kepala seperti Deddy tidak akan berubah sebelum benar-benar yakin.

Gus Miftah dengan sabar mendidik Deddy soal Islam. Uniknya, Gus Miftah memperkenalkan Islam dengan style yang matching dengan Deddy. Pembawaannya santai. Diskusi sama Deddy pakai bahasa "lo-gue" saja. Pakaian Gus Miftah juga modis seperti generasi milenial. Jadi berasa seperti teman saja. Tapi semua pertanyaan Deddy bisa dijawab oleh Gus Miftah ini.

Gus Miftah tidak pernah menyuruh atau memaksa Deddy untuk masuk Islam. Ia hanya sekedar menjawab rasa penasaran Deddy soal Islam, sehingga diskusi keislaman mereka menjadi semakin dalam dan membuat Deddy tertarik. Tak cuma dakwah lewat kata-kata saja, Gus Miftah juga berdakwah dengan perbuatan. Ia sering membawakan Deddy makanan dan menunjukkan sikap pergaulan yang baik.

Itulah agaknya yang membuat hati Deddy meleleh, sampai-sampai Deddy enggan kalau bukan Gus Miftah yang mengislamkannya. Bagi Deddy, Gus Miftah adalah contoh dari akhlak seorang muslim, yang tidak suka marah-marah dan maksa-maksa ketika berdakwah. Kesimpulan Deddy, Islam itu agama yang mengajarkan toleransi. Islam akan benar-benar indah, jika penganutnya berbuat baik.

Cara dakwah Gus Miftah ini mengingatkan saya dengan cara dakwah Rasulullah SAW. Pernah suatu ketika Rasul ditolak ketika berdakwah di Thaif. Penduduk Thaif menghujani Rasul dengan batu sehingga kakinya mengeluarkan darah. Padahal Rasul sudah jauh-jauh datang kesitu dengan berjalan kaki. Singkat cerita, datanglah Jibril menawarkan untuk menghancurkan penduduk yang membangkang tersebut. Namun Rasul justru menolak, seraya berharap anak keturunan penduduk Thaif akan menjadi muslim suatu saat. 

Begitu juga saat Rasul dan para Sahabat menaklukkan kota Mekah. Tidak ada setetes darah pun yang tercucur. Rasul menjamin keselamatan semua penduduk Mekah, meskipun saat itu Rasul punya kekuatan untuk membalas dendam. Seolah tak ada sedikit pun kemarahan dalam diri beliau. Padahal kalau dipikir-pikir, betapa berat penyiksaan yang dialami Rasul dulu ketika masih tingal di Mekah? Dilempar kotoran, pernah. Diboikot sampai mati kelaparan, pernah. Diancam bunuh, berkali-kali. Semua perlakuan buruk dibalas dengan kemurahan hati. Hasilnya, Ya dapat ditebak, setelah itu penduduk Mekah berbondong-bondong masuk Islam.

Makanya, ketika ada yang berdakwah dengan marah-marah, saya jadi geleng-geleng kepala keheranan. Kok ada ya pendakwah yang punya tabiat seperti itu? Bahkan tak jarang, isi dakwahnya juga diisi dengan fitnah dan adu domba. Dakwah seharusnya membuat hati pendengarnya menjadi tentram, bukan justru membangkitkan amarah dan kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun