Mohon tunggu...
Mochammad Farros Fatchur Roji
Mochammad Farros Fatchur Roji Mohon Tunggu... Programmer - IT Engineer at Solar Nusantara

NoA Method || Anti Usury

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pakaian Sebagai Benteng Kehormatan Wanita

3 Desember 2024   21:34 Diperbarui: 3 Desember 2024   21:44 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandangan terhadap wanita sering kali dibentuk oleh berbagai faktor budaya, sosial, dan psikologis. Konsep tentang pakaian dan hubungannya dengan kompleksitas serta objektifikasi wanita mencerminkan persepsi masyarakat terhadap peran dan identitas gender.

Secara tradisional, dalam banyak kebudayaan, wanita dipandang sebagai sosok yang penuh misteri dan kompleksitas, yang sebagian besar tercermin dari cara berpakaian mereka. Pakaian yang tertutup sering kali diasosiasikan dengan kesan elegan, anggun, dan menjaga privasi, yang mengarah pada penghargaan terhadap identitas mereka yang lebih dalam. Dalam pandangan ini, wanita tidak hanya dilihat dari aspek fisik, tetapi juga dari kepribadian dan intelektualitasnya. Hal ini menciptakan ruang bagi mereka untuk dihargai berdasarkan kualitas pribadi yang lebih mendalam, bukan hanya penampilan luar.

Sebaliknya, dalam masyarakat yang lebih terbuka dan terpengaruh oleh budaya populer, ada kecenderungan untuk menilai wanita berdasarkan penampilan fisik mereka, terutama ketika pakaian mereka lebih terbuka. Pakaian terbuka sering kali dianggap sebagai bentuk ekspresi diri, tetapi dalam banyak kasus, hal ini justru dapat memicu objektifikasi. Pada titik ini, tubuh wanita lebih sering dipandang sebagai objek, bukan sebagai subjek dengan kompleksitas internal. Hal ini semakin diperburuk dengan tekanan sosial dan media yang mempromosikan citra tubuh tertentu sebagai standar kecantikan. Wanita yang mengenakan pakaian minim dapat dianggap lebih "terjangkau" untuk pandangan luar, meskipun mereka memiliki kualitas atau potensi jauh lebih besar daripada sekadar penampilan fisik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun