Malam harinya, Rudi dan anak itu kembali ke pusat desa. Dengan langkah pelan, Rudi mendekati ketua desa yang sedang tertidur di dekat api unggun. Dengan penuh hati-hati, ia berusaha mencuri kunci yang terkalung di leher ketua desa.Â
Rudi dan anak kecil itu bekerja sama, dan akhirnya, dengan keberanian dan kecerdikan, mereka berhasil mengambil kunci tersebut tanpa terdeteksi. Dengan kedua kunci di tangan, Rudi merasa lega dan berterima kasih kepada anak kecil itu. "Aku berjanji akan menggunakan kunci ini untuk membawa kedamaian bagi desa kita," katanya. Anak itu tersenyum dan memberi semangat kepada Rudi.
Setelah keluar dari desa, Rudi kembali ke piramida dengan penuh harapan. Saat ia membuka pintu, hawa dingin menyambutnya, dan ia merasakan aura magis yang memenuhi ruangan. Dinding-dinding piramida dihiasi dengan ukiran-ukiran yang menggambarkan kisah-kisah kuno.Â
Di dalam kegelapan, cahaya biru berkilau menarik perhatiannya; itu adalah mahkota biru yang diletakkan di atas altar yang dikelilingi oleh tulisan-tulisan kuno.
Dengan langkah hati-hati, Rudi mendekati mahkota tersebut. Ketika ia menyentuhnya, suara lembut seolah datang dari dalam piramida berbisik, "Apa yang kau inginkan, wahai pemilik hati berani?" Rudi tertegun sejenak, teringat akan semua kesedihan yang melanda negerinya. Dengan penuh keyakinan, ia menjawab, "Aku ingin kedamaian bagi negeriku."
Begitu kata-kata itu terucap, cahaya biru semakin terang, membanjiri seluruh ruangan dengan sinar hangat yang menghapuskan kegelapan. Rudi merasakan getaran di seluruh tubuhnya, seolah semua beban di pundaknya terangkat.Â
Dia tahu, keinginan itu bukan hanya untuk kepentingan pribadinya, tetapi untuk seluruh rakyat Indonesia yang merindukan ketenangan dan persatuan. Dalam sekejap, rasa damai dan harapan mengalir ke dalam dirinya, memberi kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Setelah keluar dari piramida, Rudi menyaksikan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Suara alam terasa lebih ceria, dan angin sejuk berhembus, seolah membawa kabar baik bagi seluruh tanah Bali. Saat ia kembali ke desa, ia melihat masyarakat mulai bersatu.Â
Mereka berdiskusi, saling membantu, dan membangun kembali kehidupan mereka. Rudi merasakan harapan baru di tengah-tengah mereka. "Kita adalah satu, dan bersama kita bisa mengubah dunia," bisiknya, menyadari bahwa kekuatan sejati terletak pada ketulusan hati dan semangat persatuan.
Namun, perjalanan Rudi belum berakhir. Dia merasa ada yang belum selesai. Mahkota biru itu masih menyimpan banyak misteri. Dalam pencariannya, Rudi bertemu dengan seorang wanita tua, Ibu Sari, yang dikenal sebagai penjaga kisah-kisah kuno di desa tersebut.Â
Ibu Sari bercerita, "Mahkota itu bukan hanya alat untuk mengabulkan keinginan. Ia juga membawa tanggung jawab. Siapa pun yang menggunakannya harus siap menghadapi konsekuensi dari keinginannya." Rudi teringat akan kata-kata bijak tersebut dan merasa bahwa ia harus menggunakan kekuatan mahkota itu dengan bijak.