ilustrator ingin menggambar, mereka akan membayangkan suatu adegan di dalam otaknya. Mereka melihat kejadian tersebut dan membayangkan dari berbagai sudut layaknya seorang sutradara film yang sedang membayangkan adegan yang akan direkam dalam filmnya.
Ketika seorang seniman atauSetelah mereka membayangkan kejadian tersebut, mereka lalu akan mencoba untuk merepresentasikan dalam bidang gambar mereka. Entah itu kanvas, sepatu, baju, kertas, dan lain-lain.
Di sini masalah dimulai. Banyak ilustrator akan mulai kesulitan saat alat gambar mereka sudah menyentuh kanvas. Pikiran mereka yang tadinya dipenuhi oleh imajinasi tentang adegan dalam gambar tersebut rasanya hilang seketika. Kebingungan pun datang.
Bagaimana caranya menggambar ini agar terlihat simetris? Bagaimana caranya menggambar itu agar terlihat enak dilihat? Bagaimana caranya menggambar agar terlihat rapi? Dan perasaan insecure pun muncul. Pada akhirnya karya tersebut hanya akan menjadi work-in-progress abadi alias tidak pernah diselesaikan.
Kejadian seperti ini tentu pernah menimpa semua seniman ataupun ilustrator di dunia. Mereka yang masih pemula atau bahkan sudah mahir pun terkadang tidak terlewat dari masalah ini. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah seseorang bisa bekerja sebagai ilustrator profesional dengan masalah seperti ini?
Terdapat sebuah artikel berbahasa Inggris yang ditulis oleh ilustrator asal Polandia bernama Mateusz Urbanowicz yang berjudul Can I be an artist with no imagination?
Di sini Mateusz selalu mengimajinasikan apa yang ingin ia gambar di otaknya dan membayangkan gambar tersebut di kertas. Tetapi ia tidak bisa melakukan hal tersebut.
Apa yang Mateusz imajinasikan di otaknya ternyata tidak keluar di kertasnya. Berapa jam pun ia lakukan untuk menampilkan gambar tersebut dari otak ke kertas tidak pernah berhasil. Mateusz sempat berpikir bahwa ternyata ia tidak mempunyai talenta untuk menjadi “ilustrator sungguhan”.
Penjelasan singkat mengenai Mateusz Urbanowicz. Beliau adalah seorang ilustrator dan animator asal Polandia yang tinggal dan bekerja di Jepang.
Sejak 2013, Mateusz bekerja menjadi background artist di Comix Wave Films dan salah satu karyanya ada di film animasi Your Name dan juga Weathering With You.
Oke! Di sini sudah jelas berarti untuk dapat menggambar memerlukan sebuah imajinasi dan mempunyai sebuah visual yang baik. Pertama, imajinasi untuk otak membayangkan objek yang ingin kita gambar.
Kedua, visual agar kita bisa mentransfer gambar dari otak ke bidang gambar yang kita inginkan. Lalu bagaimana jika kita tidak memiliki atau lemah dalam kedua hal ini? Apakah itu berarti kita memang tidak bisa menggambar? Jawaban yang tepat adalah, semua hal dapat dilatih.
Dalam sebuah wawancara oleh Kazone Art dengan seniman profesional, Kim Jung Gi. Di sini ia menjelaskan bahwa bagaimana caranya Jung Gi menggambar tanpa sketsa dan langsung dari otaknya adalah dengan berlatih lebih sering daripada orang lain.
Jung Gi memberikann perumpamaan saat anak kecil diberikan krayon, mereka akan menggambar apa yang ada di imajinasi dan apa yang pernah mereka lihat.
Seiring bertambahnya usia maka otak kita semakin dewasa, matang, dan dapat mempelajari dari apa yang telah kita lihat. Setelah itu kita akan belajar untuk menggambar dari apa yang kita sukai.
Contoh yang diberikan Jung Gi adalah ketika ia masih belajar, ia suka menirukan dari hal-hal yang ia suka, seperti binatang atau karakter komik favorit.
Setelah manusia sudah ahli dalam satu hal, maka mereka akan mencoba untuk mengembangkan kemampuan mereka. Di sini Jung Gi yang awalnya hanya menyalin dari hewan dan karakter komik, akhirnya berpindah menjadi hal yang ia sukai di dunia nyata.
Contoh yang saya sendiri berikan adalah ketika kita menginginkan atau tertarik pada suatu hal atau benda, maka kita akan mencoba menggambarkan benda atau hal tersebut secara terus-menerus.
Sama seperti Jung Gi, ia juga terus-menerus menggambar benda atau hal kesukaannya tersebut hingga titik kebosananannya. Setelah ia bosan dan merasa sudah ahli, Jung Gi pun mulai menggambar hal lain lagi yang ia sukai.
Di sini sudah jelas bahwa orang yang kelihatannya sakti seperti Kim Jung Gi di mana ia tidak pernah menggunakan sketsa saat menggambar pun juga mempunyai proses yang panjang untuk mencapai kemampuannya seperti yang ia miliki sekarang.
Singkatnya adalah amati sekitar, berlatih, dan terus berlatih. Selain itu, Kim Jung Gi juga mempunyai daya ingat dari apa yang ia lihat lebih baik dibandingkan orang lain.
Jung Gi bukanlah dewa yang dapat menggambar semuanya dan tidak pernah melakukan kesalahan. Semua seniman ataupun ilustrator pernah melakukan kesalahan. Perbedaannya adalah mereka yang sudah ahli dapat menutup kesalahannya agar tidak terlihat oleh orang lain.
Contoh terakhir! Dalam artikel milik Mateusz Urbanowicz, dijelaskan juga yaitu Hayao Miyazaki, sang pendiri sekaligus sutradara di banyak film Studio Ghibli.
Dalam dokumenter pembuatan film Ponyo, Miyazaki terus-menerus menggambar rumah milik tokoh utamanya. Saat ditanya oleh sang pewawancara mengapa ia terus-menerus menggambar rumah tokoh utamanya berkali-kali.
Miyazaki menjawab bahwa jika ia sudah dapat mengingatnya dari awal, maka ia tentu tidak perlu lagi terus-terusan menggambar rumah tersebut.
Dengan kata lain, seorang seniman sekelas Hayao Miyazaki pun terkadang masih harus terus-terusan berlatih karena tidak dapat mengimajinasikan apa yang ingin ia gambar di kanvasnya.
Pada intinya, untuk menjawab pertanyaan yang ada di judul adalah, ya! Semua orang bisa menggambar. Kita hanya memerlukan waktu untuk melihat sekitar, berlatih, mengobservasi, berimajinasi, dan lain-lainnya.
Orang-orang hebat yang disebutkan di atas tadi adalah orang yang sudah terus-terusan berlatih dan memiliki jam terbang yang lama. Selain itu, mereka juga mempunyai ingatan dan visual yang lebih dibandingkan orang-orang lain. Karena itulah mereka dapat menjadi ahli di bidangnya.
Untuk itu jika kita ingin dapat menyaingi atau setidaknya di level yang sama dengan orang-orang hebat tadi setidaknya kita harus terus-terusan berlatih. Tidak hanya dalam bidang gambar, melainkan semua bidang. Entah itu musik, olahraga, lomba umum, dan lain-lain.
Refrensi:
Can I be an artist with no imagination?
Interview & Demonstration with Kim Jung Gi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H