Mohon tunggu...
Farrel Chandra
Farrel Chandra Mohon Tunggu... Pelajar -

Seorang siswa dari SMA Kolese Loyola Semarang angkatan 67 yang sedang menempuh perjuangan di kelas XI C (IPA)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Bagi Seorang Janin, Terlahir atau Terpanggil

12 November 2017   12:09 Diperbarui: 24 November 2017   22:53 45868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eritroblastosis Fetalis merupakan sebuah penyakit dimana rhesus ibu negative (-) sedangkan rhesus ayah positive (+) dan rhesus dominan pada anak yang dikandung adalah positive (+), perbedaan rhesus ini menyebabkan aglutinogen (protein darah) yang terdapat dalam sel darah (eritrosit) yang memiliki fungsi sebagai antigen bereaksi. Pada penyakit Eritoblastosis Fetalis ini pada umumnya disebabkan karena terjadinya isoimunisasi, dimana pembentukan antibodi terhadap antigen individu yang lain yang masuk ataupun berada pada suatu tubuh.

Rhesus positive (+) adalah golongan darah yang memiliki antigen-D pada darahnya, sedangkan Rhesus Negative (-) adalah golongan darah yang tidak memiliki antigen-D pada darahnya. Pada orang Asia 85% diantaranya adalah orang dengan golongan darah yang memiliki antigen-D. Ketidak cocokan antara rhesus negative (-) ibu dan rhesus positive (+) anak akan menyebabkan penyakit dimana antibodi ibu (rhesus negative) menyangka bahwa antigen-D (rhesus positive) adalah benda asing yang masuk ke tubuhnya. Sebagai antibodi maka untuk melindungi tubuhnya dari "BAHAYA" antigen-D, antibodi ibu menyerang janin dengan rhesus positive.

Dibutuhkan waktu untuk antibodi ibu membuat semacam imunitas yang memakan antigen-D janin dengan rhesus positive. Karena membutuhkan waktu untuk membuat antibodi maka pada banyak kejadian serupa anak pertama dapat lahir dengan selamat (rhesus positive). Namum pada anak ke-2, ke-3, dan seterusnya janin dalam kandungan akan mengalami keguguran, karena antibodi ibu (rhesus negative) sudah terbentuk sempurna dan hanya perlu pemicu untuk mengaktifkannya. Semakin lama antibodi untuk melawan antigen-D maka semakin mudah terpicu jika ada janin dengan rhesus positive yang tiba - tiba masuk. Saat antibodi menyerang janin maka janin tidak akan bisa lahir atau lahir dengan memiliki kelainan, hal ini berlaku juga untuk janin pertama dimana janin belum terserang oleh antibodi ibu.

Apakah Eritoblastosis Fetalis ini dapat ditolong hanya saja sampai saat ini tingkat keberhasilannya sangat kecil. Cara untuk menolong janin dengan rhesus positive dan ibu dengan rhesus negative adalah dengan membatasi pemproduksian antibodi ibu yang akan melawan antigen-D pada janin, cara ini buka untuk menghentikan melainkan adalah untuk memperlambat terjadinya isoimunisasi, karena memperlambat saja produksi antibodi tetap terjadi hanya dalam skala kecil, jadi sebenarnya untuk menyelamatkan janin pada kandungan ibu yang memiliki rhesus negative sedikit lebih sulit jika dibandingkan dengan anak yang sudah lakir, karena pada saat di dalam kandungan pertemuan antara antibosi ibu dengan antigen-D dari anak akan terjadi di plasenta.

Hal ini memungkinkan adanya kebocoran kecil darah dari janin yang masuk kedalam sirkulasi darah ibu, karena pada saat kebocoran ini antigen-D bertemu dengan darah ibu, maka secara otomatis ibu akan membentuk antibodi. Ada cara yang seringkali dicoba adalah dengan setelah kelahiran anak pertama menunggu hingga 10 atau lebih tahun yang bisa menghilangkan antibodi, tetapi menurut saya tindakan itu tidaklah sepenuhnya tepat karena tubuh dari sang ibu sudah memasukan kedalam memori bahwa antigen-D (janin dengan rhesus positive) pernah berada dalam tubuh.

Dan jika setelah didiamkan selama 10 tahun atau lebih dan suatu saat setelah itu memiliki janin dengan rhesus positive tubuh sang ibu akan lebih cepat merespon dibandingkan pada saat anak pertama dimana tubuh sang ibu masih pertama kali mendeteksi adanya antigen-D. Sama halnya dengan pada saat kita melakukan imunisasi, pada saat imunisasi pertama tubuh akan menerima dengan sangat mudah, tetapi pada saat imunisasi yang berikutnya tubuh sudah menyiapkan antibodi untuk melawannya. Dan hal serupa juga terjadi hampir sama dengan antibodi ibu yang melawan antigen-D.

Sumber: https://www.quora.com/
Sumber: https://www.quora.com/
Pada bayi yang kedua antibodi ibu akan menjadi lebih siaga untuk menunggu masuknya antigen-D selain itu jika setelah gagal pada janin kedua dan ternyata sang ibu memiliki janin yang ketiga maka antibodi yang sudah diproduksi oleh ibu sudah jelas menjadi semakin banyak dan justru menyerang berkali kali lipat lebih cepat, tetapi sekali lagi jika didiamkan selama 10 atau lebih tahun, bukannya pemproduksian antibodi menjadi hilang dan mengulang seperti janin pertama atau dalam bahanya kerennya adalah me-reset, melainnkan pemproduksian dari antibodi ibu hanya tertidur dan jika ada antigen-D (rhesus positive dari janin) itu akan menjadi alarm bagi pabrik produksi antibodi ibu yang sewaktu-waktu dapat bekerja.

Walau sempat tertidur tetapi untuk memproduksi kembali antibodi yang setelah sekian lama ini terhenti produksi itu tetap menjadi lebih cepat dari yang pertama, karena tubuh ibu sudah mememori adanya antibodi tersebut yang memerangi antigen-D. Satu - satunya cara untuk mengurangi resiko terjadinya keguguran pada bayi yang kedua dan seterusnya adalah dengan melakukan sejenis pengobatan yang memperpanjang terjadinya produksi antibodi yang juga memperlambat terjadinya reaksi pertemuan antara antibodi dan antigen-D. Walau pada saat bayi kedua masih dapat di selamatkan dengan memperlambat terjadinya isoimunitas. Tetap saja tubuh manusia tetap mememori terus benda asing yang masuk ketubuh manusia, dan oleh sebab dari kemampuan tersebut presentase keberhasilan dari perlambatan produksi antibodi untuk janin berikutnya.

Walau dapat ditanggulangi dengan cara diatas, yaitu dengan memperlama terjadinya isoimunitas yang terjadi antara antibodi ibu dan antigen-D janin, dan janin selamat dan dapat terlahir, sang anak akan membawa dampak dari penyerangan antibodi kepada dirinya dalam skala yang kecil, dalam skala kecil karena injeksi RhoGam tidak sepenuhnya membatasi produski antibodi tubuh pada beberapa kasus kebocoran tetap terjadi adanya antigen-D yang diserang oleh antibodi walau dalam skala kurang dari 1% tetap saja penyerangan antibodi berdampak pada perkembangan si janin. Bentuk kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan jaringan otak, pembengkakan hati, dan masih banyak lagi masalah yang dapat ditimbulkan hingga menuju ke peace makers di jantung.

Jika kita kembali ke masalah penanganan Eritoblastosis Fetalis dengan memperlambat jadinya isoimmunitas adalah dengan memberikan injeksi anti-D (Rho) atau biasa disebut dengan nama RhoGam, tetapi RhoGam hanya bisa diberikan jika belum tercipta antibodi pada tubuh ibu, bianya akan dilakukan pengecekan pada saat ibu memasuki usia kandungan 28 minggu, dan tidak hanya sebelum persalinan tetapi RhoGam injeksi anti-D akan diberikan kembali setelah 72 jam sesudah persalinan usai.

Jika tanpa injeksi RhoGam janin dalam kandungan hanya memiliki peluang selamat 0% hingga 5% maka dengan injeksi RhoGam akan membuat peluang jan in dapat lahir hingga mencapai 99% hingga 99.93%. Sifat dari RhoGam ini adalah menghancurkan sel darah merah janin yang mengandung rhesus positive dan seolah - olah mengelabuhi tubuh ibu bahwa tidak ada rhesus positive dalam sirkulasi darahnya. Berbeda dengan antibodi, RhoGam akan hilang dalam beberapa minggu ini berarti aman bagi janin karena ia akan tetapi memiliki rhesus positive yang aman, tetapi jika terjadi kebocoran yang menyebabkan masuknya darah janin ke sirkulasi darah sang ibu maka RhoGam tidak bisa terus menerus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun