Mohon tunggu...
Farrel Alexander Rumate
Farrel Alexander Rumate Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Kolese Kanisius

hobi berjalan tinggi 180 kg

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang 9/11: Aksi Teror Paling Mematikan Dalam Sejarah

15 September 2024   09:50 Diperbarui: 15 September 2024   09:54 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Osama bin Laden berbicara di lokasi yang rahasia di Afghanistan. (STR/AFP/Getty Images)

23 tahun yang lalu, Amerika Serikat terguncang oleh aksi teror 9/11.
Terakhir kali terjadi serangan musuh di tanah AS adalah ketika pangkalan militer Pearl Harbor diserang oleh armada perang Kekaisaran Jepang, 59 tahun silam pada tanggal 7 Desember 1941.


PERANG SUCI

Osama bin Laden berbicara di lokasi yang rahasia di Afghanistan. (STR/AFP/Getty Images)
Osama bin Laden berbicara di lokasi yang rahasia di Afghanistan. (STR/AFP/Getty Images)
OSAMA BIN LADEN mendirikan al-Qaeda di penghujung perang Uni Soviet-Afghanistan. Ia kembali ke negara asalnya, Arab Saudi, sebagai seorang pahlawan atas jasanya dalam jihad melawan agresi Komunisme. Namun, hubungannya dengan keluarga kerajaan Saud runtuh ketika mereka mulai menganggap Osama dan al-Qaeda sebagai sebuah ancaman domestik. Osama juga mengecam Arab Saudi setelah mereka menerima bantuan Amerika Serikat ketika Saddam Hussein menginvasi Kuwait. Pada tahun 1991, ia minggat ke Sudan. Tiga tahun kemudian, selagi al-Qaeda berkembang di Sudan, Arab Saudi mencabut kewarganegaraannya dan membekukan asetnya, sehingga ia terpaksa bergantung pada sumber pendanaan luar.

Pada tahun 1996, setelah tekanan internasional yang besar, Sudan mengusir bin Laden. Ia kembali ke Afghanistan dan mendapat perlindungan dari pemerintahan Taliban. Pada tahun yang sama, bin Laden mengeluarkan fatwa pertama dari dua fatwa ( "pendapat keagamaan") yang menyatakan perang suci terhadap Amerika Serikat. Tujuan akhirnya adalah untuk menarik Amerika Serikat ke dalam sebuah perang besar dengan dunia Muslim yang pada akhirnya menggulingkan tatanan dunia lama dan mendirikan satu negara Islam. Untuk tujuan ini, al-Qaeda melatih militan dan mendanai serangan teroris. Pada tahun 1998, terjadi pengeboman serentak kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam, yang menewaskan 224 orang. Pengeboman al-Qaeda lainnya pada tahun 2000 menargetkan USS Cole, sebuah kapal perang AS yang berlabuh di Yemen, dan menewaskan 17 pelaut.

Setahun kemudian, Osama bin Laden, bersama al-Qaeda, menjalankan serangan teror paling mematikan dalam sejarah manusia.

"AMERICA IS UNDER ATTACK"

Cakrawala New York City yang terisi asap dari kedua gedung World Trade Center yang sedang terbakar (Reuters/Brad Rickerby)
Cakrawala New York City yang terisi asap dari kedua gedung World Trade Center yang sedang terbakar (Reuters/Brad Rickerby)
Pagi hari, 11 September 2001, 19 pembajak menaiki empat pesawat domestik; American Airlines Penerbangan 11, United Airlines Penerbangan 175, American Airlines Penerbangan 77, dan United Airlines Penerbangan 93. Segera setelah lepas landas mereka membajak pesawat-pesawatnya menggunakan box cutter yang disembunyikan. Para pembajak kemudian mengambil alih pesawat tersebut menuju target mereka masing-masing

Pukul 08.46 - Pesawat American Airlines penerbangan 11, yang berangkat dari Boston, dipiloti ke menara utara World Trade Center di New York City. Seluruh 92 orang di dalamnya tewas.

Para pengamat awalnya mengira ini sebuah kecelakaan yang melibatkan pesawat komuter kecil.

Pesawat kedua, United Airlines penerbangan 175, juga dari Boston, menabrak menara selatan 17 menit kemudian. Para saksi yang sedang melihat kejadian mulai sadar. Ini bukan sebuah kecelakaan, ini adalah sebuah serangan.

Presiden ke-43 Amerika Serikat, George W. Bush, ketika mendengar berita serangan 9/11. (Paul J Richards/EPA)
Presiden ke-43 Amerika Serikat, George W. Bush, ketika mendengar berita serangan 9/11. (Paul J Richards/EPA)
Pada pagi hari tanggal 11 September, Presiden Bush sedang berkunjung ke sebuah sekolah di Sarasota, Florida. Selagi dia menemani para murid yang sedang belajar, Andrew Card, kepala stafnya, berbisik di telinga kanan Presiden Bush: "Pesawat kedua telah menabrak menara kedua. Amerika sedang diserang."
Pesawat ketiga, United Airlines penerbangan 77, menabrak sisi barat Pentagon, gedung kantor Departemen Pertahanan Amerika Serikat, pada pukul 09.37.

Kerusakan di sisi barat gedung Pentagon. (NSA)
Kerusakan di sisi barat gedung Pentagon. (NSA)
Penerbangan terakhir, United Airlines penerbangan 93, juga mengubah arah menuju Washington. Pesawat tersebut kemudian dijatuhkan di Shanksville, Pennsylvania, pada pukul 10.03. Setelah penyelidikan, ditemukan bahwa para penumpang memberontak setelah mendengar berita serangan di New York City dan Pentagon. Melihat pemberontakan ini, para pembajak memutuskan untuk menjatuhkan pesawatnya. Target awal United Airlines penerbangan 93, diperkirakan antara Gedung Kongres Amerika Serikat atau Gedung Putih.

Memorial penerbangan 93 di Shanksville, Pennsylvania. (NPS)
Memorial penerbangan 93 di Shanksville, Pennsylvania. (NPS)
Hampir 3.000 orang tewas: 2.753 orang di New York, 184 orang di Pentagon, dan 40 orang di Pennsylvania. Semua 19 teroris juga tewas. Termasuk dalam jumlah total korban di Kota New York adalah lebih dari 400 petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran, yang kehilangan nyawa setelah bergegas ke tempat kejadian dan masuk ke dalam menara.
Terdapat 6000 hingga 25000+ orang terluka di dalam serangan teror ini. Pembersihan lokasi World Trade Center memakan waktu delapan bulan dan selesai pada bulan Mei 2002, sementara Pentagon diperbaiki dalam waktu satu tahun.

Bendera AS berkibar di dekat pangkalan World Trade Center yang hancur. (REUTERS/Peter Morgan)
Bendera AS berkibar di dekat pangkalan World Trade Center yang hancur. (REUTERS/Peter Morgan)
INTERVENSI DAN INSURGENCY
whatsapp-image-2024-09-15-at-09-44-39-66e64a65c925c4512052bd62.jpeg
whatsapp-image-2024-09-15-at-09-44-39-66e64a65c925c4512052bd62.jpeg

Setelah serangan 9/11, Amerika Serikat mendeklarasikan sebuah "Perang Melawan Terorisme". Usaha AS tidak akan terbatas ke operasi militer, namun upaya intelijen, diplomasi, dan keamanan domestik juga dilakukan. Secara militer, kampanye ini melibatkan invasi besar-besaran ke Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban, yang memberikan perlindungan kepada al-Qaeda, serta invasi ke Irak dengan alasan menghilangkan ancaman senjata pemusnah massal yang dimiliki oleh Saddam Hussein. Operasi-operasi rahasia juga diluncurkan di negara-negara seperti Yaman, di samping pemberian bantuan militer besar kepada negara-negara yang mau bekerja sama. Pendanaan militer ditingkatkan secara signifikan, sejalan dengan upaya untuk menumpas terorisme global melalui kekuatan bersenjata.

Pada bidang intelijen, reorganisasi besar-besaran terjadi, di mana lembaga-lembaga seperti Badan Keamanan Nasional (NSA) dan Biro Investigasi Federal (FBI) memperoleh peningkatan kekuasaan dan pendanaan untuk mengawasi, menangkap, dan menahan para tersangka teroris. Penahanan tanpa pengadilan di fasilitas kontroversial seperti penjara Guantnamo Bay atau penjara Abu Ghraib menjadi bagian dari upaya global ini, bersamaan dengan penangkapan dan interogasi tersangka di penjara-penjara rahasia di luar negeri. Di tingkat diplomasi, Amerika Serikat berusaha membangun koalisi internasional yang kuat, menyatukan berbagai negara dalam upaya kontra-terorisme global, sambil melancarkan kampanye untuk mengatasi persepsi negatif terhadap Amerika di Timur Tengah dan negara-negara Islam lainnya.

Di dalam negeri, Perang Melawan Terorisme mengubah struktur keamanan Amerika Serikat. Undang-undang USA PATRIOT Act disahkan untuk memperluas kekuasaan pemerintah dalam menyelidiki dan mencegah ancaman teroris, sementara Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) dibentuk untuk mengawasi upaya tersebut. Tindakan pencegahan seperti pengawasan massal oleh NSA, pengetatan keamanan di bandara dan perbatasan, serta penahanan ribuan tersangka teroris diimplementasikan. Sementara Amerika Serikat berhasil menangkap dan membunuh banyak pemimpin al-Qaeda dan mencegah serangan besar di tanah airnya, banyak yang mengkritik bahwa tindakan militer di Afghanistan dan Irak justru memperburuk situasi dengan memicu kebangkitan sentimen anti-Amerikanisme, memperkuat pesan jihadisme, dan menyebarkan jaringan teroris yang semakin sulit dilacak.

Pada akhir masa jabatan Presiden George W. Bush, invasi Irak berujung pada kekacauan besar, dengan munculnya perang saudara sektarian dan kebangkitan kelompok-kelompok militan baru, termasuk ISIS. Di Afghanistan, pemberontakan Taliban yang telah tersusun kembali semakin memperburuk keadaan. Pada tanggal 2 Mei 2011, Osama bin Laden, pendiri al-Qaeda, ditembak dan dibunuh di kompleks rumahnya di kota Abbottabad, Pakistan oleh Navy SEAL Amerika Serikat dari SEAL Tim Six. Kematiannya tidak memberhentikan apapun. Aktivitas teror di seluruh dunia tetap berjalan seperti biasa.

Pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama, Amerika Serikat secara resmi menghindari penggunaan istilah "Perang Melawan Terorisme", meskipun banyak kebijakan seperti penggunaan drone dan operasi khusus tetap berlanjut, serta keberadaan pasukan Amerika di Irak dan Afghanistan bertahan hingga masa akhir kepresidenannya. Meskipun serangan teroris besar dapat dicegah, dampak dari Perang Melawan Terorisme masih dirasakan secara global, dengan berbagai tantangan terhadap stabilitas internasional dan hak asasi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun