Dokumentasi Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi lapangan kebun jeruk yang dilakukan di Desa Karangwidoro, Kec. Dau, Kab. Malang, Jawa Timur pada rabu (04/10/2023). Oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Observasi ini dilakukan oleh beberapa mahasiswa  Program studi S1 Ekonomi Pembangunan yang beranggotakan 4 orang yaitu, Ahmad Yunan Z., Dina Olivia, Muhammad Farras R., Dan Sella Irmafirnanda P. yang dibimbing oleh Prof. Dr. Imam Mukhlis, M.Si dan Agung Nugroho, S.Pd., M.Pd.
Berdasarkan kegiatan observasi tersebut ditemukan bahwa terdapat masalah ekonomi yang dihadapi para petani jeruk yaitu penurunan harga buah jeruk yang disebabkan oleh panen raya. Terdapat beberapa jenis jeruk yang ditanam di Kebun yang dimiliki oleh Ibu Sri Sulasmi salah satu petani jeruk di Desa Karangwidoro, saat panen raya jeruk jeruk tersebut mengalami penurunan harga yaitu Jeruk Simadu dari Rp.20.000/Kg menjadi Rp.16.000, Jeruk Baby Java dari Rp.12.000/Kg menjadi Rp.8.000, dan Jeruk Keprok dari Rp.15.000/Kg menjadi Rp.8.000. Berdasarkan fenomena tersebut, diketahui bahwa rata-rata penurunan harga jeruk berada pada level Rp4.000 - Rp8.000.
Dengan adanya penurunan yang signifikan tersebut sangat berpengaruh didalam pendapatan para petani. Saat melakukan observasi disana kita menemukan sesuatu hal yang menarik untuk memecahkan masalah penurunan pendapatan para petani jeruk. Berdasarkan temuan lapangan khususnya di Kebun Milik Ibu Sri Sulasmi terdapat tumbuhan lain yang ditanam dibawah pohon jeruk atau biasa disebut dengan tumpang sari seperti cabai rawit, tomat, dan jahe yang memiliki harga ekonomis dipasaran. Cabai rawit, tomat, dan jahe tersebut dijual dipasaran yaitu dengan harga cabai rawit yang sekarang Rp.30.000/Kg, tomat Rp.10.000/Kg, dan jahe Rp.20.000/Kg. Dengan hasil dari penjualan tersebut para petani akan mendapatkan omset yang lebih.
"Tumpang sari itu sangat membantu mbak mas, untuk hasil tumpang sari itu dijual di pasar gadang biasanya juga ada yang langsung ngambil ke rumah. Tumpang sari ini juga bisa mengurangi biaya dalam pemupukan karena tanamannya satu lahan dan nanti sudah menyalur jadi satu " ujar Ibu Sri Sulasmi salah satu petani jeruk di Desa Karangwidoro.
Berdasarkan pernyataan dari Ibu Sri Sulasmi tersebut kita dapat menyimpulkan Bahwa teknik tumpang sari tidak hanya menambah penghasilan para petani tetapi juga menjadikan pemanfaatan lahan yang efektif sehingga lahan tidak mubazir, serta penggunaan pupuk menjadi lebih efisien.
"Saya mendapat keuntungan bersih dari penjualan jeruk itu sendiri sekitar 50 juta dalam satu kali panen,untuk keuntungan bersih dari teknik tumpang sari sekitar 10 juta dalam satu kali panen" Ujar Ibu Sri Sulasmi petani jeruk Desa Karangwidoro.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan keuntungan dari teknik tumpang sari dapat menambah omset sebanyak 20%. Dengan adanya teknik tumpang sari ini para petani tidak memerlukan lahan yang luas untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.
KESIMPULANÂ