Dalam lautan takdir yang bergelora, cinta kita terombang-ambing badai. Kucoba bertahan, menggenggam erat, namun ombak takdir terlalu kuat.
Terpaksa kurelakan kau pergi, menjauh dari pelukanku yang rapuh. Air mata jatuh membasahi pipi, seiring kepergianmu yang tak terelakkan.
Hatiku terluka, remuk redam, namun cintaku padamu tetap utuh. Dalam sunyi, kuukir janji suci, menanti hadirmu di ujung waktu.
Kusimpan rapi kenangan kita, dalam kotak usang berbalut cinta. Baju-bajumu, tas mu, wangi parfummu, semua aku simpan, menjadi pengobat rindu.
Seperti kunang-kunang dalam gelap, cahayamu tetap bersinar di jiwaku. Meskipun raga terpisah jarak, cinta kita abadi dalam kenangan.
Untukmu, belahan jiwaku, terbanglah tinggi gapai angkasa. Kejarlah mimpi, lukislah bahagia, ukirlah namamu di antara bintang.
Dan jika takdir merestui, jika cinta kita memang sejati, tetaplah sendiri, menantiku kembali. Kelak, kita kan bersatu lagi.
Di bawah langit yang sama, kita kan menulis kisah cinta abadi. Hingga saat itu tiba, ku kan menanti dalam diam, merindukanmu dalam setiap hembusan nafas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H