PENDAHULUAN
Sektor perikanan di Kecamatan Sungai Tabuk memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian lokal. Melalui sektor ini, banyak masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya, sehingga keberlanjutan dan pengembangan sektor perikanan menjadi krusial bagi kesejahteraan wilayah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sektor perikanan di Kecamatan Sungai Tabuk dengan menggunakan pendekatan Lokasi Quotient (LQ). Pendekatan LQ akan membantu mengidentifikasi seberapa besar spesialisasi sektor perikanan di kecamatan ini dibandingkan dengan wilayah lain, sehingga bisa dilihat apakah sektor ini lebih unggul secara relatif dalam perekonomian lokal.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran jelas mengenai potensi dan tantangan sektor perikanan di Kecamatan Sungai Tabuk. Dengan demikian, rekomendasi kebijakan yang tepat dapat dirumuskan untuk mendorong pengembangan sektor perikanan secara berkelanjutan di masa depan.
ISI
Tabel 1 Produksi Perikanan Budidaya di Kec. Sungai Tabuk
Tabel diatas merupakan tabel produksi perikanan dan budidaya di Kecamatan Sungai Tabuk Kab. Banjar. Terdapat 5 Jenis Produksi Perikanan yang ada pada Kecamatan Sungai Tabuk Kab. Banjar, yaitu ada Nila, Patin, Lele, Mas, dan Bawal, salah satunya ada yang sudah tidak di budidyakan lagi yaitu ikan Lele.
Foto Tambak yang ada pada Kec.Sungai Tabuk
Tabel 2 Analisis Perhitungan
Pada tabel di atas menunjukkan Analisis Perhitungan Produksi Ikan di Kecamatan Sungai Tabuk dari tahun 2017 hingga 2021. Data ini terdiri dari lima jenis ikan, yaitu Nila, Patin, Lele, Mas, dan Bawal. Setiap baris mewakili produksi per jenis ikan dalam satuan tertentu, yang diakumulasikan dari tahun ke tahun. Misalnya, produksi ikan Nila mengalami fluktuasi selama periode tersebut, dengan puncak tertinggi pada tahun 2020 sebesar 153951525 dan total keseluruhan mencapai 492345229,6. Selain itu, ikan Patin juga menunjukkan kenaikan hingga total keseluruhan sebesar 466137751,45 selama lima tahun.
Tabel juga menunjukkan bahwa ikan Lele memiliki produksi yang lebih stabil dengan sedikit peningkatan selama periode lima tahun. Produksi ikan Mas dan Bawal juga mengalami perubahan yang signifikan, dengan ikan Mas mencapai total produksi sebesar 8659041,85 dan Bawal 15281999,2. Perhitungan total untuk semua jenis ikan dari tahun 2017 hingga 2021 mencapai angka 1197267222, menunjukkan besarnya kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian lokal.
Penekanan pada total produksi per tahun dan jenis ikan dapat memberikan wawasan bagi kebijakan pengembangan sektor perikanan di wilayah tersebut, terutama untuk ikan-ikan dengan produksi yang lebih tinggi seperti Nila dan Patin. Analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi pertumbuhan dan area yang memerlukan peningkatan produksi.
Tabel 3 Analisis LQ
Pada tabel ini menunjukkan Analisis Location Quotient (LQ) untuk berbagai jenis ikan di Kecamatan Sungai Tabuk selama periode yang sama, dari 2017 hingga 2021. LQ digunakan untuk menentukan apakah suatu komoditas merupakan basis atau non-basis di suatu daerah, yang mengindikasikan apakah komoditas tersebut diproduksi melebihi konsumsi lokal dan bisa diekspor (basis) atau hanya mencukupi kebutuhan lokal (non-basis).
Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa ikan Nila, Patin, Mas, dan Bawal termasuk ke dalam kategori “Basis” selama lima tahun berturut-turut, menunjukkan bahwa komoditas ini merupakan komoditas unggulan daerah yang berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah. Sementara itu, ikan Lele selalu masuk dalam kategori “Non Basis”, menunjukkan bahwa produksinya tidak mencukupi untuk kebutuhan ekspor dan hanya diproduksi untuk konsumsi lokal.
Data ini penting bagi perencanaan ekonomi daerah, karena dapat digunakan untuk memprioritaskan investasi dan dukungan bagi komoditas yang termasuk kategori basis, serta mencari cara untuk meningkatkan produksi komoditas non-basis agar dapat memenuhi kebutuhan daerah lebih efektif.
PENUTUP
Berdasarkan analisis dengan pendekatan Lokasi Quotient (LQ), sektor perikanan di Kecamatan Sungai Tabuk memiliki beberapa komoditas yang berperan sebagai basis ekonomi daerah, seperti ikan Nila, Patin, Mas, dan Bawal. Keempat jenis ikan ini menunjukkan potensi ekspor karena produksinya melebihi kebutuhan konsumsi lokal. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan di kecamatan tersebut memiliki daya saing yang cukup tinggi dan dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian lokal maupun regional.
Sebaliknya, ikan Lele tergolong sebagai komoditas non-basis, yang berarti produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal dan tidak memiliki potensi ekspor yang signifikan. Meskipun demikian, ikan Lele tetap menjadi bagian penting dalam mendukung ketahanan pangan lokal, sehingga upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi komoditas ini tetap diperlukan.
Secara keseluruhan, hasil analisis ini memberikan pandangan yang jelas mengenai komoditas unggulan di sektor perikanan Kecamatan Sungai Tabuk. Rekomendasi kebijakan dapat difokuskan pada penguatan komoditas basis melalui peningkatan investasi, inovasi teknologi, serta akses pasar yang lebih luas. Sementara itu, langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi produksi ikan non-basis, seperti ikan Lele, juga perlu dirumuskan agar sektor perikanan tetap berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan masyarakat.
REFERENSI
Bps Kab.Banjar tahun 2017 – 2021
FAO. (2020). The State of World Fisheries and Aquaculture 2020. Rome: FAO.
Kuncoro, M. (2012). Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Isserman, A. M. (1977). The Location Quotient Approach to Estimating Regional Economic Impacts. Journal of the American Institute of Planners.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H