Patahan Lembang ini terbentuk dari letusan gunung Sunda yang akhirnya membentuk garis letusan dengan jumlah letusan lebih dari sepuluh titik. Muntahan yang disebarkan keluar antara lain terdapat di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang disebut batu pasir tufaan. Fenomena geomorphologi ini merupakan yang paling khas di wilayah ini yang dikenal dengan istilah Patahan Lembang.
Prasasti Beraksara Thailand
Terdapat dua buah prasasti yang merupakan peninggalan dari raja Thailand yang berkunjung ke Curug Dago. Prasasti I berada dalam posisi membujur hampir simetris dengan aliran Sungai Cikapundung, terletak relatif tinggi daripada prasasti II, tulisan hanya pada satu bidang permukaan batu, tersusun dalam dua baris.Â
Baris atas berupa pahatan inisial sedangkan pada baris bawah adalah nama Raja Chulalongkorn II (Rama V) dari Thailand mengunjungi Curug Dago pertama kali pada tahun 1896 (19 Juni B.E 2439).Â
Dalam kunjungannya yang kedua kali pada tahun 1901 (6 Juni B.E 2444) Baginda Raja menorehkan parfnya yang dilengkapi dengan tahun Rattanakosin (Bangkok) Era 120 diatas batu.
Prasasti II terukir nama Raja Prajadipok (Rama VII) dari Thailand mengunjungi curug Dago pada tahun 1929 (12 Agutus B.E 2472) untuk melihat batu yang terukir Ayah handanya Raja Chulalongkorn, kemudian Rapa Prajadipok ikut menorehkan parafnya yang dilengkapi tahun BE 2472.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini bisa menjadi sebuah ecomuseum lokal yang berada di daerah Kota Bandung, sebab terdapat peninggalan sejarah dari tiga negara yaitu Belanda, Jepang, dan Thailand sekaligus dalam satu hutan atau tempat. Selain itu terdapat tempat wisata alam yang cocok untuk berlibur menghilangkan penat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H