Mohon tunggu...
Farras Gama
Farras Gama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Empat Bahaya pra-Pilkada Serentak 2015

5 November 2015   12:03 Diperbarui: 5 November 2015   12:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Siapa yang Anda Pilih?"][/caption]

Mayoritas pasang mata buta dengan hal-hal nikmat sebelum  pilkada serentak. Bahaya tersebut menyerang orang-orang dengan iman lemah, tipis dan mudah robek oleh tipu daya pilkada serentak.

Berikut adalah tujuh virus yang sering terdeteksi pada setiap pemilu:

  1. Money politics. Serangan fajar ini cukup efektif untuk merangsang warga datang ke TPS. “Siapa nominalnya lebih besar, maka saya pilih.” Jangan tertipu dengan jargon pra pilkada ini. Bahkan banyak diantara mereka yang “munafik”, memilih calon lain tetapi tetap mendapatkan uang dari calon berikutnya. Hal ini wajib diubah, uang yang Anda dapatkan adalah uang panas. Cukup Anda konsumsi pribadi dan Anda rusak. Tak perlu meilbatkan teman atau keluarga. Ingat, apa yang kita makan, itu yang dipertanggungjawabkan.
  2. Black campaign. Pencemaran nama baik sudah menjadi ritual biasa sebelum pemilu. Ibarat sayur tanpa garam jika tidak ada fitnah. Jangan mau termakan oleh isu-isu ringan. Apa yang Anda dengar dan baca perlu dikroscek kebenarannya. Anda salah berucap, ingatlah banyak telinga yang menjadi saksi fitnahan Anda.
  3. Appraising position. Banyak manusia yang tak produktif dan sedang diuji luluh akan jabatan yang lebih tinggi. “Jika saya terpilih, Kamu akan saya jadikan PNS, akan saya naikkan jabatan….” Percayalah kata “akan” dalam kampanyenya terucap secara reflek. Berpikirlah sebagai calon eksekutif, “Apakah saya mau uang saya habis untuk orang yang belum saya kenal dan saya naikkan jabatannya tetapi tidak jelas kualitasnya?”
  4. Lucu memang, jika menganggap calon eksekutif daerah sebagai jago aduan. Buktinya banyak yang bertaruh kepada “ayam jago” untuk menambah pundi-pundi dalam kantong. Untung bagi yang menang, bunting bagi yang kalah. Ingat! Masih banyak cara produktif dan positif untuk menambah uang: investasi. Jangan ajarkan hal ini kepada anak Anda, meskipun Anda tidak mengajarkannya.

Ingat apa-apa yang Anda lakukan tidak langsung berdampak kepada Anda. Hal-hal negatif yang nyaman Anda lakukan bisa berbalik menyerang anak keturunan Anda. Sebelum terlambat, jangan Anda lakukan dan sukseskan pilkada serentak 2015 dengan jujur dan amanah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun