Mohon tunggu...
Farrah Rohmatul Ummah
Farrah Rohmatul Ummah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Geofisika dan Meteorologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengaruh Lingkungan Kumuh terhadap Pengambilan Keputusan Keluarga

24 November 2022   20:08 Diperbarui: 24 November 2022   20:40 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pemukiman kumuh padat penduduk (sumber:  (Liputan6.com/Angga Yuniar) 

Dr. Ir. Diah Krisnantuti, MS., Ir. MD. Djamaludin, M.Sc., Sifa Istiqomah, Farrah Rohmatul Ummah, Muhammad Dhiyaul Fakhri, Khairani Kholbi Nur Aisyah, Muhamad Yoga Ibrahim

Banyak persepsi buruk mengenai lingkungan kumuh, tanpa mengetahui arti yang sesungguhnya. Lingkungan kumuh sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan lingkungan dimana hunian dengan kualitas yang tidak baik, dan tidak layak huni. Hal tersebut dicirikan dengan kepadatan bangunan sangat tinggi dengan luasan yang sangat terbatas serta rawan penyakit. Tidak hanya itu, kualitas bangunan yang sangat rendah menjadikan kualitas udara di sekitarnya pun demikian. Lingkungan yang kumuh digambarkan juga dengan lingkungan yang padat huni, dimana penduduk melebihi 500 orang per Ha, kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah serta sarana dan prasarana tidak memenuhi standar teknis dan kesehatan.

Cara mengetahui bagaimana pengambilan keputusan dalam keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh dilakukan dengan survey pada individu atau komunitas yang berada atau dekat dengan lingkungan kumuh. Berdasarkan 24 responden, diketahui bahwa 87.5% responden menjawab bahwa individu, teman, atau saudara ada yang tinggal di sekitar lingkungan kumuh tersebut. Sementara, 12,5% responden menjawab bahwa tidak berada di lingkungan kumuh. Pada pertanyaan lain, yaitu cara pengambilan keputusan dalam keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh, hasil yang diperoleh dari total 24 responden menunjukkan sebanyak 58,3% responden cara pengambilan keputusan dalam keluarganya didominasi oleh pilihan orang tua, sebanyak 29,2% responden menyatakan bahwa keputusan dalam keluarganya diambil melalui jalan tengah dan kesepakatan yang disampaikan masing-masing anggota keluarga, sedangkan sisanya menyatakan keputusan ada di tangannya sendiri dan terkadang mengikuti pilihan orang tua.

Lingkungan kumuh sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan lingkungan sangat mempengaruhi karakter dan sikap seseorang, baik secara langsung, maupun tidak langsung, dan secara sadar maupun tidak sadar. Lingkungan kumuh mempengaruhi suatu perubahan keputusan terutama pada kondisi darurat. Misalnya terdapat anggota keluarga yang membutuhkan pengobatan secara cepat dan diharuskan untuk pergi ke rumah sakit, maka diperlukan pengambilan keputusan secara cepat, namun karena ketidakkonsistenan dari kepala keluarga yang memikirkan beberapa kendala, sehingga anggota keluarga yang harus mendapatkan pengobatan menjadi tertunda.

Bagaimana proses pengambilan keputusan yang efektif?

Hubungan antara pengambilan keputusan dan upaya untuk mengatasi masalah sangat erat. Keputusan yang berkualitas adalah keputusan yang mampu menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, pilihan yang berhasil adalah pilihan yang diambil dan dieksekusi secara efektif. Pilihan yang efektif harus memenuhi kriteria berikut: kualitas keputusan, penerimaan oleh bawahan, dan ketepatan waktu. Dasar-dasar pengambilan keputusan terdiri atas intuisi, pengalaman, fakta, otoritas, dan logika. Proses pengambilan keputusan terdiri atas: 

1.       Penentuan tujuan atau sasaran (terjadi revisi). 

2.       Mencari berbagai alternatif.

3.       Membandingkan dan evaluasi alternatif. 

4.       Memilih diantara alternatif. 

5.       Implementasi keputusan. 

Komponen yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengambilan keputusan, antara lain:

1.    Tujuan dari pengambilan keputusan.

2.    Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah. 

3.   Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya/ diluar jangkauan manusia. 

4. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan.

 

Masyarakat yang tinggal pada lingkungan kumuh akan saling mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah kebiasaan yang dijadikan sebagai kewajaran. Tingkat pendidikan, kebutuhan ekonomi, jumlah anggota keluarga, dan total pendapatan di lingkungan kumuh biasanya memiliki nilai yang homogen, sehingga keputusan yang diambil pada keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh cenderung sama. Keputusan yang dibuat oleh keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh dapat berubah tergantung kondisi pada keluarga tersebut. Faktor ekonomi dan tradisi yang ditanam dalam lingkungan tersebut menjadi landasan terbesar saat pengambilan keputusan.

Apa cara terbaik dalam pengambilan keputusan pada keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh?

Proses pengambilan keputusan yang baik bagi keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang ada pada keluarga tersebut, termasuk keputusan dalam pemilihan rumah. Pemilihan rumah yang kurang baik, berakibat terhadap keputusan yang akan diambil. Cara terbaik yang dapat dilakukan yakni pemilihan tempat tinggal dan lingkungan yang baik, dan tidak di lingkungan kumuh. Pengambilan keputusan yang sangat penting harus dilakukan di tempat yang aman dan jauh dari kebisingan maupun lingkungan kumuh yang dapat mengganggu ketenangan pikiran dalam mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan pada keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik antar anggota keluarga, sehingga keputusan tidak terpusat di kepala keluarga. Komunikasi antar anggota keluarga dalam pembuatan skala prioritas dan jadwal harian perlu dilakukan agar tidak adanya konflik saat melakukan aktivitas yang sudah ditentukan dalam skala prioritas. Skala prioritas yang dibuat yakni dengan menyertakan kegiatan penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting tapi mendesak, dan tidak penting tidak mendesak. Tingkat pendidikan, kebutuhan ekonomi, jumlah anggota keluarga, total pendapatan, dan tradisi yang ditanam dalam masyarakat menjadi landasan terbesar saat pengambilan keputusan. 

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun