Kota Depok, merupakan salah satu dari tujuh kota prioritas dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Indonesia sejak diterbitkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015. Â Berdasarkan faktor topografi dan kondisi klimatologisnya, Kota Depok memiliki tantangan besar salah satunya terkait kerentanan terhadap bencana longsor. Â Topografi Kota Depok yang berupa dataran rendah dengan lereng landai hingga bergelombang serta curah hujan tinggi menjadi penyebab potensi bencana longsor yang signifikan di wilayah ini.
Berdasarkan hasil analisis data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kota Depok, ditemukan peningkatan jumlah peristiwa bencana longsor dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, peristiwa bencana longsor dari tahun 2020 ke 2021 naik dari sepuluh angka menjadi tiga belas angka kejadian. Melihat sejarah kejadian bencana, daerah rentan seringkali berada pada titik sempadan sungai seperti Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan, dan Situ Pedongkelan. Â Peristiwa bencana longsor ini menjadi ancaman serius bagi keselamatan dan keamanan fisik serta jiwa warga Kota Depok. Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan kejadian bencana longsor juga menelan korban jiwa.
Sebagai upaya mengantisipasi potensi bahaya bencana ini, Kelompok Ilmu Perumahan dan Permukiman Perkotaan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, bersama Program Studi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik dan Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia, bekerja sama dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah serta Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Depok untuk merancang Sistem Informasi Geografis (SIG) yang memuat data spasial perumahan dan permukiman di wilayah berpotensi bencana longsor.
SIG selanjutnya diusulkan akan menjadi instrumen penting bagi para pemangku kepentingan terkait, tidak hanya berhenti untuk mengidentifikasi zona-zona rawan bencana longsor, tetapi juga sebagai dasar merencanakan upaya mitigasi yang tepat sasaran. Informasi spasial yang terangkum dalam SIG memungkinkan untuk dilakukannya pemetaan secara rinci terhadap wilayah-wilayah yang rentan dan perencanaan kota yang lebih presisi dalam menghadapi potensi bencana longsor di masa depan.
Inisiatif yang dilakukan Universitas Indonesia dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat menjadi panduan utama dalam mengevaluasi ulang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) di Kota Depok. Â Pemanfaatan dan pengembangan teknologi SIG dalam konteks ini menjadi sangat krusial untuk mengurangi risiko bencana, membangun resiliensi, serta memperkuat mitigasi dalam menghadapi ancaman longsor di Kota Depok terutama melalui perencanaan kota. Melalui upaya kolaboratif antara lembaga akademis, dan pemerintah kota diharapkan tercipta langkah-langkah konkret yang dapat memberikan perlindungan yang lebih baik bagi warga kota dari ancaman bencana longsor. Â Dengan demikian, kedepannya Pemerintah Kota Depok memiliki data yang lebih komprehensif dan dapat meningkatkan efektifitas dalam memperkuat peranannya sebagai penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman yang aman bagi warga kotanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H