Mohon tunggu...
Farra Qonita
Farra Qonita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Walisongo Semarang

Hobi : Membaca, menulis, mengeksplorasi banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rendah Minat Baca, Sulit Mengerjakan Soal Cerita Matematika

12 Juni 2024   16:05 Diperbarui: 12 Juni 2024   16:18 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Literasi (sumber: depositphotos.com)

Relevansi sulitnya mengerjakan soal cerita matematika yang disebabkan oleh rendahnya minat baca terdapat tiga hal. Pertama, peserta didik yang memiliki minat baca rendah juga akan memiliki keterbatasan kosakata. Pada soal cerita memerlukan pemahaman kosakata yang luas. 

Peserta didik yang memiliki  kosakata terbatas maka akan kesulitan dalam memahami soal cerita tersebut. Terlebih lagi, soal cerita matematika memiliki ciri khas seperti simbol dan rumus yang memerlukan pemahaman lebih. Kedua, kurangnya keterampilan pemahaman membaca dapat timbul karena rendahnya minat baca. 

Jika peserta didik tidak minat membaca, maka akan cenderung kurang cermat menganalisis informasi yang ada yang dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk menjawab soal. Informasi yang ada pada soal yang tidak dicermati akan menyulitkan dalam memahami dan menjawab soal cerita matematika yang disediakan. 

Ketiga, kurangnya latihan. Seperti halnya keterampilan lainnya, kemampuan mengerjakan soal cerita juga akan membutuhkan latihan yang teratur. Peserta didik yang jarang berlatih dapat terjadi kemungkinan merasa sulit ketika dihadapkan pada soal cerita matematika.

Dalam mengatasi kesulitan mengerjakan soal cerita matematika yang disebabkan oleh rendahnya minat baca peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa cara.  Hal yang paling utama adalah membangun budaya literasi terlebih dahulu agar membiasakan peserta didik cermat dalam membaca soal.  

Membangun budaya literasi  dapat direalisasikan dengan membimbing peserta didik menggunakan teknologi secara bijaksana, membentuk lingkungan yang aktif membaca bagi peserta didik, dan menyediakan fasilitas yang memudahkan peserta didik untuk membaca buku. Peserta didik yang sudah kecanduan bermain game di smartphone dapat diubah ke kebiasan positif. 

Penggunaan smartphone yang sebelumnya untuk bermain game dibatasi lalu diimbangi dengan pembiasaan membaca materi sekolah atau cerita fiksi menggunakan smartphone dengan durasi waktu tertentu setiap harinya. Selanjutnya, perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua dalam membentuk lingkungan yang aktif membaca. 

Seperti pepatah Jawa, guru itu digugu lan ditiru. Begitu juga orang tua sebagai role model peserta didik di rumah. Ketika guru dan orang tua terbiasa aktif membaca dan mengajak peserta didik untuk sering membaca, maka peserta didik juga akan tergerak untuk membaca secara mandiri. 

Fasilitas yang dapat menunjang budaya literasi seperti penyediaan buku, perpustakaan mini di rumah, dan pojok baca di kelas juga perlu ditingkatkan.

Setelah budaya literasi tertanam pada jiwa peserta didik maka dalam membaca soal cerita akan dilakukan dengan cermat dan teliti. Dengan demikian, salah satu penyebab sulitnya mengerjakan soal cerita matematika dapat teratasi. Untuk kesulitan lain dalam konteks rumus dan penyelesaian soal perlu adanya strategi tersendiri untuk mengatasi permasalahan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun