Setelah dari Tegalrejo, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pondok Pesantren Salafiyyah Cokrokertopati atau PSM Takeran. Pondok ini didirikan oleh Kiai Hasan Ulama pada sekitar abad ke-18. Kiai Hasan Ulama sendiri, merupakan putra dari penasehat spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Kiai Kholifah atau Pangeran Cokrokertopati, yang dimakamkan di Bogem, Ponorogo. Beliau juga termasuk salah satu Mursyid Tarekat Syattariyyah.
Memasuki gapura pondok, nuansa pesantrennya pun sangat berasa. Santri-santri berlalu lalang, ada yang duduk duduk di Masjid, ada yang membersihkan kamar mandi. Santri-santrinya pun sangat ramah membuat jiwa kesantrian saya melonjak.
Saya dan rombongan langsung menuju makam yang ada dibelakang Masjid. Pemakaman disini sangat bersih, tanahnya ditutupi batu-batu kecil supaya bersih dan tidak becek. Oh ya, saat memasuki area pemakam alas kaki dicopot ya, bukan kenapa-kenapa, cuma untuk menghormati saja. Namanya juga orang Jawa yang sangat menjunjung etika.
Yang kami ziarahi disini adalah Makam Kiai Hasan Ulama dan KH. Imam Muttaqin (putra Kiai Hasan Ulama, yang juga seorang Mursyid Tarekat Syattariyyah). Sebenarnya ada satu lagi Mursyid yang berasal dari pondok ini. Namanya Kiai Imam Mursyid Muttaqin, namun makam beliau tidak ada. Karena, pada saat geger PKI Musso, Kiai Imam Musyid di tangkap dan rencananya akan ikut dieksekusi, akan tetapi sebelum di eksekusi Kiai Imam Mursyid hilang bersama dengan jasadnya atau orang Jawa menyebutnya Mati Mukso. Maka dari itu, sampai sekarang tidak ada makamnya.
Makam Kiai Khusnun Malibari Tanjunganom
Dari Takeran, Magetan. Saya dan rombongan langsung menuju Kabupaten Nganjuk, tepatnya di kecamatan Tanjunganom, tujuan kami adalah ke makam Kiai Khusnun Malibari.
Â
Kiai Khusnun adalah seorang Mursyid Tarekat Syattariyah, yang merupakan murid dari Kiai Imam Mursyid Muttaqin. Beliau adalah guru dari guru saya. Jujur saya tidak banyak tahu dengan beliau, jadi ya hanya sebatas itu yang saya ketahui.
Setelah dari Tanjunganom kamipun langsung pulang, tak lupa kami makan di warung pinggir jalan di arah Nganjuk-Caruban. Saya sangat menikamati perjalanan ini, rasa pusing dan lelah hilang seketika, pudar bagaikan kapas ditiup angin. Plong. Maaf bila tulisan saya masih acak-acakan, namanya juga masih belajar. Maklumi saja, Hehehe.