Saya berangkat pada pukul 05:30 WIB. Dari rumah, kemudian menuju ke tempat perkumpulan; yakni dirumah Mbah Suyut Tosanan. Dari situ saya bersama rombongan yang berjumlah 10 orang, berangkat menggunakan mobil, untuk menuju ke Magetan, tepatnya di Tegalrejo.
Makam KH. Abdurrohman dan Nyai Ageng Hardjo Besari Tegalrejo.
Saya tiba di Tegalrejo, Magetan sekitar pukul 07:00 WIB. Setelah sampai, langsung saja bersama rombongan menuju makam yang ada dibelakang Masjid. Makam yang pertama kali diziarahi adalah makamnya KH. Abdurrohman.Â
KH. Abdurrohman adalah salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Menurut sejarah, KH. Abdurrohman adalah keturunan dari keraton Pajajaran, beliau berasal dari Jawa Barat kemudian hijrah ke Jawa Tengah. Setelah perang Jawa usai, tepatnya pada tahun 1835 (seperti yang ada di inskripsi gapura Masjid), KH. Abdurrohman mendirikan masjid sekaligus pesantren untuk menyerukan syiar agama Islam di daerah Tegalrejo.
Setelah dari makam KH. Abdurrohman, saya dan rombongan langsung menuju makam Nyai Harjo Besari. Yang terletak di sebelah barat dari makam KH. Abdurrohman. Nyai Harjo Besari adalah salah satu putri dari KH. Abdurrohman, beliau juga termasuk Guru Wasitah.
Saat menziarahi makam para Guru itu. Saya kagum melihat makam-makam yang ada disitu. Pemakamannya unik karena, kijingnya ada yang terbuat dari batu khas jaman dahulu. Benar-benar menunjukkan bahwa pemakaman ini sudah sangat tua.
Selepas berziarah, kami pun pergi ke parkiran untuk sarapan. Sebelum itu, ada peristiwa unik disini. Dimana banyak orang termasuk ada yang dari rombongan kami membawa galon kosong. Kemudian diisi dengan air dari sumur yang ada didepan samping kanan Masjid. Konon, air sumur itu kandungannya hampir sama dengan air zam-zam di Mekah.
Kata Bapak saya KH. Abdurrohman, dulu menunaikan ibadah haji dan saat berada di sana berdo'a supaya diberi sumur yang airnya seperti air zam-zam. Maka orang-orang pun percaya bahwa air dari sumur ini memiliki khasiat, sehingga banyak yang mengambil airnya. Waullahu a'lam.
Makam Kiai Hasan Ulama Takeran