Kau terlihat baik, sehat, tak kurang satu dan lainnya. Terlihat jelas sapuan wajah dan raut sumringah menyambut kedatangan kekasihmu dari medan orasi. Mengabaikan teman-temanmu yang belum selesai menghabiskan beberapa sendok nasi terakhirnya. Pergi melenggang begitu saja kehilangan kesadaran akan dunia yang dihuni banyak orang sudah menjadi kebiasaan kasmaranmu. Melihat wajah dan mata teman-temanmu yang terbakar karenamu dan hidangan pedasnya merupakan momentum lucu yang menjengkelkan.
Maka dari itu aku tidak perlu mengkhawatirkan keadaanmu, begitu pula tentang kau yang tidak membutuhkan kekhawatiran orang lain lagi. Kau begitu mengerti terlalu banyak mendapat kekhawatiran hanya akan membebani dirimu sendiri. Dari sifat khawatir tersebut akan menjalar ke proses proteksi dan fanatisme berlebihan. Aku akan berada diantara jarak itu.
"Aku tidak suka musik seperti Mustapha Ibrahim"
"Aku bisa membuat kau tidak mendengarnya"
"Tapi sunyi pun aku tak mau"
"Aku akan membuatmu mendengar lagu kesukaanmu"
"Apa ... ???"
"Bukankah Sakura"
"Sakura.."
Ini alam pikiranku, tidak perlu menginterupsi. Urusanmu dengan David biarkan menjadi batasan garis waktu antara lantangnya orasi pemberontakan dengan romansa yang di hulu hilirkan di belakang telinga. Atau aku bunuh saja pria ini, sepertinya sikapnya tidak begitu menyenangkan, terlihat sedikit congkak meskipun gemar tertawa lepas dengan rekan demonstran nya bahkan karena candaan kering. Memandangnya pun enggan, meskipun terkadang dia menyempatkan menganggukan kepala kepadaku, mungkin karena aku kakak angkatannya. Bukan kah aku lebih matang dan jarang membuat onar.
Apakah benar yang di dengung-dengung kan selama ini apabila dominasi penghuni neraka adalah kaum wanita. mungkin karena kebanyakan dari mereka adalah kaum fanatik pemuja bara pedas seblak murah di pinggiran kampus. Lalu ketika kebanyakan wanita di neraka, apa yang akan tersisa di surga. Apakah homoseksual di legalkan di surga.