Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

6 Kendati di Pelipis Matamu

5 Juni 2019   21:14 Diperbarui: 5 Juni 2019   21:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa menit menuju gelap, hujan sedang deras-derasnya dan angin terlalu riuh untuk bisa memahami omelan Ibu. Waktu terlalu cepat, bosan terlalu sering bersarang. Batuk Bapak membuat danau matanya berlinang, namun tidak juga membuatnya melepaskan rokok dari sela-sela jarinya. Ibu, tidak begitu betah dengan cahaya lampu di malam hari, lebih nyaman gelap semua dan tenang, katanya adem. Bukannya berpikir buruk, segala bentuk pemikiran dari yang paling juntrung sampai yang terburuk pasti ada. Yang aku tahu, waktu bergulir memakan jarak untuk ku membuat mereka bahagia semakin sempit. Aku terburu dan berimpit dalam ruang terbatas ini, lebih-lebih permasalahan asmara yang tak kunjung mujur. Dia masih keras kepala dan aku terlalu megah menyayanginya.

Masalah selalu datang setiap waktu, secara tiba-tiba, tak jelas dari mana sumbu perkaranya. Seperti biasa, ceroboh menggurui. Meluruh dampaknya bisa berhari-hari. Setiap kecurangan dan kenakalan selalu akan terjadi meski dalam sesipit kedipan matanya. Tidak seperti hujan yang dihunus terik, gembur tanah tidak juga membuat kaktus meninggi dan semakin berduri.

Mimpi menjadi media yang terbaik dalam hal merelakan dan mengiklaskan segala sesuatu yang telah kita alami. Biasanya mimpi diambil dari memori yang tertanam dalam otak kita lalu dikombinasikan dengan daya imajinasi yang kita miliki. mimpi tidak akan menjadi sesuatu yang ikhlas ketika kita bisa mengaturnya, belakangan ini muncul teori yang membahas kemampuan mengatur dan memanipulasi mimpi sendiri seperti dalam rangkaian sinema kejadian penanaman ide yang diperankan si Leo. Terkadang hidup juga seperti itu. Kita merasa tidak mengatur, tetapi juga kita tidak bisa mengikhlaskan sesuatu.

Sebelum bergegas padam alangkah baiknya setiap dari kalian memanjatkan sebuah doa. Doa yang terbaik untuk setiap Ibu yang melahirakan dan membesarkan anaknya bertahun-tahun. Untuk yang tidak merawat dan membesarkan, hanya melahirkan semata mendapat doa yang baik saja. Lalu untuk yang membunuh anaknya, beri saja doa. Sebab banyak alasan di balik setiap upaya yang manusia lakukan.

Magdalena masih seperti biasa, bahkan menjadi terlalu biasa untuk dianggap biasa, merebahkan wajah arogan nya tepat di penghujung jarak pandangku. dengan jari mengetuk -- ketuk pipi tirusnya menunggu pesanan dari sudut kantin datang sekaligus menunggu kekasihnya selesai menggelar aksi unjukrasa di halaman kantor Bupati.

"tidak perlu terlalu sinis memandangiku" kataku dalam hati.

Kendati mata kita selalu bertemu di koordinat yang sama dengan repetisi yang cukup teratur tidak akan merubah apapun, terlebih dengan kekasihmu yang pandai menjulurkan lidah dan mengunyah ludahnya di hadapan banyak orang. 

Kendati tidak merubah keadaan apapun, dan bimasakti di bagi menjadi belasan lengkungan dimensi paralel dimana kau tidak dalam realita merasakan usapanku di punggung tanganmu. Tidak pernah menjadi sebuah masalah besar, karena dikepalan pikiranku kita berdua selalu dalam keadaan berpelukan telanjang bulat dengan iringan Mustapha Ibrahim dan Freddie Mercury tertawa karena tingkah jenakanya sendiri.

Kendati dalam keadaan telanjang bulat seperti lukisan sejarah abad pertengahan belakangan ini, dalam pikiranku terus-terusan kau tidak pernah menjadi jelek, selalu menarik, terlalu cantik.

Kendati wajahmu tidak pernah berantakan dalam pikiranku, bukan berarti aku selalu memujamu, justru membuatku terlalu terbiasa dengan keadaan cantikmu. Terkadang membuatku cepat bosan, terkadang bahkan sampai malas dan berat hati memikirkanmu sama sekali.  

Kendati dengan tidak memikirkanmu sama sekali akan membuatku lupa. Malas yang berjingkrak menjadi lupa merupakan salah satu interval terbaik untuk kembali membangkitkan memori tentang mata tajam dan aroganmu di sudut kantin, lalu aku kembali pulang, rebahan di ranjang dan memutar Mustapha Ibrahim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun