Mohon tunggu...
Ade Candra
Ade Candra Mohon Tunggu... Insinyur - pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman

Saya orang yang berjiwa sosial, suka bermasyarakat dan dengan menulis ingin berbagi informasi bermanfaat dengan Khalayak Ramai

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sorotan Kenaikan Harga dan Alih Fungsi Lahan Kakao menjadi Isu Hangat di Indonesia

8 Mei 2024   14:59 Diperbarui: 8 Mei 2024   15:47 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Komoditi Kakao akhir - akhir ini jadi isu hangat yang menyedot banyak perhatian Masyarakat. Bagaimana tidak harga komoditi kakao pada bulan Maret ini  naik drastis hingga mencapai angka 100 ribu Rupiah. Faktanya harga kakao ini telah meningkat lebih dari 2 kali lipat sejak awal tahun 2024 yang lalu. Sebagai referensi di beberapa daerah di Indonesia, misalnya di kabupaten Pasaman , Sumatera Barat  harga kakao kering  pada 1/5/2024 berkisar 70 -- 80 ribuan  dari yang semula pada bulan Januari lalu hanya berkisar 30 -  40 ribuan per kgnya.

Di Jawa Tengah, harga kakao kering  seperti dilansir dari Selingkarwilis ( 7/03/2024 ) per 7 Maret ada di kisaran rata -- rata  Rp24.000 per kg dan pada akhir April  ini naik drastis menjadi Rp 40.000,- hingga Rp. 50.000 per kg Begitu juga dengan daerah  sentra kakao lainnya, harga komoditi ini juga telah meningkat 2 kali lipat dari sebelumnya.

Secara global kenaikan harga tersebut ditengarai terjadi akibat terganggunya pasokan dan permintaan. Kondisi cuaca kering parah yang disebabkan oleh El Nino, kebakaran hutan, dan wabah virus pucuk kakao telah mengurangi pasokan kakao. Sementara itu, permintaan juga tetap kuat di negara-negara seperti Amerika Serikat, sehingga membantu perusahaan produsen cokelat seperti Hershey's dan Mondelez untuk memberikan beban yang lebih baik kepada konsumen karena kenaikan harga.

Belum lagi, kondisi cuaca kering ini tidak akan reda dalam waktu dekat. Musim hujan di Pantai Gading biasanya berlangsung dari bulan April hingga Oktober, tetapi wilayah tersebut saat ini menghadapi suhu yang lebih panas dari biasanya. Hal ini dapat memperpanjang kurangnya curah hujan di wilayah tersebut. Kurangnya curah hujan dapat mengakibatkan ukuran dan kualitas biji kakao di bawah standar sehingga semakin membatasi pasokan kakao di masa mendatang.

Di Indonesia sendiri seperti dilansir dari berbagai sumber, telah terjadi penurunan produksi kakao yang dipicu oleh El Nino dan penyakit sepeti PBK, VSD, dan lain-lain serta alih fungsi  lahan kakao menjadi jagung. Untuk yang terakhir disebutkan, alih fungsi lahan memang sedang marak terjadi terutama di daerah -- daerah Sumatera. Di Aceh Tenggara  Misalnya  sejumlah Kelompok Tani mengaku, saat ini mereka sudah tidak lagi berbudidaya kakao. Kini beralih ke tanaman jagung akibat produksi kian merosot di aceh Tenggara.

Menurut salah seorang petani kakao disana terlalu banyak permasalahan untuk tanaman kakao di wilayah Aceh  Tenggara yang memiliki ketinggian  antara 500 sampai 1000 meter di atas permukaan laut tersebut. Mulai dari tanaman kakao sendiri seperti banyak penyakit yang timbul  kemudian banyak hama dan lantas berpengaruh terhadap perawatan serta produktivitas jenis tanaman ini.

Kondisi yang sama juga terjadi pada beberapa daerah di Sumatera Barat seperti, Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat dan Lima Puluh Kota. Lahan kakao sudah beralih fungsi menjadi lahan jagung. Mirisnya lagi banyak petani menebang pohon kakaonya untuk dijadikan lahan jagung. Alasannya sederhana bercocok tanam tanaman jagung lebih menguntungkan dibandingkan tanaman Kakao. Kalau dahulu dari 1 hektar tanaman kakao bisa mendatangkan cuan sekitar 20 juta per hektar.  Saat ini mencari 5 jta per hektar saja sudah susah  ucap salah seorang petani Kakao di kabupaten Pasaman

Bandingkan dengan komoditi jagung per hektarenya bisa untung 13-15 juta per hektar dan dalam satu tahun bisa di tanam minimal 2 kali sehingga dengan alasan ini lah petani kakao ramai ramai "menumbang" pohon kakaonya untuk ditanami Jagung.

Cukup miris memang, ditengah  Harga komoditi kakao melonjak drastis hingga dua kali lipat  lahan kakao justru telah banyak berubah menjadi lahan jagung. Artinya harga komoditi kakao yang didambakan petani selama ini tidak lagi berguna. Padahal dari prediksi para ahli ekonom dan pakar, harga komoditas kakao yang melonjak drastis ini akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Mungkin harapannya kedepan,  petani kakao dapat mempertahankan tanaman kakaonya dari alih fungsi lahan, tentunya saja dengan merawat dan memelihara tanaman tersebut sebaik mungkin sehingga produksi kakao kembali tinggi dan petani dapat menikmati kenaikan harga kakao seperti saat ini yang bermuara pada kesejahteraan petani itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun