Indonesia adalah negara dengan tingkat konsumsi beras terbesar di dunia. Dari 270 Juta penduduknya hampir 99 % mengkonsumsi beras. Berdasarkan data Susenas BPS September 2022, menemukan 98,35% rumah tangga di Indonesia mengkonsumsi beras per September 2023. Rata-rata Konsumsi beras per kapita di Indonesia baik local, kualitas unggul, maupun impor tercatat mencapai 6,81 kg per bulan. Berdasarkan data ini tersirat kondisi yang mengkhawatirkan, seiring dengan menipisnya stok beras nasional akibat dampak El Nino.
Seperti diketahui perubahan iklim dan masalah terkait lingkungan meningkatkan risiko terhadap ketahanan pangan. Pola curah hujan yang tidak terduga, banjir, dan kekeringan semakin mengancam produksi beras.
Oleh karena itu, langkah-langkah inovatif menuju pangan lokal yang lebih beragam dan tahan terhadap perubahan iklim perlu diperhatikan.
Jika produksi padi dan stok beras Nasional tidak bisa ditingkatkan maka akan mengancam ketahanan pangan dan ini menjadi PR besar semua elemen bangsa.
PR yang pertama adalah merubah kebiasaan konsumsi. Bagaimana masyarakat Indonesia dapat melepaskan ketergantungan pada beras dan beralih ke pangan alternatif yang mungkin lebih berkelanjutan? Ini bukan hanya masalah rasa, tetapi juga masalah psikologis yang terkait dengan perubahan makanan yang telah mengakar dalam budaya.
Seperti diketahui, beras dengan segala variasinya seperti nasi putih, nasi merah, atau nasi kuning, bukan sekadar makanan di Indonesia, ini adalah bagian dari identitas budaya.
Makanan ini merangkul setiap peristiwa penting, dari upacara adat hingga perayaan keagamaan. Kekuatan tradisi ini, meskipun indah, juga dapat menjadi tantangan dalam upaya menggantikan beras dengan pangan alternatif.
PR yang kedua adalah langkah apa yang akan diambil sehubungan dengan mengajak Masyarakat untuk merubah pola konsumsi ke pangan alternatif.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwasannya ada beberapa langkah yang bisa diambi yaitu:
Pertama, pentingnya kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta dalam mendukung transformasi perubahan pola konsumsi beras tidak dapat diabaikan.
Insentif ekonomi dan regulasi yang mendukung produksi, distribusi, dan konsumsi pangan lokal perlu diterapkan. Dukungan finansial untuk petani lokal, pengembangan infrastruktur pertanian, dan fasilitasi akses pasar adalah langkah-langkah kritis yang dapat ditempuh bersama-sama.
Kedua, pendidikan dan kampanye Masyarakat. Kunci kesuksesan perubahan ini juga terletak pada pendidikan masyarakat.
Program pendidikan yang merinci manfaat pangan lokal, baik dari segi kesehatan maupun lingkungan, perlu diluncurkan. Kampanye sosial media, acara komunitas, dan kerjasama dengan lembaga pendidikan dapat membantu mengubah persepsi masyarakat tentang pentingnya diversifikasi konsumsi.
Ketiga, Pengelolaan limbah dan keberlanjutan Lingkungan. Perubahan ke pangan lokal juga berarti memperhatikan dampak lingkungan. Pengelolaan limbah dan penggunaan sumber daya yang bijaksana adalah bagian integral dari upaya ini.
Pengembangan model pertanian yang berkelanjutan, termasuk praktik pertanian organik dan pemupukan yang berbasis lokal, dapat membantu menciptakan ekosistem pertanian yang seimbang dan tahan lama.
Terkait dengan hal di atas, revitalisasi pangan lokal bukan hanya tentang meninggalkan beras, tetapi juga tentang memilih pilihan makanan yang lebih berkelanjutan.
Berbagai jenis tanaman lokal, biji-bijian, dan sumber protein alternatif harus diperkenalkan dan didukung agar dapat menjadi bagian integral dari Masyarakat Indonesia.
Kemudian perlu pula diingat Meninggalkan 'rantai' beras bukan hanya tentang mengubah kebiasaan makan, tetapi juga tentang membangun masa depan yang berkelanjutan dan inklusif. Pangan lokal yang beragam dan berkelanjutan bukan hanya kekayaan bagi Indonesia tetapi juga dapat menjadi daya tarik global.
Sukses dalam revitalisasi ini bukan hanya pencapaian untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga kontribusi positif terhadap tantangan global dalam ketahanan pangan dan perubahan.
Meskipun tantangan yang dihadapi dalam melepaskan 'rantai' beras sebagai makanan utama, revitalisasi pangan lokal dapat menjadi kunci bagi masa depan yang berkelanjutan dan tangguh.
Melalui kesadaran, edukasi, dan dukungan, Indonesia dapat menjelajahi pilihan pangan alternatif yang tidak hanya memperkaya variasi kuliner tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI