Mohon tunggu...
Ade Candra
Ade Candra Mohon Tunggu... Insinyur - pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman

Saya orang yang berjiwa sosial, suka bermasyarakat dan dengan menulis ingin berbagi informasi bermanfaat dengan Khalayak Ramai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duka Petani Sawit, Tragedi Terlupakan di Balik Hari Kemerdekaan

18 Agustus 2023   00:04 Diperbarui: 18 Agustus 2023   00:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Kemerdekaan seringkali diidentikkan dengan semangat kebebasan dan kegembiraan nasional. Setiap tahun, masyarakat merayakan dengan penuh semangat, mengibarkan bendera merah-putih, dan mengikuti berbagai kegiatan meriah. 

Namun, di balik perayaan yang meriah tersebut, terdapat kisah-kisah tragis yang sering terlupakan. Salah satu kisah yang jarang diperbincangkan adalah nasib tragis petani sawit di hari kemerdekaan.

Sektor perkebunan sawit telah lama menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, menyumbang pendapatan nasional yang signifikan dan menciptakan lapangan kerja bagi ribuan orang. Namun, di balik kilauan ekonomi yang cemerlang, terdapat penderitaan yang dialami oleh petani sawit, terutama pada hari yang seharusnya dipenuhi dengan suka cita.

Para petani sawit, yang seharusnya menjadi penerima manfaat utama dari hasil panen mereka, seringkali merasakan beban yang berat di bahunya. Meski tanah dan keringat mereka menjadi sumber kekayaan bagi negara, tetapi mereka kerap hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Harga tandan buah segar (TBS) yang fluktuatif, birokrasi yang rumit, dan praktik monopoli di dalam industri sawit sering membuat petani merasa terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit ditembus.

Namun, tragedi terbesar yang menimpa petani sawit seringkali terjadi di sekitar Hari Kemerdekaan. Pada hari-hari menjelang perayaan kemerdekaan, harga TBS cenderung turun drastis. 

Fenomena ini telah menjadi suatu ironi yang menyakitkan: pada saat negara merayakan kebebasan, petani sawit justru merasa semakin terbelenggu oleh ketidakpastian ekonomi. Harga yang jatuh tajam membuat pendapatan petani menurun secara signifikan, bahkan ada yang terpaksa menjual hasil panen mereka dengan harga yang jauh di bawah biaya produksi.

Pemerintah telah berupaya untuk meringankan beban petani sawit melalui berbagai program subsidi dan insentif. Namun, masih ada banyak kendala yang harus diatasi, seperti kesenjangan distribusi manfaat dan kendala akses informasi bagi petani. Selain itu, praktik-praktik monopoli yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu juga perlu mendapatkan perhatian serius.

Bagaimana kita bisa benar-benar merayakan kemerdekaan jika pilar-pilar utama ekonomi kita, seperti petani sawit, masih merasakan belenggu ketidakpastian dan keterbatasan? Diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, untuk menjunjung tinggi martabat petani sawit dan memastikan bahwa mereka juga merasakan manfaat dari kemajuan ekonomi.

Sebagai bangsa yang merayakan kemerdekaan, mari jangan lagi melupakan duka petani sawit di balik riuhnya perayaan. Marilah berjuang bersama untuk menciptakan lingkungan yang adil dan sejahtera bagi mereka, sehingga arti kemerdekaan benar-benar dapat dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat, termasuk para pahlawan tanpa tanda jasa di ladang-ladang sawit

Penting bagi kita untuk mengingat bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya berarti bebas dari penjajahan politik, tetapi juga bebas dari keterbelengguan ekonomi dan sosial. Petani sawit adalah bagian penting dari fondasi ekonomi negara ini, dan mereka juga memiliki hak untuk merasakan kemajuan dan kesejahteraan yang setara dengan semua warga Negara.

Untuk mewujudkan hal ini, langkah-langkah konkret perlu diambil. Pertama-tama, perlu ada upaya lebih lanjut dalam mengatasi fluktuasi harga TBS. Mekanisme stabilisasi harga yang efektif dapat membantu melindungi pendapatan petani dari perubahan yang tiba-tiba. Selain itu, transparansi dalam rantai pasokan dan penghapusan praktik monopoli akan membuka peluang bagi petani untuk mendapatkan nilai yang lebih adil dari hasil panen mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun