Mohon tunggu...
Ade Candra
Ade Candra Mohon Tunggu... Insinyur - pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman

Saya orang yang berjiwa sosial, suka bermasyarakat dan dengan menulis ingin berbagi informasi bermanfaat dengan Khalayak Ramai

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

5 (Lima) Sistem Pertanian yang Menyumbang Polusi dan Dampaknya pada Lingkungan

30 Juli 2023   11:38 Diperbarui: 31 Juli 2023   21:20 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani padi. Sumber: Shutterstock via kompas.com

Banyak Upaya yang dilakukan untuk menggenjot Produktivitas Tanaman Pertanian, mulai dari Revolusi hijau, Rekayasa Genetik, Benih Transgenik Hingga Smart Farming telah dilakoni praktisi pertanian. Didalamnya juga termasuk, Intensifiikasi dengan praktek pemanfaatan benih unggul, penggunaan mekanisasi, Pemanfaatan pestisida untuk pengendalian hama , pupuk kimia dan lain sebagainya. Juga ekstensifikasi dalam bentuk perluasan lahan tanam.

Praktek peningkatan produksi  atau sistim pertanian ini dilakukan semata untuk menggenjot produktivitas Tanaman pertanian karena Pertanian adalah sektor penting dalam menyediakan makanan bagi populasi dunia yang terus berkembang. 

Namun, beberapa sistem pertanian yang digunakan saat ini menyumbang pada masalah lingkungan, khususnya polusi. Polusi pertanian dapat berdampak negatif pada air, udara, dan tanah, serta menyebabkan gangguan serius bagi kehidupan makhluk hidup. Terkait dengan hal diatas, ada   lima  sistem pertanian yang berkontribusi pada polusi dan dampaknya pada lingkungan, yaitu:

Pertama, Pertanian Konvensional. Pertanian konvensional adalah sistem yang menggunakan pestisida, herbisida, dan pupuk kimia sintetis untuk meningkatkan hasil produksi tanaman. Meskipun sistem ini telah menghasilkan peningkatan produksi yang signifikan, penggunaan pestisida dan herbisida ini menyebabkan masalah polusi lingkungan. Bahan kimia tersebut dapat mencemari air permukaan dan tanah, menyebabkan kerugian keanekaragaman hayati, serta berdampak negatif pada kesehatan manusia melalui paparan residu pestisida pada konvensional.

Kedua, Pertanian Intensif Ternak. Pertanian intensif ternak mencakup peternakan besar yang mengandalkan pakan tambahan dan antibiotik untuk meningkatkan pertumbuhan hewan. Limbah dari peternakan ini, termasuk kotoran dan urine hewan, mengandung banyak nutrisi yang berlebihan seperti nitrogen dan fosfor. 

Limbah ini sering kali tidak diolah dengan baik dan bisa mencemari sumber air danau serta sungai, menyebabkan "zona mati" yang mengurangi kadar oksigen dan menghambat kehidupan Akuatik.

Ketiga, Penebangan Hutan untuk Pertanian. Penebangan hutan untuk membuka lahan pertanian sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius. Penghilangan hutan yang berfungsi sebagai paru-paru bumi mengurangi kemampuan alam untuk menyerap karbon dioksida, menyebabkan peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim. Selain itu, penebangan hutan juga mengakibatkan erosi tanah yang meningkat, mengurangi kesuburan tanah, dan mengancam keanekaragaman hayati.

Keempat, Sistem Irigasi yang Tidak efisien. Beberapa sistem irigasi yang digunakan dalam pertanian tidak efisien dan menyebabkan pemborosan air yang besar. Irigasi yang buruk dapat menyebabkan akumulasi garam di tanah, mengurangi kualitas dan kesuburan tanah. 

Sumber Gambar  : Aspirasiku
Sumber Gambar  : Aspirasiku

Selain itu, ketika air irigasi kembali ke sumbernya, seringkali membawa bahan kimia dan nutrisi yang berlebihan yang dapat mencemari sumber air, mengakibatkan alga berlebihan dan menurunkan kualitas air.

Kelima, Pertanian Monokultur. Pertanian monokultur adalah praktik menanam satu jenis tanaman secara berulang-ulang pada lahan yang sama. Hal ini menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, meningkatkan risiko penyebaran penyakit dan hama, serta menguras nutrisi tanah secara tidak seimbang. Pemakaian pestisida dan pupuk kimia dalam pertanian monokultur untuk mengatasi masalah hama dan nutrisi tanah dapat menyumbang pada polusi lingkungan.

Terkait dengan kelima  sistem pertanian di atas yang berperan menyumbang Polusi, diperlukan solusi untuk Menghadapi masalah polusi pertanian yang serius tersebut, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, petani, ilmuwan, dan masyarakat untuk mengimplementasikan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Beberapa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi polusi pertanian, yaitu antara lain sebagai berikut.

Pertama, Pertanian Organik: Memperluas praktik pertanian organik dapat mengurangi penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk kimia sintetis. Pertanian organik menggunakan bahan-bahan alami untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengendalikan hama, mengurangi risiko polusi kimia pada lingkungan dan Kesehatan Manusia.

Kedua, Pengelolaan Limbah Ternak yang Baik: Pengolahan dan pengelolaan limbah ternak yang efisien sangat penting untuk menghindari pencemaran air dan tanah. Peternakan harus diatur dengan baik untuk mengolah kotoran hewan menjadi pupuk organik atau bahan bakar Biogas. 

Ketiga, Pertanian Berkelanjutan: Menerapkan praktik pertanian berkelanjutan seperti rotasi tanaman, tanaman penutup tanah, dan pengelolaan sumber daya air yang cerdas dapat mengurangi erosi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan.

Keempat, Konservasi Hutan dan Hutan Agroforestri: Mencegah penebangan hutan yang berlebihan dan mendorong hutan agroforestri (menggabungkan tanaman dan pohon) membantu memitigasi emisi gas rumah kaca dan mempertahankan ekosistem yang Sehat. Kelima, Penggunaan Sistem Irigasi yang Efisien: Mengganti sistem irigasi konvensional dengan sistem irigasi berbasis teknologi yang lebih efisien, seperti tetes atau irigasi berbantuan sensor, dapat mengurangi pemborosan air dan meningkatkan efisiensi Penggunaannya.

Keenam, Diversifikasi Pertanian: Mendorong diversifikasi pertanian dapat membantu mengurangi dampak negatif monokultur. Menanam berbagai tanaman di suatu wilayah membantu meningkatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan oleh serangan hama atau penyakit pada satu jenis tanaman. 

Ketujuh, Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak polusi pertanian pada lingkungan dan kesehatan manusia dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan petani. Pendidikan tentang praktik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang baik adalah kunci untuk menciptakan perubahan positif.

Dengan menerapkan  praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, mengelola limbah ternak dengan baik, dan melindungi hutan serta sumber daya alam lainnya, kita dapat mengurangi dampak negatif polusi pertanian terhadap lingkungan. Edukasi dan kesadaran masyarakat juga sangat penting untuk mendorong perubahan menuju sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan demikian, kita dapat menjaga keberlanjutan pertanian dan melindungi bumi bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun