Tanaman karet atau pohon karet (Hevea brasiliensis) merupakan komoditi yang banyak ditanam petani di berbagai belahan dunia.Â
Di Indonesia pohon karet dapat kita jumpai dengan mudah seperti di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Bahkan tanaman karet ini di daerah seperti Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Sumatra Utara telah lama menjadi tumpuan hidup petani yang ada di sana.Â
Di ketiga daerah ini, pergerakan ekonomi petani sangat tergantung dari komoditi yang menghasilkan getah ini. Ketika harga Karet naik diatas Rp10.000,- asap dapur tetap mengepul dan ekonomi di kampung -kampung bergerak positif.
Sebaiknya apabila harga karet jatuh pada kisaran di bawah Rp5.000,- maka kedai-kedai kopi tempat nongkrong petani terlihat sepi, daya beli rendah dan jalan-jalan di kampung terlihat sepi. Bahkan banyak penjual gorengan dan es keliling yang mengeluhkan jualannya tidak laku sebagai dampak dari turunnya harga karet.Â
Begitulah kira-kira gambaran tentang bagaimana kehidupan ekonomi petani di Sumatra tergantung pada komoditi karet. Lain halnya dengan petani di Jorong Ampang Gadang Nagari Panti Selatan yang mengeluhkan anjloknya harga karet.Â
Menurut salah seorang petani karet sebut saja Dasri, sudah tiga tahun belakangan ini harga karet ditempatnya tidak pernah lebih dari Rp6.000,- per kg.Â
Akibatnya ia pun harus membanting tulang untuk bekerja di sektor pertanian lain. Kondsi ini terpaksa ia lakukan karena hasil penjualan karet tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.Â
Sekelumit cerita di atas merupakan dampak dari anjloknya harga karet. Dampaknya terasa sangat menghancurkan dan petani merana di tengah kesulitan ekonomi yang tak terhindarkan.
Bukan hanya petani, pabrik karet yang ada di Kota Padang pun tutup akibat kekurangan pasokan. Dilansir dari Bisnis.com ada 3 pabrik karet yang tutup.Â