Tantangan sector Pertanian kedepan semakin besar, seiring dengan Pengurangan kuota pupuk bersubsidi termasuk didalamnya pengurangan jenis pupuk yang disubsidi dari 6 jenis tinggal 2 jenis saja, Yaitu pupuk Urea dan NPK ( Permentan No 10 ).Â
Menurut pemerintah 2 jenis pupuk yang disubsidi ini diharapkan mampu memberikan pertumbuhan yang baik pada tanaman, terutama disumbangkan oleh unsur Nitrogen yang terkandung dalam Urea dan Unsur NPK diharapkan bisa mengisi biji tanaman atau bulir-bulir tanaman.Â
Padahal sebelumnya ada 6 Jenis pupuk yang disubsidi. Begitu juga dengan komoditas yang Mendapat subsidi , sebelumnya ada 60 Jenis Komoditas yang disubsidi namun seiring dengan keluarnya permentan No 10 tahun 2022 pada bulan Juli lalu, Komoditas yang disubsidi hanya tinggal Sembilan Komoditi saja, Yaitu Padi, Jagung, Kedelai, Cabai Merah, Bawang Merah,Bawang Putih, Kopi, Kakao dan Tebu.
                                                      Â
Dampak permentan Nomor 10 ini cukup luar biasa ditengah-tengah masyarakat, pupuk bersubsidi  jadi langka, harganya pun selangit. petani menjerit karena ketiadaan pupuk. Rentetannya produksi tanaman pertanian  diprediksi semakin menurun. Walaupun demikian petani tidak boleh kalah karena kelangkaan pupuk bersubsidi. Produksi harus tetap berjalan. Banyak jalan untuk mempertahan kan produktivitas salah satunya adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk alternatif.
Seperti yang dilakukan oleh  Petani Jorong Air Abu, Nagari Limo Koto, Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman Sumatera Barat. mereka beramai ramai mengumpulkan limbah pasar ( sisa buah dan sayuran) untuk dijadikan Pupuk. Untuk diketahui Jorong air Abu dikenal sebagai daerah yang menerapkan Agroforestry  berbasis tanaman cabe rawit. Menurut salah seorang petani cabe rawit di daerah ini, sebut saja amal rianto, pemanfaatan limbah pasar sebagai altrnatif pengganti pupuk besubsidi sangat membantu dirinya.  Walaupun produksi nya tidak sebagus Ketika menggunakan pupuk bersubsidi tapi ia mengaku masih bisa mempertahan kan produksi tanaman cabe rawitnya.
Sebagai pupuk alternatif Potensi limbah pasar sangat besar dan tidak pernah habis dan pengolahannya pun mudah, bisa dilakukan oleh siapa saja. Â Oleh petani Di Jorong air Abu, Limbah pasar ini di jadikan sebagai pupuk organic Cair (POC) dengan terlebih dahulu mengolahnya sebagai MOL ( Mikrorganisme local ). Sebagai referensi MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah sekumpulan mikroorganisme yang bermanfaat sebagai starter dalam penguraian, fermentasi bahan organik menjadi pupuk organik padat maupun cair.
Mol ini sangat bermanfaat bagi tanaman karena  mengandung mikroba yang sangat menguntungkan bagi tanaman seperti, pertama, Bakteri fotosintetik. bakteri bebas yang mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolit yang diproduksi dapat diserap langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan
                                                    Â
Kedua, Lactobacillus sp Berfungsi untuk mengurai bahan organik dengan cepat. Ketiga, Streptomycetes sp. Berfungsi dalam menghasilkan streptomisin yang bersifat racun terhadap hama penyakit yang merugikan. Keempat,  Ragi (yeast). Berfungsi dalam pembelahan sel mikroorganisme yang menguntungkan seperti actinomycetes dan bakteri asam laktat dan kelima, Actinomycetes. Berfungsi untuk menekan pertumbuhan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin. Seperti diketahui Mikroba yang ada dalam MOL  yang berbahan dasar limbah pasar ini sangat berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman, pembentukan bunga, melebatkan buah dan meningkatkan antibody tanaman pertanian.
Menyangkut pembuatannya, sangat mudah dimana limbah pasar  seperti sisa buah buahan  ( jeruk, pisang, Pepaya, semangka dan lain-lain )sebanyak 10 kg di cincang halus atau diblender dicampur dengan  10 liter air kelapa dan 250 gram gula merah lalu difermentasikan selama 8 -- 10 hari. Setelah 10 hari Mol sudah jadi dan siap diesemprotkan ketanaman sebagai POC.Â