Mohon tunggu...
Farkhan Abdurochim Alfarauq
Farkhan Abdurochim Alfarauq Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

akal pemikiran manusia bagaikan langit cerah yang luas. menulis adalah cara untuk menjaganya tetap cerah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Max Weber: Etika Agama Protestan dan Ekonomi Kapitalisme

9 Oktober 2024   11:18 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:20 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part 2 : The Practical Ethics of the Ascetic Branches of Protestantism

Bagian ini membahas bagaimana ajaran-ajaran agama dari cabang-cabang Protestan yang bersifat asketik, seperti Calvinisme, Pietisme, Methodisme, dan Sekte Baptis, memengaruhi perilaku ekonomi individu dan berkontribusi pada perkembangan kapitalisme modern. Protestan asketik mengembangkan konsep worldly asceticism atau asketisme duniawi. Asketisme ini menekankan kehidupan yang disiplin, terkendali, dan bertujuan untuk menghindari godaan duniawi, tetapi berbeda dari asketisme tradisional yang biasanya menarik diri dari dunia. Asketisme duniawi mendorong individu untuk bekerja dengan penuh dedikasi dan efisiensi, namun menghindari konsumsi yang berlebihan atau gaya hidup mewah. Profesi sehari-hari dianggap sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Berikut ini adalah konsep protestan asketik berdasarkan aliran yang dikategorikan oleh Weber dalam The Religious Fondations of Wordly Asceticism:

  • Calvinisme

Weber menekankan bahwa ajaran Calvinis lah yang mendasari perkembangan kapitalis modern terutama pada konsep pradestinasi. Konsep Pradestinasi dalam hal ini adalah yang menyatakan bahwa nasib seseorang "apakah ia akan selamat atau terkutuk" telah ditentukan oleh Tuhan sejak awal. Menurut ajaran ini tidak ada usaha manusia yang dapat mengubah keputusan Tuhan dan nasib seseorang telah diputuskan secara mutlak. Hal ini menciptakan kecemasan spiritual di kalangan penganut Calvinisme karena mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah mereka termasuk di antara yang "terpilih" atau tidak. Untuk mengatasi kecemasan akan hal tersebut, penganut Calvinis mencari tanda keselamatan melalui perilaku duniawi mereka. Sukses ekonomi, kehidupan yang disiplin, dan kerja keras sering dianggap sebagai bukti atau tanda kemungkinan bahwa seseorang termasuk dalam golongan orang yang diselamatkan.

  • Pietisme

Aliran Pietisme menekankan pengalaman spiritual pribadi, kesalehan, dan reformasi moral individu. Aliran ini mendorong umat untuk melakukan refleksi spiritual dan kehidupan yang lebih mendalam dalam hubungan dengan Tuhan. Kesalehan pribadi dan transformasi moral individu menjadi fokus utama. Bagi kaum Pietism kehidupan spiritual tidak hanya berada di dalam gereja, tetapi juga diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pekerjaan dan aktivitas ekonomi. Kerja keras merupakan salah satu unsur ibadah untuk memperbaiki spiritual diri. Kaum Pietis memandang pekerjaan sebagai panggilan ilahi yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab serta mengutamakan hidup hemat. Dalam hal ini Weber menyatakan etika Pietisme mendorong perkembangan kapitalisme walaupun tidak secara terang-terangan seperti Calvinisme. Pietisme berperan memfasilitasi munculnya kapitalisme dengan menekankan tanggung jawab individu dalam pekerjaan dan pengelolaan kekayaan. Dengan menganggap kesuksesan duniawi sebagai hasil dari kesalehan dan disiplin moral.

  • Methodism

Aliran ini tidak bersifat dogmatis seperti Calvinisme. Methodism lebih bersifat keagamaan emosional. Methodisme yang dipelopori oleh John Wesley memiliki pendekatan yang lebih emosional terhadap kehidupan beragama dibandingkan Calvinisme atau Pietisme. Penganut Methodisme sangat menekankan pengalaman emosional dari "kelahiran kembali" atau pengalaman spiritual pribadi yang mendalam. Methodisme mengajarkan bahwa kerja keras dan kesalehan adalah tanda dari pengabdian seseorang kepada Tuhan. Seperti gerakan Protestan asketik lainnya, Methodisme memandang pekerjaan sebagai panggilan ilahi yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab. Melalui kerja keras, penganut Methodisme menjalankan kehendak Tuhan, dan kesuksesan duniawi dipandang sebagai hasil dari hidup yang benar.

  • The Baptist Sects

Aliran ini merupakan bagian dari tradisi Protestan asketik yang menekankan kebebasan individu dalam urusan agama dan kehidupan sehari-hari. Mereka percaya pada kebebasan beragama dan kebebasan dalam memilih jalan hidup sesuai dengan panggilan masing-masing individu. Namun, kebebasan ini diimbangi dengan tanggung jawab moral yang tinggi. Tanggung jawab pribadi merupakan prinsip yang sangat penting bagi sekte Baptis. Mereka mengajarkan bahwa setiap individu bertanggung jawab langsung kepada Tuhan atas tindakannya, termasuk dalam pekerjaan dan kegiatan ekonomi.

Asceticism and the Spirit of Capitalism

Bagian ini merupakan inti dari argumen Weber tentang bagaimana etika asketis Protestan, khususnya dari cabang-cabang seperti Calvinisme, Pietisme, Methodisme, dan Baptis, berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan kapitalisme modern. Weber menyatakan bahwa asketisme Protestan yang pada mulanya memiliki penekanan pada kehidupan spiritual dan penghindaran dari kemewahan serta kesenangan duniawi secara tidak langsung membentuk cara berpikir dan bertindak yang mendukung kapitalisme. Pertama, Hal ini melahirkan etika asketisme duniawi, etika ini akan mendorong individu untuk bekerja tanpa henti dan hidup hemat. Karena pengikutnya percaya bahwa pekerjaan merupakan panggilan ilahi (calling). Kedua, akibat anggapan pekerjaan adalah panggilan ilahi yang pada akhirnya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan disiplin serta dianggap agar menjadi "yang Terpilih". Kesuksesan ekonomi dan penumpukan harta bukan dianggap sebagai sesuatu yang jahat akan tetapi dianggap sebagai tanda dari kesalehan. Ketiga, dampak pemahaman asketisme menimbulkan etos hidup hemat, kaum asketik Protestan cenderung menyimpan kekayaan yang mereka peroleh. Kekayaan yang tidak dihabiskan untuk kesenangan pribadi diinvestasikan kembali dalam bisnis atau digunakan untuk aktivitas produktif lainnya yang menghasilkan akumulasi modal. Keempat, kaum Asketik lebih terorganisir dalam kehidupannya dengan sistematis mengelola pekerjaan yang menciptakan rasionalisme ekonomi. Rasionalitas dalam pengelolaan bisnis dan sumber daya merupakan karakteristik utama dari kapitalisme modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun