Mohon tunggu...
Raihan Sayyidina
Raihan Sayyidina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Your life is the result of your thinking ....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Legitimasi Kekuasaan Presiden Jokowi

23 Oktober 2014   17:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:00 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hingga dilantiknya Jokowi sebagai presiden, rakyat Indonesia tetap terbelah dua: kegembiraan yang pro-Jokowi dan kekecewaan yang tetap pro-Prabowo. Sebabnya, kemenangan suaranya yang tipis, hanya beda 5% (47% - 53%).

Sekarang in ada gejala unik yang tak ada presedennya dalam sejarah Indonesia: ada "presiden resmi" ada "presiden di hati." Hingga dilantiknya Jokowi sebagai presiden, puluhan juta pendukung Prabowo tetap menganggap presiden di hati mereka adalah Prabowo. Jokowi hanya formalitas yang dilantik, keberpihakan tetap pada pilihannya sendiri. Ini realitas yang tidak bisa dipungkiri. Seperti jatuh cinta, cinta tak bisa dialihkan, tetap hanya pada yang ada rasa, yang ada di hati. Karena cinta bukan persoalan rasio atau formalitas (pelantikan). Banyak suami/istri akhirnya menerima menikah dengan seseorang tapi perasaan cintanya tetap pada yang bukan suaminya. Inilah yang kemudian menjadi sebab kuat banyaknya perselingkuhan. Mending kalau kemudian ada persambungan kemistri, kalau tidak, hubungan suami-istri makin rapuh yang berujung perceraian. Bila pun ia tidak selingkuh, cintanya pada suami formalnya tidak kuat dan rumah tangganya terasa formal dan garing.

Setelah Jokowi dilantik, kritik kubu Prabowo tak henti-hentinya muncul, ditambah oleh banyaknya pro-Jokowi yang kemudian kecewa kepadanya karena arah drama politik tidak seperti yang diharapkan sebelumnya.

SIkap kenegarawanan Prabowo mengakui kepresidenan Jokowi dan kedatangannya saat pelantikan presiden, malah menguatkan rasa simpati dan dukungan pro Prabowo kepadanya sebagai "presiden" di hatinya. Prabowo telah membuktikan ucapannya untuk membangun tradisi demokrasi yang berbudaya, damai dan sejuk. Dan simpati dari kalangan pro Jokowi pada Prabowo pun mulai bermunculan. Kira-kira begini: "Bener, memang dia negarawan, tinggal kita lihat pendukungnya nih."

DPR/MPR dikuasai kubu Koalisi Merah Putih yang jelas melemahkan pijakan dukungan Presiden Jokowi untuk melancarkan program-programnya.

Penyusunan kabinet pun akhirnya tidak mudah. Keterlibatan KPK dalam menyeleksi calon-calon menteri kabinet Jokowi, semakin menyempitkan kekuasaan dan keleluasaan sang presiden dalam mewujudkan keinginannya dan membawa pasukannya. Buktinya, pengumuman kabinet pun diundur karena banyak calon menteri terindikasi korupsi.

Akankah Jokowi bertahan lama? Panggung drama sejarah yang akan menyuguhkan berapa episode cerita yang akan sanggup dipertontonkan.

Kenyataan pahit yang harus diterima dan memang juga dirasakan oleh semua orang, tidak seperti kemenangan SBY, kemenangan Jokowi yang tidak mulus, suasana yang panas, penuh gonjang-ganjing dan perbedaan suara yang tipis, menyebabkan kekuasaannya lemah dan kepresidenannya terasa kurang meyakinkan.

Sebagai anak negeri, saya "menyesali" ini terjadi dan menyayangkan mengapa proses pergantian kepresidenan negeri kita di tahun 2014 seperti ini. Kita inginnya presiden yang memenangkan suara minimal 60% sehingga legitimasinya kuat. Kita semua tidak ingin negeri ini bermasalah. Tapi takdir ini harus kita lalui. Kita disuruh belajar dan Tuhan punya rencana yang kita terlalu lemah untuk bisa mengetahui rahasia-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun