Mohon tunggu...
Fariz Fayyad Assidqi
Fariz Fayyad Assidqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Peternakan di Kalimantan Selatan dengan Hidrosfer Lahan Basah

20 Desember 2024   08:02 Diperbarui: 20 Desember 2024   08:02 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalimantan Selatan yang merupakan wilayah sebagian besarnya adalah lahan basah memiliki banyak potensi terutama didunia peternakan, mengapa? karena ada beberapa hewan ternak khas yang ada di wilayah lahan basah seperti, itik dan kerbau rawa. Keduanya berhabitat di wilayah lahan basah yang berarti Kalimantan Selatan merupakan habitat yang cocok untuk beternak hewan-hewan tersebut. Banyak sekali di jumpai di Kalimantan Selatan ternak hewan khas yang sering dijumpai di lahan basah tersebut. Para perternak pastinya tidak terlalu kesulitan dalam menyesuaikan lingkungan dengan hewan ternaknya.

Peternakan di Kalimantan Selatan memiliki potensi besar di dunia pakan. Karena peternakan merupakan salah satu kunci kehidupan yakni makanan bagi manusia, maka tidak akan pernah putus. Sehingga demikian menarik beberapa orang untuk berbisnis ternak. Lahan Basah membantu peternak dalam mempermudah penyediaan pakan hijauan karena lahan basah dipenuhi dengan rumput - rumput alami, contohnya seperti alang-alang, ipil-ipil dan jenis rumput lainnya dapat digunakan untuk menggembalakan ternak seperti sapi dan kerbau. Namun tantangan yang akan di dapat para peternak tidaklah mudah, mereka bisa saja mendapat kerugian besar besaran, hal ini dikarenakan untuk memenuhi nutrisi bagi ternak, harga pakan hewan ternak yang tinggi dan harga jual yang rendah. Sebaliknya menjadi para tengkulak yang mendapatkan keuntungan lebih besar. Disinilah peranan pemerintah penting untuk lebih memberikan ilmu kepada peternak dan mewadahi para pertanak kecil yang baru saja merintis usaha peternakan.

Peternakan sendiri adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan yang banyak diternakkan di antaranya sapi, ayam. kambing, domba, dan babi. Hasil peternakan di antaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian (seperti wol). Selain itu, kotoran hewan dapat menyuburkan tanah dan tenaga hewan dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan untuk membajak tanah.

Lahan basah adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya, adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin. 

Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem. Di atas lahan basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi (masyarakat tetumbuhan), seperti hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau, paya rumput dan lain-lain. Margasatwa penghuni lahan basah juga tidak kalah beragamnya, mulai dari yang khas lahan basah seperti buaya, kura-kura, biawak, ular, aneka jenis kodok, dan pelbagai macam ikan; hingga ke ratusan jenis burung dan mamalia, termasuk pula harimau dan gajah.  Lahan basah di kalimantan selatan meliputi rawa lebak, lahan pasang surut, danau dangkal, sungai dan sawah irigasi. Lahan basah di Kalimantan Selatan memiliki luas sekitar 1.194.471,98 hektare, atau 32,39% dari total luas daratan di provinsi ini. Lahan basah di Kalimantan Selatan sebagian besar terdiri dari tanah gambut dan tanah alluvial.

Hidrosfer atau lapisan air di Kalimantan Selatan merupakan wilayah daerah yang banyak di aliri air hingga terkenal dengan Lahan Basahnya. Lahan basah Di Kalimantan Selatan banyak di manfaatkan menjadi wisata Lahan Basah.

Hidrosfer itu sendiri adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi. Pembentukan hidrosfer berasal dari berbagai sumber air yang ada di bumi. Kata hidrosfer berasal dari kata bahasa Inggris hydrosphere; hydro berarti air dan sphere berarti bulatan atau lingkup. Jadi, hidrosfer merupakan lapisan air yang menyelimuti bumi Hidrosfer di permukaan bumi meliputi danau, sungai, laut, osean, salju atau gletser, air tanah dan uap air yang terdapat di lapisan udara.

Siklus peredaran atau proses daur ulang air secara berurutan dan terjadi terus-menerus disebut dengan siklus hidrolodi. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan.

Siklus hidrologi dibedakan menjadi tiga, yaitu siklus pendek, siklus sedang dan siklus panjang.

Siklus pendek

Pada siklus pendek, air laut yang terkena panas matahari menguap menjadi gas sehingga mengalami kondensasi sebelum sampai ke daratan dan membentuk awan,sehingga terjadi hujan di permukaan laut

Siklus sedang

Pada siklus sedang, uap air yang berasal dari lautan ditiup oleh angin menuju ke daratan. Di daratan uap air membentuk awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan di atas daratan. Air hujan tersebut akan mengalir melalui sungai-sungai, selokan dan sebagainya hingga kembali lagi ke laut

Siklus panjang

Pada siklus panjang, uap air yang berasal dari lautan ditiup oleh angin ke atas daratan. Adanya pendinginan yang mencapai titik beku pada ketinggian tertentu, membuat terbentuknya awan yang mengandung kristal es. Awan tersebut menurunkan hujan es atau salju di pegunungan. Di permukaan bumi es mengalir dalam bentuk gletser, masuk ke sungai dan selanjutnya kembali ke lautan.

Potensi peternakan di lahan basah sangat membantu para peternak untuk menambah nilai finansial hidupnya, salah satunya dalam ternak jenis hewan lahan basah seperti itik dan kerbau rawa, kemudian pakan hijauan alami melimpah yang dihasilkan dari lahan basah. Akan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya, karena nilai jual beli yang ditetapkan pemerintah menjadi tantangan besar terutama bagi peternak mandiri. Harapannya adalah  pemerintah harus lebih perhatian kepada para peternak lokal karena peranan penting pemerintak untuk mewadahi para peternak kecil yang baru saja merintis usaha peternakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun