Mohon tunggu...
Fariz aulia abdillah
Fariz aulia abdillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Penerbangan Medan

Saya adalah seorang Taruna (Mahasiswa) di Politeknik Penerbangan Medan yang sedang mengampu pendidikan di program studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengolahan Limbah Plastik Menjadi Biji Plastik dan Penggunaan Plastik Jenis Biodegradable

19 Maret 2024   16:51 Diperbarui: 19 Maret 2024   16:56 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Limbah plastik merupakan salah satu limbah yang paling sulit untuk terurai  di tanah. Limbah plastik membutuhkan waktu 10 hingga 1000 tahun agar terurai dengan sempurna. Banyaknya produksi bahan plastik sebagai bahan baku  pembuatan produk dikarenakan karakteristik plastik yang kedap air, ringan, lentur, dan mudah dibentuk menjadi sebuah benda atau produk. Plastik pada umumnya  digunakan untuk bahan baku pembuatan kemasan makanan dan minuman,  peralatan rumah tangga, dan lain sebagainya. 

Menurut Our Word In penumpukan  limbah plastik mencapai 146 juta ton pertahun, dan limbah yang paling banyak  adalah kemasan makanan. Penumpukan jumlah limbah plastik yang besar sangat  berpengaruh terhadap lingkungan. Pencemaran air, tanah, dan bahkan udara bisa  menjadi pengaruh penumpukan limbah plastik. Plastik dapat menyumbat irigasi air  dan menimbulkan bencana banjir. Tidak hanya itu, plastik yang terpapar sinar UV  akan menjadi microplastic yang dapat mencemari air yang sehari-hari diminum  manusia dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan bagi para konsumen. 

Indonesia merupakan salah satu pemasok sampah plastik yang cukup besar.  Pada tahun 2021 Indonesia menghasilkan limbah plastik sebanyak 11,6 juta ton.  Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai upaya dalam  penaggulangan limbah plastik yang menumpuk yang hingga kini belum  terselesaikan. Perbandingan penggunaan plastik dan pengelolaan limbah plastik  dengan cara yang efektif haruslah seimbang agar limbah plastik tidak menumpuk  dan menyebabkan banyak dampak negatif bagi manusia. 

Kesadaran dan edukasi  masyarakat Indonesia yang masih kurang terhadap pentingnya pengelolaan limbah  plastik masih menjadi faktor utama. 42,23% dari sampah plastik yang dihasilkan  adalah limbah plastik yang berasal dari produksi rumah tangga. Limbah plastik  rumah tangga berasal dari pemakaian kemasan makanan dan minuman yang  kemudian dibuang sembarangan di sungai, selokan, dan saluran air lainnya, dan  pada akhirnya akan bermuara di laut dan akan terombang-ambing di permukaan  laut bahkan menjadi makanan bagi biota laut. Keadaan diperkeruh dengan jumlah  penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya dan kebutuhan penggunaan  plastik akan semakin bertambah.  

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) merupakan muara akhir bagi limbah  plastik yang digunakan manusia. Namun, sering sekali ditemukan TPA yang  kapasitasnya melebihi batas tampung. Keadaan ini bukan tanpa alasan, pengelolaan  yang kurang baik dan penggunaan plastik yang terlalu banyak adalah penyebabnya.  TPA di Indonesia menggunakan sistem buang dan timbun (Open Dumping). 

Sistem  pengelolaan TPA dengan cara ini dinilai sangat tidak efektif dan tidak efisien.  Sampah-sampah ditumpuk dan dicampur tanpa adanya pemisahan sampah basah  dan sampah kering. Sehingga, menyebabkan bau busuk dan gas metan. Tidak hanya  itu, tumpukan sampah hingga menjadi gunungan sampah yang bisa kapan saja  longsor dapat merenggut korban jiwa. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum  dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada tahun 2021 Indonesia memiliki kapasitas  2,45 miliar meter kubik (m3) setiap tahunnya yang digunakan untuk lahan TPA.  Namun ternyata, jumlah tersebut tidak cukup untuk menampung sampah-sampah yang ada di Indonesia. Maka dari itu, masalah penanggulangan limbah plastik ini  telah menjadi masalah global yang harus ditangani dengan cara yang tepat  khusunya Indonesia.  

Ada metode yang cukup populer dalam penanggulangan sampah yaitu  metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Reuse adalah penggunaan Kembali, contohnya menggunakan wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang  sama atau yang lainnya. Reduce yang berarti mengurangi, dapat dilakukan seperti  penggunaan plastik digantikan dengan bahan yang mudah terurai seperti kertas atau  bahan lainnya. Kemudian menggunakan tas belanja berbahan kain sebagai pengganti plastik. 

Penggunaan tumblr dan alat makan pribadi berbahan bukan  plastik untuk mengurangi sampah plastik minuman dan plastik alat makan seperti  pipet, sumpit, sendok plastik, dan lainnya. Cara ini dapat digalakkan pada  masyarakat untuk membantu mengurangi penggunaan plastik. Selanjutnya ada  recycle, yang dimaksud dengan recycle adalah mendaur ulang. Hingga kini, cara  inilah yang masih menjadi solusi terbaik dari permasalahan limbah plastik.  Mendaur ulang kembali limbah plastik yang telah digunakan menjadi sebuah  produk lain dengan tujuan agar limbah plastik yang sebenarnya berkurang dan  mengubahnya menjadi produk yang berguna. 

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendaur ulang limbah plastik  adalah dengan mengolahnya menjadi biji plastik. Limbah plastik seperti botol  bekas, mainan anak-anak yang terbuat dari plastik, kemasan makanan, perabotan  rumah tangga dikumpulkan kemudian dilakukan pemisahan sesuai dengan warna dan jenis. 

Plastik memiliki beragam macam jenis dan klasifikasi. Pada plastik  terdapat kode yang tertera pada produk dengan bahan plastik. Masing-masing kode  tersebut memiliki makna yang menjelaskan jenis plastik yang digunakan sebagai  bahan baku produk. Kode angka 1 mengindikasikan bahwa plastik tersebut  menggunakan bahan PET (Polyeth Terephthalate), angka 2 HDPE (High Density  Polyethylene, angka 3, angka 4 LDPE (Low Density Polyethylene), angka 5 PP  (Polyprohylene), angka 6 PS (Polystryrene), dan angka 7 adalah bahan plastik  lainnya (Other). Dengan adanya kode tersebut dalam proses pemisahan menjadi  lebih mudah. Pemisahan berdasarkan warna plastik juga dilakukan untuk  menentukan harga jual dari biji plastik. Pada umumnya plastik trasparan pada  umumnya memiliki harga jual yang cenderung lebih tinggi dari pada plastik dengan  warna lain.  

Setelah proses pemisahan, plastik-plastik akan dicacah menjadi ukuran yang  lebih kecil dengan ukuran 2 mm – 5 mm. Kemudian plastik akan dicuci dan dikemas  sesuai dengan jenisnya. Selain dijadikan biji plastik, cara efektif lainnya untuk  mencegah penumpukan limbah plastik adalah dengan menerapkan penggunaan  plastik biodegradable. Pengunaan plastik jenis ini bisa menjadi salah satu solusi  dalam mengatasi masalah limbah plastik di Indonesia. Plastik biodegradable  merupakan jenis plastik yang terbuat dari pati atau amilum yang dapat diperoleh  dari singkong, sagu, jagung, dan tanaman yang kaya akan karbohidrat. Hal ini  dikarenakan sifatnya yang mudah terdegradasi di alam oleh mikroorganisme.  Namun, ada beberapa kekurangan yang ada pada jenis plastik ini yaitu, tidak elastis  dan bersifat hidrofilik. Hal ini yang menyebabkan pada proses pembuatan  ditambahkan campuran lainnya yaitu kitosan sehingga dapat mengatasi sifat hidrofilik menjadi hidrofobik dan penambahan gliserol yang dapat memberikan  sifat elastis pada plastik biodegradable. 

Untuk mendukung penanganan permasalahan global mengenai limbah  plastik ini, masyarakat sesungguhnya dapat mengambil peran dengan cara melakukan sendiri pendauran ulang sampah plastik menjadi biji plastik dengan sampah plastik yang dihasilkan dari industri rumah tangganya sendiri. Tidak hanya  membantu permasalahan limbah plastik, masyarakat yang melakukan hal ini pun  dapat meraih keuntungan dalam hal materi karena biji plastik yang telah dibuat  dapat dijual. Dengan harga jual yang tinggi dan permintaan pasar yang banyak, akan  memudahkan masyarakat dalam pemasaran biji plastik. Maka dari itu, pengolahan  limbah plastik menjadi biji plastik, dan penggunaan plastik jenis biodegradable  dinilai sangat efektif untuk diterapkan dan dikembangkan dalam mengatasi masalah  limbah plastik global. Karena dalam proses pengolahanya mudah dan dapat  diterapkan pada masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun