Mohon tunggu...
Muhammad Fariz Aslami
Muhammad Fariz Aslami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Welcome

Seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konflik Rusia-Ukraina, Presiden Zelenskyy Menginginkan Perang Dunia Ketiga?

16 April 2022   12:26 Diperbarui: 19 April 2022   19:45 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Memang benar bahwa zona larangan terbang sering digunakan untuk melindungi warga sipil dari serangan pesawat tempur. Zona larangan terbang mencegah suatu negara untuk mendapatkan kontrol atas udara di wilayah tersebut karena adanya larangan terbang.

Masalahnya, diperlukan ancaman aksi militer untuk dapat menerapkan zona larangan terbang secara efektif. Pihak yang menerapkan zona larangan terbang harus siap untuk menembak pesawat yang melanggar. Dalam konteks ini, NATO harus menembak pesawat Rusia. Ukraina sendiri bukan anggota NATO sehingga tidak memunculkan kewajiban atas pertahanan kolektif.

NATO memang pernah menerapkan zona larangan terbang dalam Perang Bosnia pada tahun 1993 hingga 1995. Irak juga pernah menjadi target zona larangan terbang oleh pasukan koalisi pada Perang Teluk. Akan tetapi, Rusia adalah target yang berbeda dari negara-negara yang pernah ditargetkan dalam zona larangan terbang sebelumnya.

Menerapkan dan menegakkan zona larangan terbang di Ukraina memiliki risiko signifikan dalam meningkatkan konflik. Putin juga memperingatkan Barat agar tidak menerapkan zona larangan terbang karena akan dianggap sebagai bentuk partisipasi dalam perang.

Selain memberlakukan sanksi ekonomi kepada Rusia, negara-negara NATO sebenarnya telah mengirim bantuan persenjataan kepada Ukraina. Meskipun mengutuk tindakan Rusia dan berpihak kepada Ukraina, prioritas NATO adalah menjaga keamanan negara-negara anggotanya. Terlibat langsung dalam konflik ini akan mengancam keamanan setiap negara anggota.

Wajar saja bagi Zelenskyy sebagai presiden Ukraina untuk meminta bantuan militer NATO karena yang terpenting baginya adalah keselamatan warga Ukraina. Wajar juga bagi NATO untuk tidak memenuhi permintaan Zelenskyy mengingat adanya risiko yang besar.

Namun, bagaimana jika NATO memperlakukan Ukraina sebagai bagian darinya dan memberikan dukungan militer penuh? Apakah hal tersebut bisa mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina?

Alih-alih menyelesaikan konflik, keikutsertaan NATO dalam perang ini justru akan meningkatkan konflik. Putin akan mengeluarkan seluruh kekuatan militernya dan Ukraina hanya akan menjadi zona perang antara NATO dan Rusia. Mengutip data dari UNHCR, tercatat sebanyak 4,73 juta warga Ukraina telah mengungsi sejak 24 Februari hingga 13 April 2022. Ini menunjukkan dampak yang terjadi dalam konflik Rusia-Ukraina. Angka ini akan menjadi lebih besar jika terjadi eskalasi konflik yang berujung pada perang yang berkepanjangan.

Konflik langsung antara NATO dan Rusia berpotensi memicu Perang Dunia Ketiga dan menciptakan krisis global. Video rekayasa yang dirilis oleh Kementrian Pertahanan Ukraina bisa saja menjadi kenyataan.

Tindakan Putin yang telah melanggar kedaulatan Ukraina tetap tidak dapat dibenarkan. Meskipun demikian, segala tindakan yang berpotensi untuk meningkatkan dan memperluas konflik bukanlah langkah yang tepat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun