Pernahkah mendengar perynataan bahwa pendidikan kita tertinggal selama berpuluh tahun dibanding Negara lain, khususnya dengan Negara barat sana. Tanpa kita harus menguji pernyataan tersebut, sudah kita rasakan bahwa hal tersebut benar adanya. Salah satu bukti yang dapat dijadikan indikator ketertinggalan ini adalah banyaknya teori yang dianut sebagai pedoman keilmuan dalam pendidikan kita yang tidak lain teori tersebut diadopsi dari penemu-penemu yang berada di Negara-negara barat. Hal tersebut secara langsung mengumpamakan bahwa seseorang telah lebih dulu menemukan kunci dan dengan kunci tersebut berhasil membuka sebuah pintu yang kemudian kita mengikuti si penemu kunci dari belakang, dan dengan lenggang tanpa hambatan kita dapat langsung masuk melewati pintu yang sudah terbuka. Dapat kita bayangkan apabila posisi aman tersebut terus dipertahankan, sudah dapat di tebak bahwa orang yang berada di depan akan selalu menjadi yang terdepan dan orang yang berada di belakang akan selalu menjadi yang terbelakang. penelitian kecil telah dilakukan, baik melalui pengamatan, ataupun pengalaman. Pernahkan terfikir bahwa kualitas pendidikan dan kemampuan siswa Indonesia dapat diuji oleh salah satu kegiatan belajar mengajar yaitu pekerjaan rumah (PR) kita menyebutnya ketika duduk di bangku sekolah, dan tugas kita menyebutnya ketika sudah menginjak perguruan tinggi.
Tugas yang di berikan di sekolah dapat menguji kempampuan para pelajar. Tanpa tekanan dan batasan waktu seperti yang terjadi di sekolah, tugas yang diberikan dapat menyadarkan bahwa meskipun mereka tidak berada dalam lingkungan sekolah, mereka mempunyai kewajiban yang harus dituntaskan karena status mereka sebagai seorang pelajar yang sedang menjalani pendidikan. Pelajaran pertama yang dapat diambil, bahwa Tugas yang diberikan dapat melatih tanggung jawab. Tetapi tentunya pengontrolan harus dilakukan mengingat para pelajar tersebut masih dalam tahap dididik, misalnya dengan mengumpulkan tugas yang telah diberikan oleh pengajar sesuai waktu yang ditentukan. Tentunya tidak semata-mata, karena tugas memiliki peran penting dalam pengembanan pendidikan terhadap pelajar, sehingga pengajar harus memberikan tugas kepada para pelajar sebanyak-banyaknya dengan intensitas yang padat. Hal itu dirasa tidak akan berhasil karena hanya akan memberi tekanan berlebih. Kualitas yang harus ditingkatkan, menentukan deadline pengumpulan tugas juga belum cukup. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberi penghargaan terhadap tugas yang dikerjakan, penghargaan tersebut tentunya tidak berupa piala melainkan pembahasan terhadap tugas yang telah dikerjakan. Pembahasan dapat dilakukan dikelas atau dimanapun, para pelajar dilibatkan dan ciptakan suasana kompetisi yang menarik. Berikan sanggahan, bandingkan semua tugas hasil ciptaan para pelajar dan buat pelajar saling berargumen mengenai hasil karyanya. Ciptakan suasana seakan yang ada hanya juara satu dan tentunya harus tetap saling manghargai. Selain itu pengajar juga dapat membantu menambah kepercayaan diri para pelajar sekaligus memicu untuk menghasilkan karya lainnya dengan membantu mempublikasikan hasil terbaik para pelajar sebagai karya murni yang telah dihasilkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H