Sahabat ku "Sindi"
Pada saat aku menempuh jenjang SLTA di MA Darut Taqwa dan kebetulan pada saat itu aku juga masihmondok di pondok Ngalah. Aku mempunyai 2 sahabat yag satu benama Sindi dan yg ke-2 bernama April. Temanku yang  bernama Sindi ini satu asrama dengan April namun hanya aku dan April yang satu jurusan sekolah yakni Jurusan IBB sedangkan Sindi MIA.Â
Aku dan April berada di kelas IBB 1 sedangkan Sindi MIA 2. Kami bertiga sahabat dekat yang masih berlanjut hingga saat ini. Meskipun berbeda kelas dan berbeda asrama kami tetpa sering jalan-jalan bersama bahkan healing pun bersama. Namun setelah lulus sekolah hanya aku dan April yang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya yakni jenjang perkuliahan.
Sahabatku Sindi adalah seorang perempuan tunggal yang lahir dan hidup dengan kehidupan ekonomi yang seadanya Ibunya hanya seorang penjual kue basah dan gorengan sedangkan ayahnya sering sakit-sakit an karena memiliki penyakit. Mereka tinggal di Bangil Pasuruan dengan kondisi rumah yang hanya beralaskan tanah.Â
Untuk biaya pendidikan selama dia sekolah saja Alhamdulillah dia mendapatkan bantuan dari sekolah dan pondok dengan mendapatkan keringanan membayar SPP sekolah dan uang pondok. Aku dan April pun sangat kasihan dengan dia yang hidupnya seadanya maka dari itu kadang saat istirahat aku dan April iuran untuk membelikan dia snack.
Seusai lulus SLTA aku dan Apil melanjutkan jenjang pendidikan kami yakni Perkuliahan. Aku di UIN Malang sednagkan April di Universitas Yudharta Pasuruan dan masih melanjutkan mondok disana. Sedangkan sindi dia memilih untuk menjadi tulang punggung keluarganya yakni bekerja di pabrik. Dia berusaha mendaftar dari pabrik sau ke pabrik lainnya namun sulitsekali. Pada akhirnya ia pun mendaftar ke pabrik olahan udang dan Alhamdulillah dia keerima sebagai karyawan serta pegawai di pabrik tersebut
Alhamdulillah semenjak dia bekerja disana dia bisa mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya. Â Meskipun setiap harinya pulang larut malam dan berangkat kerja pagi-pagi sekali dan sampai sulit dihubungi. Semenjak sindi bekerja kami bertiga jarang bertemu. Mungkin sekali-kali aku nyambang april di pondok. Itupun kalau aku dan april bener-bener free libur kuliah. Berbeda dengan sindi yang masih berjuang di masa mudanya untuk menjadi tulang punggung keluarganya.
Aku dna april pun ikut bahagia saat ini sindi sudah bisa mencukupi kehidupan keuarganya meski masih membutuhkan bantuan yang layak. Kalau ada watu aku dan april pun meluangkan waktu untuk berkunjung dan membawakan buah-buahan serta snack ke rumah sindi. Karana menurut aku dan april meskipun kita bereda tetapi kita harus saling membantu satu sama lain karena kita sama-sama makhluk social yang masih sangat membutuhkan bantuang orang lain.Â
Kami bertiga bersahabat tak memandang dari sisi apapun. Kami hanya bersaha melengkapi apa yang harus dilengkapi dan memahami apa yang harus dipahami. Karan rezeki kita sudah ada jalannya masing-masing apa salahnya kita memberikan bantuan dengan niatan bersedekah kepada orang yang membutuhkan seperti sahabatku yang bernama sindi ini.
Sampai saat ini kami bertiga masih berhubungan erat layaknya saudara. Oarag tuaku dan orang tuanya april pun sangat berinisiatif membantu sindi karena semua orang pasti membutuhkan sesuatu yang bisa menjadi bahan pokok untuk menjalani kehidupan. Ayahnya sindi sekarang sering sakit dan sering keluar masuk rumah skait karena penyakit yang dideritanya. Namun Alhamdulillah sindi sudah bisa membiayai biaya perawatan penyakit ayahnya.Â
Da ibunya pun di buatkan took sembako oleh sindi Karena Alhamdulillah gaji sindi di luar ekspektasinya. Sekarang pun dia sudah bisa beli motor sendiri, bisa memperbaiki rumahnya dan mencukupi kehidupannya. Aku dan april pun ikut senang melihat sisndi yang bangga atas jerih payahnya serta hasil keringatnya sendiri.
Sebenarya aku dan april ingin sekali agar sindi bisa ikut melanjtkan pendidikannuya namun sindi terlalu nyaman dengan pekerjaannya dna memang benar-benar ingin berusaha membahagiakan orang tuanya di masa-masa mudanya. Karan menurut dia umur seseorang itu tidak dapat dipredeksi. Jadi mulai saat ini dia juga rajinmenabung untuk kebutuhannya di masa depan. Aku dan april pun mengapresiasi niat dan tekad sindi karena kami harus tetap kompak dan mendukung satu sama lain meskipun kami hanya sering bertemu secara virtual karena rumahku yang paling jauhyakni prigen sedangkan sindi dan april sama-sama tinggal di bangil.
Dari sisni akami mendapatkan pelajaran bahwa rezeki itu sudah ada jalannya maisng-masing serta sudah di atur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Kita harus pandai-pandai bersyukur dengan apa yang kita miliki entah nikmat sekecil apapun kita harus tetap bersyukur.Â
Kalau masalah ekonomi kita harus memnadang dengan yang yang dibawah karena mereka saja bisa bersyukur masak kita yang segalanya tercukupi tidak mengenal kata syukur. Karena kita hidup dan bernafasa pun berupakan nikmat terbesan yang Allah SWT berikan kepada kita. Begitu pula dengan nikmat harta benda.. kita juga harus lebih bersyukur atas nikmat harta dan benda yang bisa mencukupi kehidupan kita seharihari karena diluar sana masih banyak orang-orang yang lebih membutuhkan kebutuhan untuk menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Sindi saja yang dulunya susah membeli seuap nasi sekarang Alhamdulillah usahanya tak sia-sia dan membuahkan hasil yang sangat membanggakan. Karena berka bersyukur, berusaha dan berdoa.Â
Insyaallah pasti kehidupan yang kita jalani ada jalannya maisng-masing dan tidak akan merugikan diri kita. Selagi ada usaha takkan mengkhianati hasilnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI