Kata beliau dulu di desaku masih dapat dihitung jari pemuda-pemuda yang dapat menempuh jenjang pendidikannya hingga mendapatkan sarjana. Karena masyarakat pedesaan pada zaman dahulu abanya mengandalkan pekerjaan untuk bertani dan bercocok tanam di sawah dan lading masing-masing. Namun menurut kakek nenekku dari keluarga ayah.Â
Ilmu adalah penting. Semahal apapun biaya untuk membiayai anaknya belajar ilmu untuk bekal dimasa depan mereka adalah hal yang membuat kakek dan nenek bangga. Maka dari itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi diriku yang memiliki kakek nenek dengan tekad untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga mencapai jenjang yang lebih tinggi.
Selain panitia PEMILU, Bapak Nur Kholis atau paman ku ini juga aktif di masyarakat seperti mengikuti organisasi Ansor dan merupakan ta'mir masjid di dusunku.Â
Beliau sering mengikuti kumpulan-kumpulan pemuda baik pengajia, manaqiban, tahlilan dan diba'an. Jadi pada saat itu ilmu dan pengalaman masa muda beliau juga sudah cukup unuk bekal beliau di masa depan. Hingga setelah menemukan jodohnya beliau pun masih menjadi orang yang aktif di lingkungan masyarakat. Seperti halnya menjadi ustadz dan mengajarkan ilmu-ilmu agama di pondok dekat rumah. Rumah beliau berdampingan dengan rumah saya.Â
Beliau menikah pda saat saya masih berusia sekitar 3 tahun. Karena saya sedikit mengingat saat-saat beliau menikah. Dan Alhamdulillah dipertemukan jodohnya yang asli orang Bangil Pasuruan. Meskipun sudah berumah tangga. Beliau tetap bersemangat dengan bekerja sebagai seorang guru bahasa Arab.Â
Beliau menjadi guru si MTs NU Sunan Giri Talang dan MA Sunan Giri Talang. Tak hanya menjad seorang guru bahasa Arab, beliau juga masih menjadi ta'mir masjid dan tetap aktif dilingkungan masyarakat.Â
Menurut beliau menjadi orang yang aktif dilingkungan masyarakat itu bukan lah orang yang mudah apalagi dilingkungan masyarakat desa yang masih kerap dengan hal-hal zaman dahulu. Butuh banyak perjuangan agar tetap bisa menjaga harga diri dan menjaga nama baik.
Seiring berjalannya waktu Bapak Nur Kholis ini akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki dan kemudian akhirnya sampai beliau dikaruniai 3 oarang anak. Anak yang pertama laki-laki, anak yang ke-2 laki-laki dan anak yang ke-3 perempuan. Meski telah memiliki 3 orang anak.Â
Beliau tetap saja masih aktif dan tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang yang aktif dan dipandang baik dilingkungan masyarakat.Â
Beliau tetap bekerja menjadi seorang guru bahasa Arab hingga akhirnya menjadi guru PNS. Beliau juga masih sering ikut acara-acara di masyarakat karena menurut beliau, beliau juga harus bisa menjadi ayah sekaligus memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Agar di masa depan bisa menjadi seperti beliau yang di pandang baik di masyarakat.
Saat ini anak pertama laki-laki beliau tengah mengikuti jejak sang ayah yakni masuk pondok pesantren PIQ Singosari yang tengan menempuh jenjang SLTA di sana. Anak ke-2 beliau yang laki-laki masih menempuh jenjang Sekolah dasar sdangkan anak terakhir perempuan beliau masi TK.Â