Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Sumber: LyricFind
Penulis lagu: Ebiet G. Ade
Dalam lirik lagu ini, berdasarkan pada pendekatan pragmatik yang diperoleh pengarang lagu mengingatkan kita agar membenahi diri, menjadi pribadi yang menghargai, menghormati dan mencintai karya alam yang Tuhan berikan. Keindahan alam yang tiada taranya kini dirusak oleh manusia, sehingga bencana alam seperti banjir kerap melanda negeri kita. Ketika banjir datang semua berteriak agar pemerintah ikut bertindak. Tapi bagaimanakah peran kita masing-masing? Pedulikah kita untuk menjaga kebersihan, pedulikah kita membuang puntung rokok, dan bungkusan makanan atau kertas yang kita anggap sampah sesuai pada tempatnya yang sebenarnya. Masih banyak lagi praktek ketidakpedulian terhadap lingkungan dalam hidup setiap hari. Itu merupakan hal-hal kecil tapi sangat mempengaruhi kepentingan umum dan kehidupan kita.
Kekayaan alam lainnya yang megah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang hanya mencari keuntungan dan kekayaan. Mereka tak memperhitungkan lingkungan alam yang akhirnya menjadi rusak. Demi kepuasan bisnis dan usaha serta mengejar kekayaan, mereka tak peduli bahwa perbuatan yang dibuat sangat bertentangan dengan nila-nilai kebenaran dan menganggap itu bukan dosa. Sehingga Ebiet pun mengatakan bahwa "Manusia bangga dengan dosa-dosa." Kita bisa bertanya apakah yang dapat saya lakukan untuk mencintai lingkungan alam kita? Tak perlu jauh untuk mencari dimanakah itu, karena alam dan keindahan sangat dekat dengan kita. Keindahan alam dan lingkungan bisa kita ciptakan di rumah kita, di tempat kost dan di kampus kita yang setiap hari menjadi tempat kita bernaung.
Titip Rindu Buat Ayah
Ebiet G. Ade
Di matamu masih tersimpanSelaksa peristiwa
Benturan dan hempasanTerpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelahKeringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah, hm-hm
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti Hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimuGambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar Legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk, hm-hm
Namun semangat tak pernah pudar