Pemimpin transformasional itu sebaiknya menjadi teladan bagi orang yang mereka pimpin. Tidak hanya soal hard skill, bahkan juga soft skill-nya.
d. Bertanggung Jawab
Mungkin ada pengalaman teman-teman yang punya bos/pemimpin, tetapi tidak bertanggung jawab dengan apa yang mereka putuskan. Padahal keputusan mereka, tetapi demi menjilat bos atau mempertahankan jabatannya, mereka "menumbalkan" bawahannya sendiri.
Kalau pemimpin transformasional, pastinya akan bertanggung jawab atas apa yang mereka putuskan. Bahkan, mereka akan melindungi anak buahnya di depan umum jika ada kesalahan dan mengoreksi bawahannya di ruang privat.
e. Suportif
Tidak sekedar menyuruh-nyuruh saja layaknya "bos". Pemimpin transformasional akan memberikan support kepada orang yang mereka pimpin.
Support ini bisa berupa alat, modal, back up, atau memberikan saran/feedback.Â
Jadi, tidak ada istilah "tidak mau tahu", apalagi cuma mau tahu beres saja.
f. Terbuka dengan Masukan
Penulis yakin, tidak sedikit teman-teman juga pernah menghadapi pemimpin/bos yang tidak mau menerima masukan. Sekali  diberi masukan malah tersinggung, atau berakhir dengan surat peringatan dari HR. Lucunya, terkadang pemimpin/bos seperti itu suka minta masukan. Terdengar kebohongan belaka ya?
Padahal, pemimpin transformasional itu wajib terbuka dari masukan. Bukan justru malah tutup telinga, apalagi di zaman yang VUCA-nya tinggi seperti sekarang.Â
Memangnya kalau nahkoda memasang sumbatan di telinganya bisa mendengar awak kapal yang berteriak karena ada kebocoran kapal?
g. Tidak Mudah Emosi
Sebagai pembuat keputusan, pemimpin transformasional wajib mengambil keputusan dengan benar. Karena itulah, mereka tidak boleh mudah tersulut emosinya atau dengan kata lain sumbu pendek. Apalagi dengan banyaknya perubahan, pasti ada saja yang membuat naik darah.
Mengambil keputusan saat emosi, berarti lebih dominan perasaan daripada logika saat mengambil keputusannya. Hal ini tentunya dapat membahayakan organisasi.