Tak terasa sudah berada di februari tahun 2023. Begitu cepat waktu berjalan. Tak mengenal kita dalam keadaan apapun. Baik kita dalam keadaan bahagia, susah, berada di titik tertinggi, bahkan disaat kita terjatuh pun sang waktu tak akan pernah peduli. Dia akan terus berjalan dengan ritmenya sendiri. Dan teruntuk kita yang sedang terjatuh, jika kita tak mampu untuk bangkit maka kita akan ditelan oleh waktu.
Tepat Desember 2022 merupakan bulan yang memang benar - benar membuatku terjatuh - sejatuhnya. Bahkan untuk bangkit pun memang begitu sulit. Begitu sakitnya sebuah hati ini setelah di hujani oleh berbagai peristiwa yang tak terduga. Mulai dari perekonomian keluarga yang belum juga bisa bangkit sampai menjadi tempat singgah seseorang yang memporak - porandakan ruang yang sudah ku tata rapi untuknya. Desember itu memang bulan yang benar - benar mengujiku dengan rasa sakit. Berpura tegar dihadapan orang tua dan ditempat umum. Namun, hati ini mulai begitu pecah disaat pergantian tahun. Air yang melebihi debitpun tak mampu dibendung. Tumpah ruah dalam malam itu. Disaat yang lain sedang asyik memeriahkan pergantian tahun. Aku hanya menghabiskan waktu dikamar.
Sampai suatu ketika ada sebuah suara notif dari ponselku terdengar. Teman - temanku menanyakanku kenapa aku tidak ikut acara yang diadakan oleh mereka. Sebuah rutinitas setiap pergantian tahun. Sengaja dari semua pesan yang masuk tidak ku baca. Malam itu, pergantian tahun diriku menjauhkan diri dari ponselku agar sedikit lebih tenang dan mampu melupakan sedikit tentang apapun yang memang benar - benar membuatku terjatuh di kala itu.
Satu peristiwa yang benar - benar membuatku begitu benar - benar tejatuh dan sulit untuk bangkit adalah ketika orang yang mulai akrab denganku menjadi asing secara tiba tanpa alasan apapun. Dia mulai menjauh dariku, menghindariku, bahkan seakan - akan memang tak membutuhkanku lagi. Ruang yang sudah kubangun sedemikian rupa untuknya, kini kian hancur di porak - poradakan olehnya. Entah kenapa aku begitu bodohnya sehingga tak mampu membedakan antara dia yang hanya singgah atau memang benar - benar bersemayam dalam ruangku.
Alam semesta memperingatkanku melalui rasa sakit bahwa jangan terlalu menaruh harapan pada seseorang yang belum pasti. Mengingatkanku bahwa paras dan tingkah laku yang dibuatnya hanyalah sebuah kiasan untuk mengelabuhiku. Saking begitu indahnya, aku pun menjadi terhipnotis oleh dirinya yang begitu cantik dalam memainkan perannya. Sedangkan aku, begitu buta akan ruang hipnotis yang di buatnya.
Iya! malam itu aku memang menghilang dari dunia untuk sementara. Tak menampakkan diri keluar dan hanya mampu mendengar gemuruhnya angin yang mungkin mewakili suasana  hatiku.  Suara angin kala itu begitu riuh tak karuan dan tak berirama. Seperti hati ini yang begitu hancur tak karuan setelah apa yang dia lakukan kepadaku. Kala itu aku berbicara kepada semesta
"Jika memang ini adalah cara mengingatkamu maka aku akan terima. Namun, aku sudah tidak percaya lagi dengan mereka para wanita untuk sementara ini. Jika ini caramu menjatuhkanku. Maka aku akan bangkit dengan bagaimana kamu mengingatkanku. Semesta memang tak terduga."
Sambil memaki diri sendiri, aku hanya  butuh waktu untuk terbiasa dengan rasa sakit ini. Tak perlu dibenci lebih dalam lagi. Cukup diterima dengan lapang dada jika memang itu yang terjadi. Tepat awal tahun 2023, diriku sudah mendedikasikan diriku ini untuk menutup diri dengan semesta asmara. Lebih fokus dengan tujuan yang di inginkan oleh diriku sendiri bukan orang lain. Karena aku sadar, cinta yang membuatmu buta mampu membuatmu menjadi sesuatu yang begitu rendah dari sampah. Tapi, aku juga berterima kasih karena mampu merasakan cinta yang sesungguhnya berkat dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H