Indonesia berada pada masa transisi selepas berpindahnya rezim Soekarno menjadi Demokrasi Pancasila di tangan Soeharto. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1965-1966 itu menunjukkan perlawanan nasional rakyat Indonesia dari berbagai elemen terhadap PKI yang dianggap sebagai pelaku peristiwa G30S. Di bagian Utara pulau Sumatera, muncullah tokoh-tokoh sekaliber Anwar Kongo dan kawan-kawannya yang sebelumnya hanya dikenal sebagai preman bioskop-atau mereka menyebutnya Free Man-menjadi 'pembasmi' PKI. Bersama para kawanan preman, ia 'naik pangkat' menjadi pasukan pembunuh yang begitu ditakuti lalu mendirikan organisasi Pemuda Pancasila.
Lewat Film 'The Act of Killing' ini Anwar Congo dkk. menunjukkan dengan bangga betapa kejamnya kisah mereka dalam pembantaian lebih dari satu juta orang yang dituduh komunis dan mereka anggap sebagai pengkhianat bangsa. Film yang dikemas dengan genre dokumenter ini menceritakan bagaimana cara mereka membunuh satu per satu korbannya dengan cara sadis tanpa ampun. Karya cerdik sutradara berkebangsaan Amerika,Joshua Oppenheimer, ini menyajikan reka ulang setiap tragedi dengan cara yang sangat berbeda dari film dokumenter lainnya. Dengan dipandu langsung oleh sang pemimpin Anwar Congo, dan sahabatnya Herman Koto yang berperan sebagai eksekutor, ia mereka ulang setiap kejadian berdarah tersebut dengan sudut pandang yang dapat menghanyutkan perasaan para penonton seakan merasakan sendiri bagaimana dilema yang dialami seorang pembunuh saat menjalani aksinya.
Dalam setiap aksinya Anwar dkk. sering kali berpakaian dan bertingkah meniru mafia di film-film yang mereka tonton, sebut saja aktor-aktor idola mereka seperti James Dean,John Wayne dan Victor Mature. Film ini akan menjadi film dokumenter paling mengerikan sepanjang sejarah yang akan membuat anda semakin penasaran tentang cerita dibalik tragedi 65-66. Lewat alur cerita yang begitu dramatis penonton akan merasakan sisi emosional para tokoh yang berdiri diposisi antara keyakinan mereka menyelamatkan negara tercinta dan penyesalan terhadap nyawa-nyawa yang telah mereka renggut dengan paksa. Usaha komplotan preman ini untuk melahirkan stigma sebagai pahlawan dalam menumpas 'musuh bangsa' berbenturan dengan kesadaran sisi humanis tiap batin mereka.
Konsep pembuatan film yang sangat gila menjadikan The Act of Killing sebagai film paling sadis tahun 2013 yang dikukuhkan dengan berbagai penghargaan Internasional salah satunya Berlin International Film Festival yang menganugerahi 2 penghargaan sekaligus yaitu 'Panorama Audience Award for Best Documentary' dan 'Panorama Prize of the Ecumenical Jury' dan masih banyak lagi. Bahkan rating film ini di berbagai sumber sangat tinggi sebut saja Rotten tomatoes yang memberikan penilaian positif 97%.
Maka bagi siapapun terutama masyarakat Indonesia yang ingin mengetahui betapa dahsyatnya tragedi 'Pembunuhan anti-PKI', anda dapat mendownloadnya langsung lewat situs resminya http://www.actofkilling.com/
Anda akan disuguhkan sebuah mahakarya dimana Indonesia menjadi objeknya. Apapun cerita dibalik peristiwa itu, biarlah ini menjadi fakta sejarah yang dapat memperkuat keutuhan NKRI.
MERDEKA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H