Pendahuluan
Permasalahan usaha pertanian karet di Indonesia adalah produktivitas dan harga tidak sejalan. Penyebab rendahnya produktivitas antara lain kualitas bahan tanam yang buruk, kegagalan regenerasi karet yang sudah tua, dan fluktuasi harga jual karet. Produksi karet di Indonesia kurang optimal akibat buruknya pengelolaan lahan, buruknya kualitas benih, dan kondisi lingkungan. Penyebab penurunan produktivitas tanaman karet khususnya pada perkebunan besar yaitu adanya penyimpangan dalam norma sadap atau kualitas sadapan utamanya frekuensi sadap yang intensif dalam mengejar target produksi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada pohon karet dan mengurangi produktivitasnya. Tapping frequency mempengaruhi jumlah lateks yang dihasilkan oleh pohon karet, dan tapping yang berlebihan dapat menyebabkan pohon menjadi stres dan menghasilkan lateks yang lebih sedikit. Oleh karena itu, menjaga norma sadap yang tepat dan menghindari frekuensi sadap yang berlebihan sangat penting untuk memastikan produksi karet yang berkelanjutan.
      Produksi pada pabrik karet dilakukan dengan kegiatan penyadapan yang dipengaruhi oleh panjang irisan, frekuensi penyadapan dan teknologi stimulan. Untuk penerapan praktis, ketiga elemen ini harus seimbang. Jika salah satu dari hal tersebut diabaikan maka akan berdampak buruk pada produksi tanaman karet.  Penggunaan stimulan pada penyadapan tanaman karet hingga saat ini masih menggunakan bahan aktif etefon. Etefon adalah senyawa kimia yang mengandung etilen, yang berfungsi untuk memacu terbukanya pembuluh lateks sehingga lateks lebih banyak mengalir. Penggunaan etefon yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada kulit batang pohon karet, sehingga mengurangi kemampuan pohon untuk menghasilkan lateks. Selain itu, penggunaan etefon yang tidak tepat juga dapat menyebabkan kerusakan pada daun dan ranting pohon karet, sehingga mengurangi kemampuan pohon untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan makanan yang dibutuhkan untuk produksi lateks. Salah satu upaya untuk mendapatkan bahan alternatif  yang  dapat meningkatkan produksi adalah dengan menggunakan bahan aktif  osmolit dan senyawa basa (Alkalin).
Penyelesaian Masalah
Senyawa osmolit merupakan gabungan dari polietilen glikol (PEG), asam askorbat, dan NaOCL. Penggunaan PEG untuk penyadapan  meningkatkan produktivitas lateks karet. Penerapan asam askorbat pada penyadapan meningkatkan status fisiologis dan meningkatkan aktivitas enzim SOD. Natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% pada eksplan daun sukun hasil kultur jaringan  tidak terdapat kontaminasi bakteri dan jamur. Senyawa osmolit ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman karet hingga 48,1% dibandingkan dengan kontrol etefon. Penyadapan yang tidak menggunakan senyawa osmolit dan alkalin akan menggagu produktivitas dan kualitas karet, adapun beberapa dampak apabila tidak menggunakan senyawa osmolit dan alkalin pada penyadapan karet:
- Penggumpalan aliran lateks, Penggumpalan aliran lateks yang tidak stabil dapat menyebabkan beberapa dampak negatif pada produktivitas karet, karena latex mengalir ke areal yang tidak seimbang dapat mengurangi produktivitas dan menyebabkan penggumpalan aliran lateks.
- Pengaruh lingkungan, Penggumpalan aliran lateks dapat menyebabkan pengaruh lingkungan yang buruk pada tanaman karet, yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan kualitas karet.
- Serangan penyakit, Ketidakpenggunaan senyawa osmolit dan alkalin pada penyadapan tanaman karet dapat meningkatkan risiko serangan penyakit pada tanaman karet, seperti jamur akar putih dan kanker garis, Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan karet dan menurunkan produktivitas karet dalam pembuatan lateks.
Ketidak penggunaan senyawa osmolit dan alkalin pada penyadapan tanaman karet dapat menyebabkan pengaruh lingkungan yang buruk pada tanaman karet, yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan kualitas karet. Hal ini terjadi karena tanaman karet membutuhkan kondisi lingkungan yang baik dan stabil untuk tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang berkualitas dan produktif. Tanaman karet yang tumbuh di lingkungan yang buruk atau tidak stabil dapat mengalami stres dan mengalami penurunan produktivitas dan kualitas karet. Selain itu, lingkungan yang buruk juga dapat meningkatkan risiko serangan penyakit pada tanaman karet, seperti jamur akar putih dan kanker garis, yang dapat mengganggu proses pertumbuhan karet dan menurunkan produktivitas karet dalam menghasilkan lateks, Penggunaan senyawa osmolit dan alkalin dapat membantu menjaga keseimbangan pH dan nutrisi dalam tanah, sehingga tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Tanaman karet yang sehat dan kuat akan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan dapat menghasilkan lateks yang berkualitas dan produktif.
Penggunaan senyawa osmolit ini dapat menjadi alternatif pengganti etefon dalam penyadapan tanaman karet, karena etefon dapat menyebabkan kerusakan pada pohon karet dan mengurangi produktivitasnya jika digunakan secara berlebihan. Dengan penambahan bahan-bahan tersebut diharapkan tekanan osmotik sel dan tanaman dapat diatur untuk mengarahkan air ke daerah aliran lateks. Ketika air memasuki daerah aliran lateks, tekanan turgor meningkat dan lateks mengalir dengan cepat. Aliran lateks di dalam tanaman yang berhenti, hal ini disebabkan oleh turunnya pH, sehingga lateks cepat mengeras. Untuk mencegah aglomerasi ini, senyawa basa dapat digunakan. Alkalinisasi sitosol mempengaruhi stabilitas karet, sehingga kecil kemungkinannya untuk menggumpal. Senyawa alkalin dapat meningkatkan pH lateks dan mencegah penggumpalan lateks pada tanaman karet. Senyawa alkalin yang sering digunakan pada budidaya tanaman karet adalah natrium hidroksida (NaOH) dan natrium karbonat (Na2CO3). Penggunaan senyawa alkalin ini dapat membantu meningkatkan produktivitas tanaman karet dengan mencegah penggumpalan lateks dan memastikan aliran lateks yang lancar.
Kesimpulan
Pemanfaatan senyawa osmolit dan alkalin dalam proses penyadapan tanaman karet merupakan salah satu upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas lateks. Terdapat potensi interaksi sinergis antara senyawa alkalin dan osmolit dalam meningkatkan hasil penyadapan tanaman karet. Senyawa alkalin merangsang pelepasan lateks, sementara osmolit menjaga kestabilan lateks yang diperoleh. Kombinasi keduanya dapat menciptakan kondisi yang optimal untuk penyadapan yang efisien dan menghasilkan lateks berkualitas tinggi. Dengan demikian, penggunaan senyawa alkalin dan osmolit secara bersamaan dapat meningkatkan produktivitas tanaman karet dan menghasilkan lateks berkualitas tinggi.
Penulis : Faris Romansa Wicaksono
Korespondensi : Sundahri.faperta@unej.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H