Mohon tunggu...
Mohammad Faris Fauzan
Mohammad Faris Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamu'alaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Mohammad Faris Fauzan,saya berasal dari Universitas Muhammadiyah Jakarta,Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komukasi,Ini blog saya dan beberapa tulisan saya akan dipublikasikan disini. Dan kebetulan saya hobi membaca buku novel dan juga menulis karangan cerita fiksi. Terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Straberry Generation: Analisis Ilmiah terhadap Fenomena Generasi Muda Terkini

28 Januari 2025   18:28 Diperbarui: 28 Januari 2025   18:28 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Stroberi, sumber: https://haniwidiatmoko.com/generasi-z-generasi-stroberi/ 

Sejarah "Strawberry Generation"

Istilah "Strawberry Generation" pertama kali diperkenalkan di Taiwan pada awal 2000-an untuk menggambarkan generasi muda yang lahir antara akhir 1980-an hingga awal 2000-an. Nama ini diambil dari sifat buah stroberi yang lembut dan mudah rusak, yang mencerminkan karakteristik generasi ini yang dianggap lebih sensitif dan rentan dibandingkan generasi sebelumnya. Dalam konteks sosial dan budaya, Strawberry Generation mencerminkan perubahan signifikan dalam nilai, sikap, dan perilaku generasi muda di era modern.

Karakteristik Strawberry Generation

  1. Sensitivitas Emosional: Penelitian menunjukkan bahwa generasi ini lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi dan lebih peka terhadap perasaan orang lain. Menurut studi oleh Twenge et al. (2019), generasi muda saat ini menunjukkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, yang dapat dihubungkan dengan tekanan sosial dan ekspektasi yang meningkat.
  2. Kemandirian dan Kebebasan: Strawberry Generation memiliki pandangan yang kuat tentang kemandirian. Mereka cenderung menolak norma-norma tradisional yang dianggap membatasi, seperti peran gender yang kaku dan harapan sosial yang konvensional. Penelitian oleh Inglehart dan Welzel (2005) menunjukkan bahwa generasi ini lebih menghargai nilai-nilai individualisme dan otonomi.
  3. Keterhubungan Digital: Generasi ini tumbuh di era digital, di mana teknologi dan media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Menurut Pew Research Center (2018), sekitar 95% remaja memiliki akses ke smartphone, yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi dan berkomunikasi. Keterhubungan ini juga menciptakan ruang untuk berbagi informasi dan pengalaman, tetapi juga dapat menyebabkan masalah seperti cyberbullying dan kecanduan media sosial.
  4. Kesadaran Sosial dan Lingkungan: Strawberry Generation menunjukkan tingkat kesadaran sosial yang tinggi. Mereka lebih aktif dalam gerakan sosial dan lingkungan, sering kali menggunakan platform digital untuk menyuarakan pendapat dan mengadvokasi perubahan. Menurut penelitian oleh McCright dan Dunlap (2010), generasi muda lebih cenderung terlibat dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan keadilan sosial.

Tantangan yang Dihadapi Oleh Generasi Strawberry

Meskipun memiliki banyak kelebihan, Strawberry Generation juga menghadapi berbagai tantangan yang signifikan:

Tekanan Sosial dan Kesehatan Mental: Dengan adanya media sosial, tekanan untuk tampil sempurna dan mendapatkan pengakuan dari orang lain semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Menurut American Psychological Association (2020), generasi muda saat ini melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, sering kali disebabkan oleh perbandingan sosial yang tidak sehat.

Ketidakpastian Karir dan Ekonomi: Banyak anggota generasi ini merasa kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan harapan mereka. Ketidakpastian ekonomi, terutama setelah krisis keuangan global dan dampak pandemi COVID-19, telah menciptakan tantangan besar dalam pencarian pekerjaan. Penelitian oleh Arnett (2014) menunjukkan bahwa banyak remaja dan dewasa muda merasa terjebak dalam pekerjaan sementara yang tidak memadai, yang dapat menghambat perkembangan karir mereka.

Keterasingan Sosial: Meskipun terhubung secara digital, banyak dari mereka yang merasa kesepian dan terasing. Interaksi virtual tidak selalu dapat menggantikan hubungan sosial yang nyata. Menurut penelitian oleh Primack et al. (2017), penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berkontribusi pada perasaan keterasingan dan depresi.

Tantangan Generasi Stroberi, sumber: https://paud.fip.unesa.ac.id/post/tantangan-resilience-gen-z-generasi-strawberry-menghadapi-dunia-perkuliahan 
Tantangan Generasi Stroberi, sumber: https://paud.fip.unesa.ac.id/post/tantangan-resilience-gen-z-generasi-strawberry-menghadapi-dunia-perkuliahan 

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun