Tersebarlah kabar Genghis Khan, seorang penakluk dari Bangsa Mongol. Dialah orang yang merubah suku-suku nomaden yang tinggal di utara Tiongkok, terpencil, dingin dan saling berkelahi dan berperang cuman gara-gara hal sepele, menjadi bangsa yang menaklukan seperlima dunia.
Mungkin bagi bangsa-bangsa yang ditaklukan, sosok Genghis Khan adalah sosok barbar yang suka menaklukan kota-kota yang indah, lalu membakarnya. Sudah dari dulu Bangsa Mongol terkenal kejam dalam penaklukan, mereka menghancurkan sebuah kota untuk memastikan agar kota itu tidak dapat bangkit melawan mereka. Begitu yang mereka lakukan disetiap kota yang mereka lewati.
Beberapa hari lalu saya melihat channel pendidikan di Youtube, Extra Credit. Isinya membahas tentang Biografi Genghis Khan. Saya terpana dengan asal mula ceritanya, dikisahkan Genghis Khan dulunya adalah sosok yang pemalu, dia dulu adalah anak yang sering ditindas bukan cuman oleh teman sepermainannya, tetapi bahkan oleh saudara nya sendiri.
Hidup mulai berubah ketika sang Ayah tewas diracun, dan keluarganya diasingkan oleh sukunya sendiri, karna mereka dianggap sudah tidak berguna dan menyusahkan suku tersebut. Sang ibu berusaha membujuk suku tersebut untuk kembali menerima mereka kembali. Saat itu ada salah satu orang tua yang berusaha membela mereka, tapi kemudian orang tua itu di tusuk, berhamburan darah, dan mati. Momen itulah yang mengubah hidup Genghis Khan selamanya . Itulah alasan kenapa Genghis Khan menjadi kejam, dia beranggapan kalau dunia ini selalu jahat, jadi dia berusaha melawan kekejaman tersebut dengan bersikap lebih kejam lagi.
Kembali kepembicaraan awal, ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari sosok yang kontroversional ini, terutama dalam kehidupan berbangsa. Pertama, Genghis Khan berusaha mengubah ikatan kesukuan menjadi ikatan profesionalisme.
Pada zaman dahulu tentara Mongol terdiri dari tentara yang memiliki ikatan kesukuan, sehingga pembagian militernya dibagi berdasarkan suku. Hal ini bisa berdampak negatif, karna apabila ada suku yang membelot, sudah pasti banyak tentara akan membelot. Selain itu ikatan suku juga tidak baik, karna setiap suku mempertahankan ego kesukuan, yang mengedepankan kepentinga suku diatas kepentingan bersama.
Sebagai gantinya Genghis Khan mengubah ikatan kesukuan, menjadi ikatan profesionalisme. Dia membagi tentara berdasarkan regu, yang terdiri dari 10 orang. Kemudian setiap 10 regu menjadi 1 kompi, dan 10 kompi menjadi 1 pasukan. Genghis Khan juga mencampur setiap suku dalam satu regu, hal ini dimaksud untuk menghilangkan ego kesukuan dan menggantinya dengan mental tentara yang lebih moderen.
Jika dikembalikan kedimensi ke-Indonesiaan mungin ini berarti kita harus menghilangkna ego kelompok. Kadangkala ego kelompok inilah yang membuat kita sulit menerima pendapat orang lain. Perasaan kita bahwa kelompok kita lebih baik dari kelompok lain, sehingga membuat kita sulit berbaur menciptakan sebuah bangsa.
Kedua, menghilangkan pemilihan kekuasaan berdasarkan prisip keluarga, menjadi berdasarkan kemapuan. Genghis Khan pada masa awal dia membangun sukunya menerapkan prinsip-prinsip yang cukup revolusioner, yaitu menerapkan pembagian kekuasaan bukan berdasarkan keluarga, tetapi berdasarkan kemampuan dan kesetiaan.Â
Hal ini menciptakan ruang bagi orang-orang diluar keluarga untuk menduduki posisi tertentu, akibatnya kekuasaan yang awalnya penuh dengan nepotisme menjadi hilang. Sistem ini juga membuat orang-orang Mongol yang lebih kompeten dan setia untuk naik menduduki kekuasaan.
Ketiga, Penolakan itu biasa. Ketika Genghis Khan mengubah beberapa kebiasaan dan adat istiadat di Mongolia, tejadi beberapa penolakan yang dilakukan oleh kelompok bangsawan, tetapi Genghis Khan dengan cepat kembali mendapat dukungan dari orang lain.