Singkat cerita, akhirnya mereka berkenalan. Ternyata bertukar buku bukanlah akhir dari pertemuan mereka. Diskusi demi diskusi membuat mereka menemukan banyak kesamaan pemikiran. Kesamaan- kesamaan itulah yang kemudian menghadirkan cinta di antara keduanya.
Malik bin Nabi dan Celistine Poul Phelipion akhirnya memutuskan untuk menikah. Sang insiator gagasan KTT Asia- Afrika itu, bukan hanya beruntung memiliki kolega baru untuk dapat diajak berdiskusi tentang banyak hal, masuk islamnya Celistine semakin menyempurnakan kebahagiannya dan cita- citanya membangun kembali peradaban Islam lewat jabaran filsafat kebangkitannya.
Dari perpustakaan ke pelaminan, begitulah kebanyakan orang sering menyebut kisah cinta Malik bin Nabi dan Celestine- terutama penggemar filsafatnya. Tidak banyak hari ini pria sepertimana drinya yang punya visi pernikahan yang luhur lagi mulia, mencari partner diskusi- memikirkan bersama peradaban Islam- kelahirannya, syarat- syarat kebangkitannya, masalah- masalah utamanya- sebagaimana banyak terurai di banyak bukunya yang ditulis berbahasa Perancis, dituntun oleh istrinya tercinta.
Adakah hari ini para bujang seperti Benabi muda, yang memikirkan dengan amat sangat makna luhur yang tersirat dalam ikatan pernikahan. Benabi bertemu dengan belahan hatinya di perpustakaan- tempat ilmu pengetahuan bermuara. Apalah dikatanya, apabila ia melihat pemuda- pemuda Islam hari ini, menemukan jodohnya sebatas hanya dari kesan yang lewat melihat foto menarik di sosial media, ketemu sepintas di alun- alun kota, atau yang lebih miris, jodohnya ketemu karena hasil kecelakaan hina cinta satu malam. Sungguh malang.
Menikah adalah memilih teman pendamping perjalanan panjang. Bukankah menyenangkan, jalan- jalan sambil bercakap- cakap tentang ragam hal, bercanda ria, tertawa bersama sambil melewati panjangnya pematang sawah indah pinggiran jalan, tentu merupakan suatu kesenangan. Namun demikian, pernikahan tentu tidaklah selamanya tentang jalan lurus, bagus, tanpa gajlukan dan hambatan kemacetan.
Di sinilah peran pasangan sebagai partner diskusi dapat menentukan. Ikut memberi masukan tentang destinasi yang menyenangkan, memilihkan alternatif jalan yang paling menjanjikan, menenangkan kala kemacetan mulai memanggang emosi, semua itu menjadi absah di tangan pasangan idaman yang cakap diajak kerjasama, berdiskusi juga pandai berkomunikasi.
Se- kufu' ada banyak ragam. Namun, yang tidak kalah penting adalah mencari mereka yang se- kufu' secara taraf kualitas pemikiran. Karena memilih pasangan adalah memilih kolega untuk dapat bersama membangun peradaban. Bangunan yang kokoh nan menarik hanya bisa dibangun oleh arsitek- arsitek cerdas lagi piawai.
Mereka para pasangan idaman, bukan hanya meneduhkan kala menjadi teman perjalanan panjang. Mereka adalah ilmuwan yang selalu siap ditantang berdiskusi meloloskan dalil- berdiskusi ragam perbedaan untuk dapat bertemu dalam satu titik persamaan, kemudian bekerjasama memperjuangkannya. Â Â Â Â Â Â
"There is no surer foundation for a beautiful friendship than a mutual taste in literature" P. G. Wodehouse
Allahu a'lam.
*Gambar dari Tumblr Eman Naif. Di gambar tersebut diceritakan kisah Malik bin Nabi dan Celestine bertemu di perpustakaan.