Mohon tunggu...
Faris Gibran
Faris Gibran Mohon Tunggu... -

I'm studying, beating drums, shooting ball, living life.. :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pandangan dan Harapan Anak Terhadap Orang Tua Bagian III

5 Desember 2010   14:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:00 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernahkah anda bertanya kepada anak-anak anda apakah mereka nyaman tinggal di singgahsana mereka? Apakah anda pernah membantu anak dalam menjelajahi kehidupan? Rumah adalah tempat di mana pertama kali seorang anak belajar. Belajar mencintai, belajar menyayangi, bersahabat dan bersosialisasi. Namun, didalam rumah anak juga dapat belajar membenci, memusuhi, atau menyakiti, adapun gurunya adalah anda! Orang tua mereka. Anak akan belajar dari sikap orang tua. Bagaimana ia di perlakukan di dalam rumah oleh kedua orang tuanya, maka demikianlah mereka akan menyikapi lingkungannya di luar rumah mereka. Rumah adalah tempat berteduh, tempat untuk mencari kehangatan dan cinta. Jika seorang anak tidak mendapatkannya didalam rumah, besar kemungkinan dia akan mencarinya diluar rumah meski belum tentu ia mendapatkannya. Kehangatan dan cinta akan tercipta, jika orang tua bisa menciptakannya dan memulainya, karena orang tualah cikal bakal sebuah rumah tangga.Mengajarkan anak untuk hidup prihatin tidak harus memaksa mereka menjalani penderitaan sebagaimana yang pernah anda alami. Kadang, sebagai orang tua anda lupa bahwa jaman telah berubah. Tidak adil rasanya jika anak-anak anda harus mengulang sejarah yang pernah anda alami. Ingat bahwa anak-anak anda akan menilai anda sesuai pola pikir mereka saat itu, bukan seperti pola pikir anda. Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk memotivasi anak agar dapat lebih giat dalam belajar maupun lebih baik dalam bersikap. Ada kalanya kita dapat mengenai sasaran dengan baik, namun, tidak selalu cara yang sama jika di ulang-ulang akan memberikan hasil yang lebih baik. Bahkan bisa menjadi sebaliknya, anak anda menjadi terbebani, terpojok, dan tertekan. Hubungan antara anda dengan pasangan anda akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana anda bersikap terhadap anak-anak anda. Tidak adanya keterbukaan diantara anda dan anak anda, bisa berdampak buruk terhadap anak-anak anda. Bagi sebagian anak, bahkan mungkin semuanya, mereka lebih memilih hidup dalam kondisi mungkin serba kekurangan tapi memiliki arti, diibandingkan hidup dalam kondisi yang berkecukupan tetapi merasa diri di buang.

Bagaimanapun anak akan belajar dari hubungan antara ayah dan ibunya. Mereka juga akan menilai sikap di antara keduanya. Keinginan untuk selalu dihormati, diakui dan diperhatikan yang didorong oleh posisi kita sebagai orang tua, tanpa disadari sering menyebabkan kita bersikap tidak sebagaimana orang dewasa. Justru di nilai oleh anak-anak kita sebagai sikap yang kekanak-kanakan. Obsesi yang berlebihan untuk menjadikan kita terbaik di masa datang sering menyeret kita kepada perbuatan yang sesungguhnya tidak layak untuk dilakukan terhadap anak. Tanpa kita sadari, anak-anak kita banyak belajar dari sikap kita. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati diantara kita, bisa menimbulkan berbagai kesan dan tanggapan bagi anak-anak kita. Harimau, melati dan kupu-kupu, tiga makhluk yang memiliki latar belakang dan karakter yang sangat berbeda, namun dapat menyatu menjadi sahabat sebagaimana harapan anak-anak kita. Mungkin begitulah harapan semua anak, ingin bersahabat dengan orang tua mereka tanpa harus memaksakan diri untuk menjadi seperti orang tua mereka. Membuka diri untuk berani mendekati mereka, mungkin adapat memudahkan kita untuk memahami keinginannya, sekaligus dapat mencari cara guna memberi peneguhan bahwa mereka akan lebih baik jika menjadi dirinya sendiri dan memberi keyakinan bahwa mereka lebih baik dari pada  kita. Jika hal ini dapat dilakukan, mudah-mudahan tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk memusuhi kita, atau bahkan mereka berbalik bersahabat dengan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun