Mohon tunggu...
Deby Saputra Pratama
Deby Saputra Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Malang

Hobi berolahraga dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila sebagai Pilar Kebangsaan: Strategi Anti-Radikalisme di Era Modern

25 Desember 2023   19:04 Diperbarui: 25 Desember 2023   19:20 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Pancasila sebagai landasan dan falsafah negara Indonesia mempunyai peranan sentral dalam membentuk jati diri dan arah bangsa untuk kedepannya. Di era modern yang kompleks, tantangan radikalisme menjadi nyata dan Pancasila menjadi landasan kokoh dalam penyusunan strategi melawan radikalisme. Kemudian bagaimana mengkaji Pancasila agar bisa menjadi pilar nasional dan strategi efektif melawan ancaman radikalisme kontemporer. 

Sebagai pilar kebangsaan Pancasila yang terdiri dari lima sila bukan hanya sekedar semboyan bangsa tetapi merupakan pondasi moral dan etika yang mengikat seluruh masyarakat Indonesia. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa menekankan pada pluralisme agama dan menjadi landasan kerukunan antar umat beragama. Prinsip kemanusiaan yang jujur dan beradab menempatkan setiap orang pada kedudukan yang setara di hadapan hukum dan menghormati hak asasi manusia. Prinsip persatuan Indonesia sekaligus mengajarkan keberagaman sebagai kekuatan bersama dalam pembangunan bangsa. Demokrasi yang merupakan sila keempat menciptakan sistem inklusif dan prinsip keadilan sosial menjamin persamaan hak bagi seluruh rakyat Indonesia  untuk menerima hibah pembangunan. 

Pembahasan

Era modern membawa perubahan yang sangat cepat di berbagai bidang, termasuk teknologi dan komunikasi. Tantangan radikalisme tidak lagi terbatas pada ranah fisik, namun dapat menembus dunia maya dan menyusup ke masyarakat melalui berbagai jalur. Ancaman terorisme dan ideologi radikal merupakan hal yang kompleks dan memerlukan respon komprehensif dari pemerintah dan masyarakat. Keberadaan internet dan media sosial menjadi faktor utama yang memperluas jangkauan ideologi radikal. Propaganda, rekrutmen, dan penyebaran pesan radikal dapat dilakukan secara global, memperumit upaya pencegahan. Internet menjadi panggung utama bagi penyebaran ideologi radikal. Situs web terlarang, forum online, dan media sosial merupakan alat untuk merekrut dan memobilisasi simpatisan. Propaganda dan pesan kebencian dapat dengan mudah menyebar di antara masyarakat tanpa batasan wilayah atau waktu. 

Media sosial memberikan platform yang sangat efektif untuk menyebarkan ideologi radikal. Aksi terorisme yang direkam dan disebarluaskan ini dapat mempengaruhi masyarakat terutama yang rentan terhadap propaganda. Dari hal seperti itu, individu dapat terpapar pada ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai demokratis dan kemanusiaan. Lalu juga terdapat aksi terorisme modern yang tidak lagi terbatas pada satu negara atau wilayah tertentu. 

Keberadaan kelompok terorisme internasional seperti ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) menunjukkan bahwa ancaman dapat berasal dari mana saja dan dapat mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat. Jaringan terorisme lintas batas menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh Indonesia sendiri maupun negara-negara seluruh dunia. Ancaman radikalisme tidak hanya berasal dari organisasi teroris tetap, namun juga dari individu yang terpengaruh oleh ideologi radikal secara mandiri. Individu ini sering disebut "lone wolves" yang dapat menjalankan aksi teroris tanpa dukungan langsung dari kelompok yang membuat penanganan dan pencegahan menjadi lebih sulit.

Dalam menghadapi tantangan radikalisme, respon pemerintah dan masyarakat harus bersifat komprehensif. Pemberantasan teroris melibatkan upaya di berbagai bidang, termasuk keamanan siber termasuk intelijen negara. Selain itu, bisa juga dilakukan pendekatan melalui pendidikan, kampanye anti-radikalisme, pelatihan. Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman yang benar mengenai ideologi radikal. Program-program pendidikan yang mempromosikan toleransi, keberagaman, dan nilai-nilai kemanusiaan dapat membentuk generasi yang tahan terhadap propaganda radikal. Masyarakat wajib dilibatkan aktif dalam upaya pencegahan radikalisme ini. Melalui media sosial untuk menyampaikan pesan pesan anti-radikalisme, melaporkan perilaku yang dianggap mencurigakan, dan ikut serta mempromosikan narasi positif yang dapat menjadi benteng pertahanan yang efektif bagi pencegahan radikalisme.

Studi Kasus: Strategi Anti-Radikalisme Berbasis Pancasila di Era Modern

Sebagai negara dengan keberagaman budaya dan agama, Indonesia menghadapi tantangan radikal yang memerlukan strategi anti-radikalisme yang efektif. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi pendekatan yang didasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai pilar kebangsaan dalam melawan ancaman radikalisme di era modern. Dengan populasi yang beragam, Indonesia telah mengalami beberapa insiden radikalisasi dan terorisme, sehingga perlu adanya pencegahan dan penanggulangan yang efektif. Pemerintah Indonesia memahami  nilai-nilai Pancasila dapat menjadi landasan moral yang kuat untuk mengalahkan radikalisme dan menjaga persatuan bangsa.

Strategi anti-radikalisme berbasis Pancasila Pendidikan dan pelatihan memainkan peran sentral dalam strategi anti-radikalisme pemerintah Indonesia berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah konkrit telah dilakukan untuk memberdayakan tokoh agama, memperkuat karakter siswa melalui kurikulum sekolah, mendorong dialog antaragama, membentuk kelompok masyarakat, menggunakan media sosial dalam kampanye anti-radikalisme, menangani kelompok radikal, memperkuat kerja sama internasional, dan memperkuat ekonomi dan pendidikan. 

Pengukuran fokus perkembangan yang pertama, pemerintah merencanakan pelatihan khusus bagi para pemimpin agama. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyampaikan pesan-pesan anti radikalisme berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan melibatkan para pemuka agama, pemerintah berharap dapat menggunakan pengaruh positifnya di masyarakat untuk memerangi penyebaran ideologi radikal. 

Selain itu, kurikulum sekolah menjadi fokus utama dalam membentuk karakter generasi muda. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum, tujuannya adalah menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pengembangan karakter tangguh dan mendorong rasa cinta terhadap keberagaman. Hal ini merupakan investasi jangka panjang dalam mewujudkan masyarakat toleran yang  memiliki pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai Pancasila. Dialog antaragama juga dilanjutkan dengan berbagai inisiatif. Untuk memperkuat hubungan antaragama dan menjembatani perbedaan, diluncurkan forum dialog antaragama dengan partisipasi para tokoh agama dan masyarakat. Sekaligus, pembentukan kelompok masyarakat merupakan langkah konkret untuk mendukung perdamaian dan mencegah penyebaran ideologi radikal. 

Kelompok-kelompok ini berdedikasi untuk menjaga keamanan dan meningkatkan keharmonisan sosial. Di dunia yang semakin terhubung dengan media sosial, pemerintah menyadari pentingnya peran  media mereka. Kampanye media sosial online menyebarkan pesan menentang radikalisme dan mempromosikan keberagaman nilai-nilai Pancasila. Peluncuran ini juga dilakukan melalui media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya radikalisme dan pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila. Dari segi keamanan, pemerintah bekerja sama dengan aparat keamanan untuk memantau dan menangani kelompok radikal yang dapat mengancam keamanan nasional. Kerja sama ini mencakup koordinasi  tindakan pencegahan dan penindakan terhadap individu atau kelompok yang terlibat dalam kegiatan radikal.  

Memperkuat kerja sama internasional merupakan bagian penting dalam mencegah radikalisme. Dengan berpartisipasi dalam forum internasional, Indonesia dapat berbagi pengalaman, strategi dan informasi dengan negara lain serta menciptakan sinergi global dalam melawan radikalisme.   Pemerintah juga berinvestasi dalam pembangunan ekonomi dan pendidikan sebagai tindakan pencegahan. Untuk mengurangi faktor-faktor yang mempengaruhi radikalisasi, program pemberdayaan ekonomi dilaksanakan di daerah rawan  radikalisme. Selain itu, peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan  untuk menjamin pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai Pancasila dan makna keberagaman menjadi prioritas.  Dengan strategi tersebut, pemerintah Indonesia ingin membangun landasan yang kuat untuk melawan radikalisme dengan menggunakan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman moral dan filosofis. Langkah-langkah tersebut menciptakan pendekatan holistik yang mencakup berbagai aspek masyarakat dan menjadikan Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi tantangan radikalisme di era modern.

 

Kesimpulan

Pancasila sebagai pilar kewarganegaraan Indonesia tidak hanya sekedar simbol formal, namun juga merupakan strategi nyata untuk menjawab tantangan radikalisme di era modern. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, Indonesia dapat membangun pertahanan yang kuat terhadap ancaman ideologi radikal. Kunci keberhasilannya terletak pada upaya bersama pemerintah, masyarakat dan lembaga terkait untuk menjaga keutuhan bangsa dan menumbuhkan nilai-nilai keberagaman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun