Kyai Ilyas, tempat konsolidasi Gambiran, terdiri pasukan Ki Mujahidin, nama komandan Kyai. Ilyas, jumlah pasukan 100, komponen terdiri dari para santri.
Zeni-Pioner, tempat konsolidasi Jatiroto, terdiri pasukan Ki Zeni, nama komandan Imam Sukarto, pasukan dan senjata 50/50, komponen terdiri pasukan zeni pioner
Abdul Djalal, tempat konsolidasi Gondoruso, terdiri pasukan Hisbullah, nama komandan Abd. Djalal, pasukan dan senjata 40/7, komponen pasukan Ulama,Biro Perjuangan.
Staf Yon Ketunggeng, tempat konsolidasi Pasrujambe, terdiri pasukan Yon Ketunggeng, senjata dan pasukan 50/50, komponen pasukan Yon ketunggeng
Skomen TRIP, tempat konsolidasi Penanggal, terdiri dari pasukan Staf Resimen Pelajar ST dan SMP, Pemimpin Kol.M.Su Rudji Hasan Efendi, komponen pasukan Sko men (Sejarah Pemerintahan Kabupaten Lumajang: 98)
Pejuang kemerdekaan Indonesia tugasnya  sangat berat terutama dari segi persenjataan yang sangat minim sedangkan dari pihak Belanda dengan persenjataan lengkap, namun dalam perjuangan untuk memerdekakan Indonesia dari penjajah masyarakat bersatu dan tidak gentar dalam menghadapi Belanda. Ini dapat dilihat bagaimana perjuangan salah satunya Kyai Ilyas, tempat konsolidasi Gambiran, terdiri pasukan Ki Mujahidin, nama komandan Kyai. Ilyas. Pasukan dari Kyai Ilyas sangat merepotkan pasukan Belanda yang mulai menduduki wilayah Lumajang.Â
Pada tanggal 2 April 1947 pasukan Kyai Ilyas berada di Desa Ledok, menyusul pertempuran yang membawa 11 orang pasukan gugur, mereka adalah Hambali, Miskadin, Misdi, Kasto, Timbang, Solikan, Tukijo, Rustaman, Soeto, Badoer, Rasmu’i. Terjadi pertempuran sangat hebat antara Belanda dengan pasukan Kyai Ilyas namun dalam segi posisi serdadu Belanda datang dengan jumlah cukup banyak. Kyai Ilyas dapat merobohkan pasukan Belanda dengan tembakannya dan berlari untuk mengambil senjata otomatis sudah terlepas tangannya. Tetapi sebelum mengambil senjata pasukan Belanda, beliau diberondong peluru paha kanan dan pusarnya terluka parah (Nur Hadi & Sutopo:263). Dengan gugurnya Kyai Ilyas pertempuran tetap berlangsung sampai sore hari, saat fajar menunjukkan Maghrib akan tiba, Belanda meninggalkan arena pertempuran kembali menuju kota dengan mengemasi mayat-mayat kawannya. Pada saat itu pemakaman Kapten Kyai Ilyas dilakukan bertempat di Ledok Banjarwaru yang dipimpin oleh Kyai Sudja ( Sejarah pemerintahan Lumajang: 133)
Dari kilas sejarah lokal pejuang kemerdekaan Indonesia  melawan penjajah yaitu Belanda. Pejuang tidak kenal lelah untuk bersatu dan berjuang melawan Belanda untuk mencapai cita-cita Indonesia Merdeka. Rasa Nasionalisme  yang tertanam di jiwa dan raga para pejuang kemerdekan sangat tinggi, nyawa sebagai taruhanya. Dari sini pada bulan Agustus 2024 semua kalangangan baik dari pendidikan atau masyarakat umum untuk sadar diri menghargai nilai-nilai perjuang para pahlawan untuk memerdekakan Indonesia. Sikap nasionalisme pada era sekarang dengan semangat dan kekuatan yang diwariskan oleh para pejuang kemerdekaan untuk dapat bersaing dalam perkembangan zaman baik teknologi, ekonomi, olahraga pendidikan dan pertahan militer yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.Â
Di dalam nasionalisme terkandung suatu makna mencintai tanah air melalui cara mewujudkan persatuan dari ragam perbedaan (Irhandayaningsih, 2012, hlm. 4). Nasionalisme yang diwariskan oleh para pejuang kemerdekaan untuk generasi muda adalah  menjaga nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Indonesia lahir tidak lepas dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Khusus daerah Lumajang yang multikultur, nilai-nilai toleransi sangat penting untuk tetap tumbuh pada generasi muda dan dapat mewaris jiwa para pejuang kemerdekan yang tak kenal lelah dan berkorban nyawa untuk melawan Belanda untuk menjadi Negara Indonesia Sekarang. Merdeka, Merdeka, Merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H