Terjadi pertempuran sangat hebat antara Belanda dengan pasukan Kyai Ilyas namun dalam segi posisi serdadu Belanda datang dengan jumlah cukup banyak. Kyai Ilyas dapat merobohkan pasukan Belanda dengan tembakannya dan berlari untuk mengambil senjata otomatis sudah terlepas tangannya. Tetapi sebelum mengambil senjata pasukan Belanda, beliau diberondong peluru paha kanan dan pusarnya terluka parah (Nur Hadi & Sutopo:263). Dengan gugurnya Kyai Ilyas pertempuran tetap berlangsung sampai sore hari, saat fajar menunjukkan Maghrib akan tiba, Belanda meninggalkan arena pertempuran kembali menuju kota dengan mengemasi mayat-mayat kawannya. Pada saat itu pemakaman Kapten Kyai Ilyas dilakukan bertempat di Ledok Banjarwaru yang dipimpin oleh Kyai Sudja ( Sejarah pemerintahan Lumajang: 133)
Perjuangan tidak sampai disini semangat mempertahankan kemerdekaan semakin berkobar. Di wilayah Tempeh, Pasirian dan Candipuro dipimpin oleh pasukan Kompi Slamet Wardojo menjaga kemampuan secara eksis dan menjaga dengan hubungan baik dengan rakyat untuk perjuangan pasukan gerilya untuk menghindari dari incaran pasukan Belanda (Nur Hadi & Sutopo:271)
Pada saat itu pos dari daerah Candipuro dijaga oleh pasukan Belanda, pasukan dari Kompi Slamet pada kenyataan kalah dalam bidang persenjataan,namun perjuangan pasukan gerilya dibantu masyarakat sekitar. Peperangan pun terjadi membuat pasukan Belanda kocar-kacir dan korban kedua belah pihak berjatuhan. Namun pasukan gerilya tetap harus menjaga moril untuk menghadapi pertempuran selanjutnya.
Gambar ini merupakan bukti monumen para pahlawan daerah yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan dimana mengorbankan sampai titik darah penghabisan dalam perjuangannya. Monumen yang ada di Dusun Panggung Lombok ada dua prajurit yang gugur atas nama Sapari dan Kusnan. Pada monumen yang terletak di Desa Jarit Dusun Uranggantung satu prajurit atas nama Miftah dalam pertempuran Melawan Belanda Tahun 1949.
Monumen yang terletak di Dusun Joho Desa Pasirian bertuliskan 28 Prajurit namun sangat disayangkan sudah rusak, ini merupakan hal penting sebagai bukti dan penanda bahwa jasa beliau sangat besar bagi Lumajang dan Indonesia.
KONTRIBUSI TERHADAP PENDIDIKAN SEJARAH BERSKALA LOKAL
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pendekatan pembelajaran sejarah secara berurutan mulai dari SD, SMP, dan SMA adalah secara estetis, etis, dan kritis. Pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) pembelajaran sejarah dilakukan dengan pendekatan estetis. Maksudnya adalah bahwa sejarah diberikan semata-mata untuk menanamkan rasa cinta kepada perjuangan, pahlawan, tanah air, dan bangsa. Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejarah diberikan dengan pendekatan etis, yakni untuk memberikan pemahaman tentang konsep hidup bersama, sehingga selain memiliki rasa cinta perjuangan, pahlawan, tanah air, dan bangsa mereka tidak canggung dalam pergaulan masyarakat yang semakin majemuk (Kuntowijoyo, 1995 : 4).
Saat ini, kurikulum sekolah sudah menggunakan kurikulum merdeka yang dimana sekolah dapat menumbuhkan dan menguatkan karakter Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari enam elemen pertama: Beriman, Bertaqwa, kepada Tuhan yang Maha Esa dan Berakhlak mulia, kedua: Kebhinekaan Global, ketiga: Bergotong royong, keempat: Kreatif, kelima: Bernalar kritis: keenam: Mandiri. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila salah satu ada tema kearifan lokal daerah lingkungan sekolah. Dari sini tugas pendidik untuk memberikan nilai lebih bagaimana menuntun siswa untuk berkembang sesuai dengan kodratnya zaman dan kodrat alam untuk selamat dan bahagia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H