Penukaran uang baru dengan pecahan baru menjelang Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri merupakan langkah yang sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat. Tradisi ini tidak hanya sekedar menggantikan uang lama dengan yang baru, tetapi juga menciptakan sensasi yang istimewa dalam merayakan momen bersejarah bagi umat Islam.
Pertama-tama, penukaran uang baru memberikan nilai estetika yang lebih dalam perayaan Lebaran. Menerima uang baru memberikan kesan segar dan terawat, memancarkan semangat baru dan kegembiraan dalam menyambut momen penting ini. Hal ini tentunya menambah keistimewaan dalam memberikan dan menerima THR Lebaran, memberikan nuansa positif dalam berbagi rezeki.
Selain itu, penukaran uang baru juga memiliki nilai praktis yang tidak bisa diabaikan. Uang baru cenderung lebih mudah diatur dan disusun, mempermudah dalam distribusi kepada keluarga, sanak saudara, dan tetangga. Penggunaan uang baru juga mengurangi risiko terkait keaslian uang serta menghindari kemungkinan kerusakan atau keausan yang mungkin terjadi pada uang lama.
Dalam konteks ekonomi, penukaran uang baru juga memiliki dampak positif. Penyediaan uang baru oleh Bank Indonesia mendorong perputaran ekonomi dengan memberikan stimulus tambahan bagi aktivitas perdagangan dan konsumsi menjelang Lebaran. Hal ini tentu saja berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan secara keseluruhan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penukaran uang baru dengan pecahan baru menjelang Lebaran memiliki urgensi yang sangat penting. Selain memberikan nilai estetika dan praktis dalam perayaan, penukaran uang baru juga memberikan stimulus ekonomi yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk memfasilitasi penukaran uang baru perlu didorong dan diperluas agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dengan lebih mudah dan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H