Mohon tunggu...
Faril Irfansah
Faril Irfansah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hubungan Erat antara Retorika dan Dakwah

25 Juni 2024   00:48 Diperbarui: 25 Juni 2024   00:51 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Oleh: Syamsul Yakin & Faril Irfansah

Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kaitan erat antara retorika dan dakwah tidak dapat dipisahkan. Jika seni berbicara adalah definisi dari retorika, maka dakwah secara umum berarti mengajak melalui berbicara. Penggunaan bahasa yang indah dalam dakwah akan mampu memikat mad'u. Ini yang disebut sebagai bentuk dakwah billisan.

Komunikasi verbal, baik melalui lisan maupun tulisan, diakui dalam retorika. Dakwah juga memiliki bentuk dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Dakwah tidak hanya mengajak melalui lisan tetapi juga melalui tulisan.

Selain itu, komunikasi nonverbal, baik tatap muka maupun tatap maya, diakui dalam retorika. Dakwah memiliki bentuk dakwah bilhal yang bisa dilakukan secara online atau offline. Bahasa tubuh dan gerakan tubuh dalam retorika dikenal sebagai penyampaian keteladanan atau role model dalam dakwah.

Perkembangan retorika dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara sejalan dengan perkembangan dakwah dari kegiatan agama menjadi kajian agama. Retorika bermula sebagai warisan budaya dan terus berkembang, begitu pula dakwah yang berkembang menjadi ilmu dakwah yang sistematis, logis, dan dapat diverifikasi.

Menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif adalah tujuan dari retorika, sedangkan pesan dakwah yang terdiri dari akidah, syariah, dan akhlak juga disampaikan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Pada batas tertentu, tujuan retorika dan dakwah sama-sama bersifat edukatif.

Dalam konteks tujuan persuasif, dakwah memiliki metode bilhikmah, ceramah, dan diskusi yang harus disampaikan dengan kelembutan.

Pengembangan retorika membutuhkan penggunaan bahasa baku, yang berbasis data dan riset, syarat yang sama juga berlaku bagi dakwah, baik billisan, bilkitabah, maupun bilhal. Mad'u yang semakin kritis dan rasional juga harus diperhatikan.

Aristoteles memperkenalkan pathos, logos, dan ethos dalam retorika, ketiganya harus dimiliki oleh para dai baik secara intelektual maupun spiritual. Namun, ekspresi sedih atau gembira para dai dalam konteks pathos bukan hanya retorika semata.

Tanpa retorika, dakwah akan lumpuh, sedangkan retorika tanpa muatan dakwah akan menjadi buta. Itulah mengapa menguasai retorika verbal dan nonverbal sangat penting dalam berdakwah. Demikian juga dalam beretorika, diharapkan memasukkan konten dakwah seperti akidah, syariah, dan akhlak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun