"Mestinya sih disediakan tempat ngetem agar tidak menimbulkan kemacetan. Tetapi melihat situasi jalan yang tidak memungkinkan untuk dilebarkan, seharusnya dari kesadaran para supir dengan tidak berlama-lama disini", ujarnya.
Saya tidak melawan, tapi...
Situasi penertiban angkot itu justru membuat sang supir angkot dilema. Jika dia ngetem, maka akan membuat kemacetan kendaraan yang melintas. Tetapi jika tidak mencari penumpang disitu, maka sang supir harus bekerja ekstra keras untuk mengejar setoran dari situ. Setelah setoran terkumpul, maka ia akan digaji untuk sehari-hari.
"Saya tau kalau ngetem di sini, pasti akan ditegur oleh petugas dan bikin macet. Tetapi saya harus kejar setoran supaya majikan bisa gaji saya", ujar  Ali Mahmud, salah satu supir angkot 02.
"Karena keluarga saya butuh makan, jadi saya dapat duit darimana jika saya tidak narik. Apalagi jika pagi-pagi banyak mahasiswa maupun pegawai yang naik angkot ke Pondok Labu. Jadi petugas tolong mengerti jika saya atau teman-teman saya ngetem di sini, karena kami harus kejar setoran kepada majikan", tambahnya.
Meskipun sadar bahwa tindakannya menimbulkan kemacetan, sang supir berjanji bahwa ia akan memindahkan angkotnya apabila sudah penuh dan tidak harus berantem dengan petugas Dishub. Kemacetan pun juga dirasakan oleh supir apabila sedang menunggu penumpang, apalagi pada jam-jam sibuk seperti jam 7 pagi dan jam 5 sore.
"iya, kadang kami juga sering berantem, sesama supir maupun sama petugas Dishub. Saya juga capek nunggu begini sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi sudah menjadi kewajiban saya. Semoga kedepannya bisa diselesaikan dengan baik-baik jika terjadi keributan seperti ini lagi", katanya.
Kami sudah bekerja sesuai prosedur
Kemacetan yang disebabkan oleh ngetemnya angkot 02 dan 83 ini juga membuat petugas Dishub gerah. Pasalnya, para supir banyak yang tidak peduli dengan tegurannya dan bahkan sampai beradu mulut. Sikap tersebut ditanggapi oleh petugas dengan kepala dingin, dan juga ketegasan.
Hampir setiap hari para petugas turun ke lapangan untuk mengurai kemacetan tersebut. Resiko pun mau tak mau harus diambil mengingat sifat-sifat para supir yang berbeda-beda. Ada yang nurut maupun yang bandel. Meskipun ada yang menurut, tetapi kendaraan hanya dipindahkan beberapa meter saja, dan itu masih tampak terlihat kemacetan.
"Kami sudah baik-baik menegur para supir yang bandel karena ngetem, tetapi para supir yang terkadang ngeyel kepada petugas sehigga kami agak membentak sedikit agar para supir bisa memindahkan kendaraannya", kata Irfan, salah satu petugas Dishub.
Menurutnya, sikap yang dilakukannya sudah tepat, agar para supir menjadi jera dan kemacetan dapat terurai dengan cepat. Gaya komunikasi juga diperbaiki agar mampu dipahami oleh para supir.
"Kami berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan para supir angkot, sehingga para supir pun bisa tersadarkan dan mau mendengar teguran dari petugas. Dan kami juga harus melakukan peneguran dengan baik", tambahnya.